Berita / / Artikel

Adaro Bakal Ekspansi Proyek PLTU di Tiga Negara ASEAN

• 21 Mar 2018

an image
Petugas memantau heavy dump truck yang mengangkut batu bara di kawasan tambang batu bara milik Adaro, Tabalong, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Perseroan menargetkan membangun PLTU setidaknya berkapasitas 600 megawatt (MW) di setiap negara

Bareksa.com – PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membidik proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di tiga negara Asia Tenggara. Emiten batu bara terintegrasi ini menargetkan membangun PLTU setidaknya berkapasitas 600 megawatt (MW) di setiap negara.

Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir menuturkan, Adaro telah mendapatkan ajakan dan undangan untuk mengembangkan PLTU di Vietnam, Myanmar dan Kamboja. Perseroan juga sudah menjajaki kerjasama dengan perusahaan asal Jepang untuk mengembangkan PLTU di tiga negara tersebut.

“Yang pasti pengembangan power plant di luar negeri, Vietnam, Myanmar dan Kamboja cukup bagus,” ujarnya di Jakarta, Selasa, 20 Maret 2018.

Menurut pria yang biasa disapa Boy ini, perseroan telah diajak perusahaan Jepang untuk mengembangkan PLTU di Asia Tenggara. Adaro Energy juga selalu ingin menjaga tingkat risiko sehingga bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan blue chips.

Perseroan akan memprioritaskan ber-partner dengan perusahaan asal Jepang. Hal itu dilakukan agar setiap proyek dapat didukung pembiayaan dari Jepang.

Selain perusahaan asal Jepang, perseroan membuka peluang bekerjasama dengan perusahaan pembangkit listrik asal Thailand, Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT). Bahkan, perusahaan batu bara ini telah melepas 57.857 saham atau setara dengan 11,53 persen saham anak usahanya, PT Adaro Indonesia, ke afiliasi dari BUMN Thailand tersebut, yakni EGAT International Company Limited (EGATi).

Dia menilai EGAT juga memiliki posisi strategis di Indocina karena bertetangga dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Selain memiliki posisi strategis, pembiayaan proyek menggunakan baht Thailand juga cukup atraktif di Indonesia. Tingkat bunga pinjaman baht di Indonesia bisa mencapai 6-7 persen.

Adaro Energy juga membuka peluang kerjasama dengan perusahaan Korea Selatan. Salah satu pertimbangannya juga terkait kemungkinan didukung oleh perusahaan pembiayaan Korea Selatan.

Dia mengaku, di antara beberapa potensi pembangunan proyek, perseroan telah mendapatkan undangan tender dan ada pula perusahaan yang mengajak menjadi partner dalam konsorsium. “Kita jajaki saja,” kata dia.

Boy mengatakan, ada potensi 2-3 proyek di negara-negara tersebut dengan kapasitas pembangkit listrik di atas 600 MW. Adaro Energy akan melihat peluang mana yang lebih dulu ada untuk kemudian masuk menjadi investor.

Selain Vietnam, Myanmar dan Kamboja, Adaro Energy juga melihat kemungkinan berinvestasi pembangkit listrik di Bangladesh. Negara Asia Selatan juga dipandang cukup prospektif.

Bangladesh merupakan negara berkembang yang memiliki populasi besar dan mayoritas masyarakatnya memeluk agama isalam. Perusahaan asal Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim juga diperkirakan bakal diterima dengan baik di Bangladesh.

Lebih lanjut Garibaldi menjelaskan, selain membidik proyek PLTU, pihaknya tengah menyiapkan dan membidik pembangkit listrik energi baru terbarukan dan gas. Salah satu pembangkit listrik energi yang terbarukan adalah pembangkit listrik tenaga surya di Kalimantan Selatan.

“Perusahaan itu harus ada strategi energy mix-nya, makanya kita masuk ke situ,” kata Boy.

Adaro Energy, melalui anak usahanya, PT Adaro Power telah mengoperasikan pembangkit listrik PLTU berkapasitas 2x3- MW di Tanjung, Kalimantan Selatan. Kemudian, perseroan juga menggarap megaproyek PLTU Batang, Jawa Tengah berkapasitas 2x1.000 MW.

Perseroan juga memiliki proyek PLTU berkapasitas 2x100 MW di Tabalon, Kalimantan Selatan. Perseroan bermitra dengan perusahaan asal Korea Selatan, Korea East-West Power dalam proyek tersebut. (hm)

Tags: