Volume Penjualan Naik, Mengapa Harga Saham Produsen Semen Belum Mampu Pulih?

Bareksa • 16 Jun 2016

an image
Pekerja menngangkat semen ke kapal Pedi dengan tujuan Pulau Bawean di Pelabuhan Rakyat, Gresik, Jawa Timur, Kamis (16/4). ANTARA FOTO/Sahlan Kurniawan/ed/Spt/15.

Kompetisi harga jual semen menjadi penghambat kenaikan harga saham

Bareksa.com – Dua saham produsen semen terbesar di Indonesia PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) belum mengalami kenaikan meskipun volume penjualan semen meningkat bulan Mei 2016 lalu.

Year-to-date, harga saham INTP dan SMGR masih merosot masing-masing 27,66 persen dan 22,81 persen. Diantara produsen semen yang tercatat sahamnya di BEI, hanya saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) yang melonjak 83,85 persen.

Grafik: Pergerakan Saham Emiten Semen


Sumber: Bareksa

Padahal Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mengatakan penjualan semen domestik bulan Mei 2016 ini mencapai 5,1 juta ton atau tumbuh 12,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini juga naik 6,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pulau Jawa masih mendominasi volume penjualan diikuti dengan Sumatra. Meningkatnya permintaan semen domestik merupakan angin segar bagi pelaku pasar di tengah ancaman oversupply. (Baca juga: Masih Oversupply, Bagaimana Prospek Emiten Semen?)

Grafik: Volume Penjualan Semen Domestik

Sumber: ASI, diolaah Bareksa

Lalu mengapa harga saham dua produsen semen belum naik disaat permintaan semen naik?

Dalam laporan risetnya yang dibagikan kepada nasabah, JP Morgan meyakini bahwa penurunan saham INTP dan SMGR terkait dengan kompetisi harga. Dalam survei harga yang dilakukan, SMGR terus menurunkan harga jual semennya di bulan Mei dan Juni 2016. Hal ini menyebabkan peningkatan pangsa pasar SMGR dalam dua bulan terakhir, namun berpotensi menggerus marjin. Tercatat sejak kuartal kedua 2016, harga jual SMGR telah turun 2,7 persen meskipun volume penjualan naik 3,3 persen.

Sementara harga jual pesaingnya yaitu INTP juga turun 0,6 persen. Tetapi tidak berimbas pada pertumbuhan pangsa pasar dan justru pertumbuhan volume penjualan INTP lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, JP Morgan merekomendasikan saham SMGR, INTP dan SMCB dengan underweight. Sementara UOB Kay Hian dan Kim Eng Securities sama-sama merekomendasikan HOLD untuk INTP dan SMGR ancaman overkapasitas dan ketatnya kompetisi dari pemain baru. (np)