Berita / / Artikel

Jatuhnya Saham Bank Bukan Akibat Isu Rush Money; Begini Datanya

• 25 Nov 2016

an image
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo bersiap memberi keterangan pers seusai rapat dewan gubernur di Bank Indonesia, Jakarta. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate di level 4,75 persen. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

Likuiditas bank yang mulai ketat ditengah kualitas aset kredit yang lemah dikhawatirkan mengganggu profitabilitas bank

Bareksa.com - Saham perbankan susut paling dalam dalam perdagangan saham hari ini. Indeks Infobank15 tercatat ambrol 3,02 persen yang dipimpin oleh turunnya saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) hingga 7,34 persen.

Secara kebetulan susutnya harga saham perbankan berdekatan dengan isu akan adanya "rush money" tanggal 25 November 2016. Padahal jika ditelaah lebih dalam, bukan itu penyebab anjloknya harga saham perbankan.

Menurut data industri yang dipelajari analis Bareksa, likuiditas perbankan mulai ketat. Data Bank Indonesia menunjukan rasio LDR (loan to deposit ratio) perbankan bulan September 2016 meningkat ke angka 91,5 persen dari periode sama tahun sebelumnya 88,6 persen. Begitupun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 89,9 persen.

Ketatnya likuiditas dikhawatirkan akan menekan profitabilitas bank karena akan memicu kenaikan bunga simpanan. Pasalnya saat ini porsi dana murah (CASA) industri hanya naik 0,6 persen menjadi Rp2.449 triliun, sementara deposito menyusut 0,1 persen menjadi Rp4.604 triliun.

Mengantisipasi dampak negatif ini, Bank Indonesia berencana akan memperlonggar kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM). BI akan mengubah aturan GWM tidak lagi dengan mematok batasan minimum persentase angka GWM. Kedepan BI akan menggunakan metode GWM averaging yaitu penetapan berapa dana kewajiban dana yang harus disimpan di BI dihitung berdasarkan rata-rata periode tertentu.

Grafik : Perbandingan Pertumbuhan NPL dan Rasio LDR Periode Agustus dan September 2016

Sumber: Bareksa.com

Tak hanya dari likuiditas, investor juga khawatir dengan kualitas aset perbankan mengingat rasio gagal bayar kredit (NPL) industri telah mencapai level 3 persen tahun ini. Tetapi jika dilihat secara bulanan, rasio NPL pada bulan September 2016 turun sedikit menjadi hanya 3,1 persen yang menunjukan adanya perbaikan.

Sementara jika dilihat dari perdagangan saham perbankan hari ini. Investor asing justru banyak melakukan pembelian bersih pada saham bank, diantaranya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai Rp54,15 miliar. Hal sama juga terjadi pada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencapai Rp48,25 miliar.

Lalu juga diikuti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing Rp36,23 miliar dan Rp18,55 miliar.

Padahal jika dinilai seara keseluruhan hari ini investor asing melakukan total penjualan bersih sebanyak Rp406,07 miliar. Hal ini menunjukan adanya kepercayaan investor asing terhadap kinerja saham perbankan kedepan. (np)

 

Tags: