Indonesia Akan Mengalami Oversupply Semen Pada 2015-2020: Mahendra Siregar

Bareksa • 18 Feb 2015

an image
Komisaris Utama PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), Mahendra Siregar dalam acara Investor Round Table Discussion yang diadakan oleh Bareksa dan Semen Indonesia tentang Masa Depan Infrastruktur Indonesia: Peluang dan Tantangan Industri Semen. Di Ritz Calton, Jakarta. Selasa, 17 Februari 2014.

Periode 2015-2020 adalah periode survival -- yang tidak kuat bersaing tidak akan survive.

Bareksa.com – Kondisi pasar semen dalam lima tahun mendatang akan mengalami kelebihan pasokan, ditengah penambahan kapasitas oleh produsen semen yang ada dan masuknya pemain-pemain baru. 

Komisaris Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Mahendra Siregar memaparkan dalam round table discussion yang diselenggarakan SMGR dan Bareksa.com Selasa malam bahwa kondisi keseimbangan antara produksi dan permintaan semen terjadi pada tahun 2014, padahal tahun-tahun sebelumnya di Indonesia terjadi kelebihan permintaan (excess demand market) dimana produksi riil semen berada di bawah permintaan.

Kondisi excess demand tersebut membuka kesempatan untuk impor semen dan melakukan penyesuaian harga. Pada periode tersebut tingkat kompetisi antar produsen semen masih rendah karena banyaknya permintaan akan semen.

Grafik: Pertumbuhan Produksi dan Permintaan Semen di Indonesia

Sumber: Materi Presentasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Dalam grafik diatas dapat diperhatikan bahwa kapasitas terpasang dari produsen semen di Indonesia selalu berada di atas permintaan dan akan terus meningkat, terutama pada kondisi kelebihan pasokan (excess supply) yang akan terjadi pada periode 2015-2019.

Gambar: Peta Kapasitas Terpasang Produsen Semen di Indonesia

Sumber: Materi Presentasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Kondisi excess supply akan mereda setelah lima tahun ke depan setelah beberapa produsen semen melakukan konstruksi dan menambah produksinya dengan membangun pabrik baru dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

Tahun ini saja beberapa pabrik semen baru akan beroperasi, diantaranya pabrik semen terintegrasi milik PAN ASIA, Siam Cement, dan Merah Putih di Pulau Jawa serta pabrik semen milik Anhui Conch di Kalimantan.

"Periode 2015-2020 adalah periode survival -- yang tidak kuat bersaing tidak akan survive. Semen Indonesia tidak hanya akan survive. Manjemen sudah memberikan komitmen bahwa mereka paling tidak akan mempertahankan pangsa pasar," ujar Mahendra. (qs)