
Bareksa.com – Mulai tanggal 1 Mei 2014, pemerintah akan mengenakan kenaikan tarif listrik bagi industri dimana untuk industri berskala medium (pemakaian listrik diatas 200 kva), tarif listrik akan meningkat 38,9 persen dan untuk industri berskala besar (pemakaian listrik diatas 30.000 kva), tarif listrik akan naik 64,7 persen. Bagaimana impaknya terhadap beberapa industri di Indonesia?
Pada sektor produsen semen, dimana termasuk kedalam perusahaan skala besar maka kenaikan tarif 64,7 persen dalam laporan yang kami pelajari akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi kurang lebih 1,5 - 2 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya, sehingga akan membuat laba mengalami penurunan 2 – 2,5 persen. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka beberapa produsen semen akan menaikan harga jual produknya (ASP/ average selling price). PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) telah menaikkan ASP sebanyak 2 kali, Desember 2013 dan Maret 2014, masing-masing sekitar 3 persen. Sementara PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berencana akan menaikan ASP sekitar 5 – 6 persen tahun ini.
Menurut Liliana S Bambang, Analis dari PT Mandiri Sekuritas menyebutkan dalam laporannya bahwa yang akan terkena dampak terbesar atas kenaikan tarif ini dalam sektor produsen semen adalah PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) karena 16 persen dari total harga pokok penjualan SMBR adalah biaya listrik, sehingga dengan adanya kenaikan tarif tersebut biaya produksi SMBR dapat mengalami kenaikan hingga 9 – 10 persen. Liliana mengestimasi jika SMBR hanya mampu menaikkan ASP sebesar 4-5 persen tahun ini, maka laba bersih akhir tahun 2015 diperkirakan masih akan mengalami penurunan 8 persen dari tahun sebelumnya.
Dalam data Bareksa.com, dari sejak awal tahun ini saham-saham di sektor semen sudah mengalami kenaikan harga diatas 11 persen, sedangkan untuk IHSG pada periode yang sama sudah mengalami kenaikan 14,46 persen, hanya SMGR yang bergerak dibawah IHSG.
Grafik return harga saham INTP, SMBR, SMCB, dan SMGR Year to Date (YTD). Sumber: Bareksa.com
Dan jika dilihat matriks fundamental dalam data Bareksa.com, terlihat bahwa INTP dan SMGR memiliki Return on Equity (ROE) yang tinggi dan valuasi yang relatif murah sehingga layak untuk melakukan pembelian.
Matriks saham INTP, SMCB, dan SMGR menggunakan indikator ROE dan PER-Projection. Sumber: Bareksa.com
Sementara itu jika kita melihat sektor konsumsi, menurut Herman Koeswanto, analis dari PT Mandiri Sekuritas menyebutkan bahwa sebagian besar emiten-emiten di sektor konsumsi tidak menggunakan listrik dari PLN karena terletak di daerah kawasan industri yang memakai listrik dari swasta dan selain itu juga komponen biaya listrik hanya 5 persen dari biaya operasional. Tetapi yang lebih berdampak adalah biaya tidak langsung akibat kenaikan tersebut seperti biaya logistik serta dampak inflasi yang akan menyebabkan pertumbuhan penjualan mengalami perlambatan. (np)