Berita / / Artikel

Konsorsium Aramco, IDB dan Khazanah Bidik Saham Mayoritas Waskita Toll Road

• 19 Dec 2017

an image
Alat berat beroperasi di zona 5 pembangunan Light Rail Transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan. Pembangunan jalur kereta api ringan ini dilakukan oleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Konsorsium tersebut dibantu oleh Samuel Sekuritas

Bareksa.com – Konsorsium asing yang terdiri dari Islamic Development Bank (IDB), Saudi Aramco dan Khazanah berminat membeli mayoritas saham anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT), yaitu PT Waskita Toll Road (WTR). Konsorsium tersebut dibantu oleh PT Samuel Sekuritas.

Direktur Utama Waskita Karya, Muhamad Choliq, menjelaskan sebenarnya ada tiga strategi divestasi raus tol Waskita, salah satunya adalah menerbitkan saham baru di anak usahanya tersebut. Sejauh ini, ada dua pihak yang tertarik memiliki saham WTR.

“Cukup banyak peminatnya, Islamic Development Bank, Saudi Aramco dan Khazanah, mereka joint dibantu Samuel Sekuritas,” terangnya di Jakarta, Senin, 18 Desember 2017. (Baca : Kontrak Baru Waskita Hingga November Capai Rp48,3 Triliun)

Dia melanjutkan, sebenarnya perseroan masih ingin menjadi pemegang saham mayoritas di WTR. Tetapi Choliq mengakui bahwa cukup sulit mengelola perusahaan yang pemegang sahamnya terdiri atas institusi-institusi besar, seperti Saudi Aramco, IDB dan Khasanah.

Selama ini, pemegang saham WTR lainnya, yaitu Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen) dan PT Sarana Multi Infrastruktur masih mau mengikuti keinginan Waskita. Namun, dia tidak bisa memastikan apabila institusi asing besar itu nantinya mau mengikuti keinginan Waskita.

“SMI dan Taspen kan selama ini mau nurut. Kalo institusi besar asing apakah mau menurut?” kata Choliq. (Lihat : Proyek Tol Trans Sumatera Bukti Serius Pemerintah Himpun Dana di Pasar Modal)

Dia mempersilakan konsorsium asing tersebut menjadi pemegang saham mayoritas WTR apabila harganya cocok. Sebab kunci divestasi adalah persoalan harga. Choliq juga tidak khawatir nantinya Waskita tidak memiliki saham sama sekali di WTR, karena perseoran dapat mencari proyek tol lainnya.

Sebenarnya, lanjut dia, perusahaan asal Cina juga berminat memiliki saham WTR. Akan tetapi, permintaan perusahaan Cina cukup khas karena selain membeli sahamnya perusahaan tersebut juga menginginkan pekerjaan pembangunan tolnya.

Menurut Choliq, perseroan hanya ingin menjual saham WTR, sedangkan pengerjaan proyek ruas tolnya tetap dikerjakan oleh WSKT. (Baca : Jasa Marga Bidik 6 Tol Waskita, Transaksi Diharapkan Tuntas Kuartal I - 2018)

Dijual dengan Harga Wajar

Perseroan tetap berprinsip untuk menjual konsesi maupun saham WTR dengan harga yang wajar. Menurut Choliq, saat Taspen dan SMI masuk menjadi pemegang saham WTR, kedua institusi tersebut membeli saham dengan valuasi harga 1,5 x harga dibandingkan nilai buku (price to book value/ PBV).

“Saya punya 18 ruas tol yang kualitasnya tidak sama. Tetapi secara agregat, saya tidak mau harganya di bawah 1,5 x PBV,” katanya.

Membuka pintu investor baru melalui penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue merupakan strategi ketiga untuk mendivestasi bisnis tolnya. Terdapat dua strategi lagi, yaitu menjual satu per satu dan menjual beberapa konsesi tol yang bergandengan, seperti menjual kepemilikan saham di ruas Trans Jawa. (Baca : Kerja Sama dengan Swasta dan Asing, Pemerintah Tegaskan Tidak Jual Aset Negara)

Choliq mengatakan bahwa untuk tipe menjual satu per satu ruas tol yang sangat peminatnya adalah konsesi tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu). Beberapa perusahaan telah menyatakan minatnya.

Sedangkan skema kedua adalah menjual saham di ruas tol yang bergandengan ada dua peminat utama yang sangat aktif. “Tipe dua sedang berjalan, yang paling getol adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dan PT Astratel,” ujarnya. (Lihat : Jasa Marga Bidik Dua Tol Trans Jawa Milik Waskita)

Saat ini Waskita memiliki saham di 18 ruas tol di berbagai wilayah di Indonesia, tujuh di antaranya merupakan ruas Trans Jawa. Ketujuh ruas tol tersebut adalah Kanji-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono dan Pasuruan-Probolinggo.

Dia berharap proses divestasi konsesi tolnya dapat terealisasi tahun depan. Meskipun dia mengaku butuh waktu untuk mendivestasi, apalagi nilai divestasinya cukup besar. (AM) (Baca : Waskita Siapkan Rp20 Triliun untuk Capex Tahun 2018)

Tags: