Niat Kurangi Kemacetan Jakarta, Tapi Sandiaga Punya Saham Diler Kendaraan

Bareksa • 18 Oct 2017

an image
Presiden Direktur PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) Sandiaga S. Uno - (website)

Saratoga memiliki 48,62 persen di Mitra Pinasthika Mustika

Bareksa.com - Penanganan masalah kemacetan menjadi salah satu program prioritas Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno ketika kampanye dalam Pilkada DKI 2017. Kini, setelah mereka dilantik, janji untuk mengurai kemacetan di Ibu Kota pun patut ditagih.

Salah satu cara mengatasi kemacetan adalah dengan membangun sistem transportasi umum yang terintegrasi dalam bentuk interkoneksi antarmoda. Selain itu, penumpukan kendaraan di Jakarta juga harus diatasi, yang saat ini menggunakan sistem nomor polisi kendaraan ganjil-genap di jalan-jalan protokol di Jakarta.

Menariknya, Sandiaga Uno, yang berlatar belakang pengusaha dan salah satu pendiri Grup Saratoga, memiliki saham terafiliasi dengan perusahaan di bidang distributor otomotif dan penyewaan kendaraan, yakni PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX).

Berdasarkan laporan bulanan registrasi efek, per September 2017 yang dipublikasi di Bursa Efek Indonesia, Saratoga memiliki 48,62 persen di MPMX. Adapun, Sandiaga memiliki 27,8 persen di Saratoga berdasarkan keterbukaan informasi Bursa. (Baca juga: Ini Peta Kepemilikan Saham Sandiga Uno dalam Emiten Tercatat di Bursa Efek)

Perusahaan yang didominasi pendapatannya dari penjualan kendaraan bermotor dan suku cadang sebesar Rp6,3 triliun atau setara 82 persen jika dibandingkan seluruh pendapatan perusahaan yang mencapai Rp7,7 triliun. Angka tersebut turun tipis 8 persen dari periode tahun sebelumnya yakni Rp6,9 triliun.

Sebagai informasi, Mitra Pinasthika merupakan distributor utama motor Honda berada di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Meskipun demikian, segmen penyewaan dan perdagangan kendaraan juga beroperasi di Jakarta dan Tangerang.

Grafik:  Penjualan Kendaraan Bermotor dan Suku Cadang Mitra Pinasthika

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

Sementara itu, pendapatan dari rental mobil perusahaan hingga pertengahan tahun 2017 ini mencapai Rp573 miliar. Angka tersebut tidak terlalu banyak berubah jika dibandingkan tahun sebelumnya Rp576 miliar.

Grafik: Pendapatan Mitra Pinasthika Dari Sewa Kendaraan

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

Meskipun total pendapatan perusahaan menurun 13,2 persen menjadi Rp7,7 triliun dari sebelumnya Rp8,8 triliun, laba perusahaan bisa meroket 80 persen menjadi Rp323 miliar. Hal ini terjadi karena adanya laba dari pelepasan operasi yang dihentikan, sehingga perseroan mengantongi Rp107 miliar dari sebelumnya tidak ada.

Selain itu ada juga pendapatan dari penjualan aset tetap sebesar Rp44 miliar dari sebelumnya Rp1,8 miliar.

Grafik: Pendapatan dan Laba MPMX

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

Menurut Analis Oso Securities, Riska Afriani penjualan mobil dan rental tidak langsung berpengaruh signifikan pada kemacetan, karena untuk sekarang pemerintah telah mengambil langkah tepat akan menerapkan pembeli kendaraan harus memiliki garasi.

“Sekarang kendaraan yang banyak terjual adalah kendaraan Low Cost Green Car (LCGC) yang memiliki harga sekitar Rp100 jutaan. Biasanya sebagian dari pembeli kendaraan tersebut tidak memiliki garasi, sehingga jika dikembalikan ke langkah pemerintah yang akan mengharuskan pemiliki mobil memiliki garasi menjadi langkah yang tepat,” ungkap Riska.

Sementara itu, untuk bisnis rental kendaraan tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kemacetan Jakarta, karena untuk saat ini kendaraan rental digunakan untuk dijadikan transportasi berbasis online dan justru membuat sebagian pengguna kendaraan pribadi beralih ke moda tersebut.

Langkah selanjutnya yang sebaiknya dilakukan oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai pemimpin Jakarta yang baru, menurut Riska adalah memaksimalkan dan menambah jumlah transportasi masal yang telah menjadi favorit, seperti Trans Jakarta. Pasalnya, pembangunan infrastruktur masih cukup lama hingga 2020. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.