Berita / / Artikel

Supply Dolar Amerika Mulai Banyak, Apakah Rupiah Akankah Kembali Menguat?

• 11 Nov 2015

an image
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. ANTARA FOTO/Yudhi M.

Nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir kembali melemah pasca rilisnya data pekerja Amerika pada bulan Oktober

Bareksa.com - Nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir kembali melemah pasca dirilisnya data pekerja Amerika pada Oktober. Jumlah pekerja yang meningkat sehingga menurunkan data pengangguran ini menyebabkan dolar Amerika kembali menguat.

Padahal pada Oktober lalu, nilai tukar rupiah menguat tajam, bahkan di pasar spot sempat sentuh level Rp13,400 per dolar Amerika.

Ada yang mengatakan bahwa meningkatnya supply dolar di pasar salah satunya disebabkan sudah mulai masuknya pinjaman China untuk tiga bank BUMN. Sebelumnya China Development Bank (CDB) akan memberi pinjaman senilai masing-masing US$1 miliar kepada 3 bank pelat merah, yaitu Bank Mandiri, BRI, dan BNI.  (Baca juga: Beralasankah Gara-gara Berutang ke China, 3 Bank BUMN Bakal Diprivatisasi)

Adi Hadian, Broker PT Global Money Broker, mengatakan volume transaksi dolar masih cenderung sepi. "Mungkin karena sebentar lagi sudah masuk akhir tahun."

Sementara, supply dolar saat ini sudah mulai banyak, tidak hanya dari Bank Indonesia. "Untuk bulan lalu, supply dolar hanya dari state bank, tapi sejak awal bulan ini sudah banyak yang masuk. Namun volume transaksi masih tidak banyak," papar Adi kepada Bareksa.

Hal tersebut berbanding terbalik dibandingkan, di mana supply dolar hanya dari Bank Indonesia. Pada akhir September hingga awal Oktober, kata Adi, BI banyak melakukan intervensi besar-besaran sehingga nilai tukar rupiah dapat menguat. Namun sejak pekan kedua intervensi yang dilakukan hanya untuk menjaga volatilitas rupiah saja.

Akibat banyaknya intervensi oleh BI, cadangan devisa per Oktober 2015 turun US$1 miliar menjadi US$100,7 miliar. Selain intervensi yang menyebabkan cadangan devisa turun adalah pembayaran utang luar negeri yang cukup tinggi.

Hari ini (Rabu, 11/11), nilai tukar rupiah bergerak menguat di kisaran Rp13.548-13.577 per dolar Amerika. Volume perdagangan hari ini terhitung sepi. "Di kantor kami hanya sekitar US$20 miliar. Apalagi hari ini Amerika libur, jadi transaksi makin sepi," kata Adi.

Grafik: Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Secara Intraday

Sumber: Bloomberg.com

 

Tags: