Cina Kembali Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 6,5 Persen, Positif Bagi Indonesia

Bareksa • 06 Mar 2018

an image
Presiden Joko Widodo (kanan) berdialog dengan Wakil Perdana Menteri China Yang Jiechi (kiri) saat kunjungan kerja membahas peningkatan kerja sama bilateral sektor ekonomi, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (9/5/16). (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

Perdana Menteri Cina mengumumkan target pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) 2018 sama dengan target 2017

Bareksa.com - Meski pada tahun lalu telah melampaui target pertumbuhan, Pemerintah Cina kembali menetapkan angka yang sama untuk target 2018. Kondisi ini dapat menjadi faktor pendorong ekonomi domestik mengingat Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia.

Dalam pembukaan pertemuan parlemen tahunan pada hari Senin (5 Maret 2018), Perdana Menteri Cina mengumumkan target pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) negara tersebut berada di kisaran 6,5 persen pada tahun 2018 ini, sama dengan target pertumbuhan pada 2017.

Padahal, sepanjang tahun 2017 lalu negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu telah melampaui target 2017, dengan mencatatkan pertumbuhan ekonomi 6,9 persen untuk setahun penuh dan pada kuartal IV 2017 mencapai 6,8 persen.

Cina memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan ekonomi global. Sebagai informasi, Negeri Panda berkontribusi 30 persen terhadap pertumbuhan ekonomi global pada 2017.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, Cina memainkan peran besar dalam perdagangan global. Negeri Tirai Bambu ini menjadi konsumen bagi hampir semua komoditas dan juga produsen sebagian besar komoditas di dunia.

Mengutip CNN Money, di dalam pertemuan parlemen tersebut Pemerintah Cina juga menurunkan target defisit anggaran terhadap produk domestik bruto menjadi 2,6 persen dari 3 persen.

Selain itu, pemerintah Cina juga akan membahas potensi kenaikan tensi perdagangan global pasca penetapan tarif impor baja dan aluminium oleh Pemerintah Amerika Serikat.

Tahun ini Pemerintah Negeri Panda akan membenahi efisiensi produksi, mengurangi risiko dalam sistem keuangan serta mengatasi masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh pabrik-pabrik yang ada di sana.

Karena itu, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Cina juga masih akan stagnan dan hal ini juga tercermin pada pertumbuhan tingkat inflasi negara yang tercatat turun ke 1,5 persen pada Januari 2018.

Pergerakan inflasi Cina yang masih stagnan ini juga mencerminkan belum adanya tanda pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, karena jika dilihat lebih dalam, pergerakan inflasi dan pertumbuhan ekonomi (PDB) berkorelasi sangat erat.

Negara berkembang seperti Indonesia pun akan terkena dampak dari pertumbuhan ekonomi Cina. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait perkembangan ekspor dan impor Indonesia pada Januari 2018, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar.

Sebagai informasi, negara tujuan ekspor terbesar Indonesia adalah Cina, yaitu sebesar 13,9 persen dan impor Indonesia juga sebagian besar berasal dari Cina, yaitu sebesar 28,94 persen.

Jadi, bisa diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terdorong oleh pertumbuhan ekonomi Cina. (hm)