Bareksa.com -Neraca perdagangan Indonesia pada Maret (year on year/YoY) mencatatkan surplus sebesar $1,13 miliar, naik signifikan hingga 53 persen dari periode Februari sebesar $738,3 juta. Surplusnya neraca perdagangan ini melebihi konsensus yang memperkirakan surplus hanya sekitar $589 juta. Surplus neraca perdagangan ini didorong oleh turunnya impor Indonesia pada Maret sebesar 13,39 persen secara YoY menjadi $12,58 miliar. Turunnya nilai impor didorong oleh berkurangnya impor migas hingga 43,22 persen menjadi US$2,27 miliar.
Penurunan impor juga terjadi pada segmen non-migas sebesar 2,07 persen menjadi US$10,31 miliar. Golongan besi dan baja menurun paling besar sebesar $0,03 miliar.
Sementara itu, nilai ekspor pada Maret juga menurun 9,75 persen menjadi $13,71 miliar. Tergelincirnya nilai ekspor dipicu oleh melemahnya kinerja ekspor non-migas yang turun 6,61 persen menjadi $11,25 miliar.
Secara sektoral, penurunan nilai ekspor terbesar terjadi pada bahan bakar mineral, terutama pada tambang nikel yang merosot 55,03 persen menjadi $45,9 juta. Penurunan ini seiring dengan pelemahan harga jual komoditas tambang.
Namun, penurunan tersebut ternyata tidak menahan laju kenaikan neraca perdagangan periode Maret. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Maret 2015 mencapai US$39,13 miliar atau menurun 11,67 persen dibanding periode yang sama 2014. Begitu pula ekspor non-migas mencapai US$33,43 miliar atau menurun 8,23 persen.
Adapun impor pada periode yang sama, nilainya mencapai US$36,70 miliar atau turun 15,10 persen dibanding periode yang sama 2014. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas US$6,10 miliar (turun 44,53 persen) dan non-migas US$30,60 miliar atau turun 5,05 persen. (al/pi)