MARKET FLASH: WIKA Perkirakan Kontrak Baru Rp11 Triliun Semester I/2015

Bareksa • 08 Jun 2015

an image
Workers stand on a pier of a flyover road construction in Jakarta, May 15, 2015. Indonesia's finance minister said on Wednesday economic growth of 5.4 percent is more realistic for this year than the government's target of 5.7 percent. REUTERS/Beawiharta

Lippo ekspansi rumah sakit di Asia; BII Maybank siapkan obligasi Rp1,5 triliun

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA memperkirakan dapat membukukan perolehan kontrak baru senilai Rp11 triliun sepanjang semester I/2015. Estimasi kontrak baru itu belum mencapai separuh dari total target kontrak baru senilai Rp31 triliun pada tahun ini. Perseroan berharap pemerintah segera merealisasikan sejumlah rencana pembangunan infrastrukturnya sehingga target dapat tercapai.

Hingga Mei, kontrak baru WIKA mencapai Rp9,3 triliun yang didominasi proyek swasta 50 persen. Sementara proyek dari pemerintah 35 persen dan sisanya 15 persen BUMN.

PT Bank International Indonesia Tbk (BNII)

BII tengah merancang emisi obligasi senilai Rp1,5 triliun yang bakal diluncurkan pada kuartal III tahun ini. Rencana penerbitan surat berharga tersebut bakal mempertimbangkan kebutuhan perusahaan, suku bunga hingga jangka waktu. Hal yang sangat berpengaruh pada rencana penerbitan obligasi adalah laju fungsi intermediasi perbankan dengan memperhatikan laju kredit.

Tenor obligasi perusahaan yang terafiliasi bank asal Malaysia Maybank itu akan berkisar 3 - 5 tahun.

Grup Lippo

Setelah meresmikan rumah sakit anyar berstandar internasional di Yangon, Myanmar, Lippo Group tengah bersiap memperluas ekspansi bisnisnya ke lima negara lain, yaitu Kamboja, Vietnam, Nepal, Sri Lanka, dan Filipina. Chief Executive Officer Lippo Group James Riady mengatakan ketika merambah negara baru, grup konglomerasi yang dipimpinnya mengandalkan bisnis rumah sakit pada tahap awal ekspansi. Strategi ini pun diterapkan ketika merambah negara berjulukan Tanah Emas, Myanmar.

Dalam ekspansinya, Lippo Group menggandeng grup konglomerasi asal Myanmar Serge Pun & Associates Group (SPA Group), membangun rumah sakit patungan bertajuk Pun Hlaing Siloam Hospital di Yangon, Myanmar. Usai ekspansi di bisnis rumah sakit, Lippo bakal merambah pembangunan sekolah, logistik, ritel, dan perbankan.

Yield SUN Naik

Pasar sekunder surat utang negara pada pekan ini diperkirakan masih lesu dan membuat imbal hasil terus terkerek. Imbal hasil tenor 10 tahun yang sudah tembus 8,4 persen diperkirakan terus naik hingga 8,5 persen. Naiknya imbal hasil karena belum adanya sentimen positif yang dapat mempengaruhi aksi investor untuk masuk ke perdagangan obligasi di pasar sekunder. Tertekannya pasar SUN juga disebabkan inflasi yang di atas ekspektasi dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON)

JKON berupaya meningkatkan efisiensi usahanya dengan dua strategi. Pertama, berencana membangun terminal aspal curah (TAC). Strategi kedua JKON mengoperasikan kapal pengangkut sendiri, termasuk untuk mengangkut aspal ke lokasi TAC.

Sebelumnya JKON menyewa kapal dari pihak ketiga untuk mengangkut aneka kebutuhan bahan konstruksi. Demi memuluskan strategi itu, perseroan menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 189 miliar. Dari jumlah ini, Rp 50 miliar akan digunakan untuk pembangunan TAC.

PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL)

Emiten konstruksi Total Bangun Persada sudah mencatatkan kontrak baru Rp1,53 triliun hingga awal Juni, memenuhi separuh dari target tahun ini Rp3 triliun. Sekitar Rp1,25 triliun kontrak tersebut disumbangkan oleh proyek pembangunan apartemen di daerah Kuningan dan Pakubuwono, Jakarta.

PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO)

TOTO akan menerbitkan saham baru (rights issue) senilai maksimal Rp148,61 miliar. Pemegang 24 saham lama berhak mendapat 1 hak untuk membeli 1 saham baru seharga Rp3.600. Dana hasil penawaran umum akan digunakan untuk meningkatkan modal kerja untuk pembelian bahan baku produk dan biaya pemeliharaan mesin produksi.

Pemegang saham utama perusahaan produsen barang sanitasi dan alat rumah tangga ini tidak akan mengeksekusi haknya. Mereka termasuk PT Toto Ltd (39,48 persen kepemilikan saham), Multifortuna Asindo (31,38 persen) dan PT Suryaparamitra Abadi (25,34 persen). Rencana aksi korporasi itu membutuhkan persetujuan dari rapat umum pemegang saham pada 10 Juni 2015.