Ekonomi Hanya Tumbuh 5,06 Persen di Kuartal I 2018, Disebabkan Faktor Ini

Bareksa • 07 May 2018

an image
Pedagang melayani pembeli bahan makanan di Pasar Senen, Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Maret 2014 sebesar 0,08 persen terutama karena kenaikan harga bahan makanan jadi, minuman dan angkutan udara (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Sektor konsumsi dan investasi menyumbang hingga 90 persen terhadap output PDB

Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari periode Januari – Maret 2017 (Q1-17) hingga Januari – Maret 2018 (Q1-18) sebesar 5,06 persen year on year (YoY).

Angka itu lebih tinggi atau mengencang dari kuartal pertama 2017 yang sebesar 5,01 persen dan lebih rendah dari kuartal keempat 2017 (Oktober – Desember 2017) yang tumbuh hingga 5,19 persen.

Meski perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan, nilai pertumbuhannya ini lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia (BI) dan proyeksi pemerintah yang masing-masing sebesar 5,1 persen dan 5,2 persen YoY.

Pertumbuhan PDB Indonesia di Kuartal I 2015 -2018

Sumber : BPS, diolah Bareksa

Meski pertumbuhan ekonomi cenderung uptrend jika dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Kuartal IV 2017, justru turun 0,42 persen.

Konsumsi Masih Tumbuh Dibawah 5 Persen

 Jika dilihat kontribusi pertumbuhan PDB berdasarkan metode pengeluaran, sektor Konsumsi dan investasi mempunyai peranan yang sangat besar hingga menyumbang 90 persen terhadap output dari persentase pertumbuhan PDB Indonesia.

Struktur PDB Dengan Metode Pengeluaran

Sumber : BPS, diolah Bareksa

Pertumbuhan konsumsi masih di bawah 5 persen atau lebih tepatnya hanya 4,95 persen di kuartal I 2018 (vs Q1-17).

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan belum tingginya pertumbuhan konsumsi periode Januari-Maret tahun ini diindikasikan akibat sejumlah hal. Pertama, persentase pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi kuartal I 2018 lebih rendah dari kuartal I 2017.

"Uangnya untuk apa? ada yang ditabung atau yang untuk investasi," kata Suhariyanto saat konferensi pers di kantornya, Senin (7/5).

Kedua, sektor makanan dan minuman selain restoran tercatat tumbuh 5,12 persen YoY, tapi melambat dibanding kuartal pertama tahun lalu yang sebesar 5,24 persen YoY. Artinya ada switching dari konsumen. Sebab yang naik non makanan, yang makanan dikurangi.

Ketiga, BPS mencatat adanya kenaikan penyaluran bantuan sosial 87,61 persen, kenaikan nilai tukar petani, dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP).

Tapi lanjut dia, persentase pengeluaran kelompok 40 persen masyarakat kelas bawah hanya menyumbang 17 persen terhadap total konsumsi rumah tangga.

"Karena konsumsi lebih dipengaruhi oleh masyarakat kelas menengah atas," kata dia.

Meski begitu, pihaknya berharap spending masyarakat akan meningkat di kuartal II tahun ini sejalan dengan musim puasa dan Lebaran.

Sumber : BPS

Sementara itu, pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (investasi) masih mampu bertumbuh di atas 7 persen, atau lebih tepatnya 7,95 persen.

Hal ini tentu sangat baik ditengah pertumbuhan konsumsi yang cenderung stagnan di bawah 5 persen. Adapun data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di kuartal I 2018 mencatat kenaikan realisasi penanaman modal 11,8 persen YoY.

Pengeluaran pemerintah (Govt. Spending) masih berada di posisi ketiga sebagai kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB sebesar 6,31 persen, di bawah konsumsi dan investasi.

Meski begitu, pengeluaran pemerintah tercatat hanya tumbuh 2,73 persen. (AM)