Jelang Tutup Tahun 2022, Ini Cara Evaluasi Kinerja Investasi Reksadana dan Rebalancing

Hanum Kusuma Dewi • 28 Dec 2022

an image
Ilustrasi wanita investor sedang melakukan evaluasi kinerja investasi reksadana saham SBN dan emas serta menggunakan fitur Robo Advisor Bareksa untuk mengatur alokasi investasi. (Shutterstock)

Fitur Robo Advisor bisa jadi pendamping untuk mengatur alokasi reksadana

Bareksa.com - Tahun 2022 akan berakhir dalam hitungan hari. Apakah Smart Investor sudah dapat cuan dari investasi? Ayo lakukan evaluasi kinerja investasi, atau gunakan fitur Robo Advisor Bareksa untuk membantu mengatur alokasi portofolio. 

Ada beberapa cara mudah mengevaluasi kinerja investasi. Avrist AM dalam laman resminya menyebutkan ketika investor sudah rajin mengembangkan aset melalui investasi, sebaiknya jangan melupakan begitu saja dana yang sudah ditanam.

Evaluasi kinerja investasi wajib dilakukan karena investor tentu memiliki target dan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, kamu ingin menyiapkan pendidikan S2 untuk 4 tahun lagi. Maka, kamu berniat rutin investasi di reksadana setiap bulan selama 4 tahun. 

Tentu langkah tersebut sudah menghitung berapa target dana yang hendak kamu kumpulkan. Untuk memastikan asumsi hitungan tujuan keuangan yang sudah dipatok di depan terpenuhi, kamu perlu rutin mengecek kinerja investasi tersebut.

Langkah Evaluasi Investasi

Umumnya, investor perlu mengevaluasi kinerja investasi yang dimiliki minimal setiap akhir tahun atau setiap semester. Berikut empat langkah melakukan evaluasi investasi :

1. Cek Nilai Investasi

Ketika pertama kali berinvestasi di sebuah instrumen investasi, apakah itu saham, reksadana, obligasi ataupun emas, jangan lupa untuk mencatat dan mengingat harga beli ketika itu. 

Misalnya, kamu berinvestasi rutin di reksadana saham A, catatlah berapa harga unit penyertaan dan nilai aktiva bersih reksadana tersebut ketika pertama kali kamu membeli (initial subscription).

Dengan mengetahui harga sebuah instrumen investasi ketika pertama kali membelinya, kamu bisa menghitung berapa pertumbuhannya atau penurunannya selama setahun belakang.

Bagaimana bila kamu lupa tidak mencatat harga pertama pembelian? Tenang. Jika kamu berinvestasi di reksadana, manajer investasi akan mengirimkan kinerja dana kamu secara rutin atau kamu bisa memintanya kepada manajer investasi.

Lebih mudah lagi kalau membeli reksadana di super app Bareksa, karena kamu bisa kapan saja melihat nilai investasi. Jadi, setiap saat sebenarnya kamu bisa langsung tahu apakah nilai investasi itu untung atau rugi.

Baca juga Pasar Fluktuasi Tak Perlu Panik, Amankan Investasi dengan Robo Advisor Bareksa

2. Bandingkan

Instrumen investasi pasti memiliki acuan untuk mengukur pertumbuhan harga. Apabila kamu berinvestasi di saham atau reksadana saham, maka acuan atau benchmark yang bisa kamu bandingkan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Misalnya, investasi kamu di reksadana saham ABCD mampu tumbuh 2 persen tahun lalu, sedangkan pertumbuhan IHSG pada periode yang sama malah minus 2,54 persen.

Artinya, kinerja investasi reksadana ABCD cukup bagus walau pertumbuhannya kecil, karena masih mampu tumbuh positif apabila dibandingkan harga acuannya yang negatif. 

Kamu juga memanfaatkan indeks acuan yang dirilis oleh beberapa institusi, seperti Indeks Reksadana Bareksa. Hal yang sama juga dapat kamu terapkan untuk melihat kinerja saham.

3. Evaluasi

Sebelum berinvestasi ke sebuah instrumen, kamu tentu memiliki tujuan keuangan yang hendak dicapai. Sebagai contoh, kebutuhan dana pensiun atau pendidikan S2 yang hendak kamu gunakan enam tahun lagi adalah Rp100 juta. Untuk bisa mencapai target dana tersebut, kamu berinvestasi di sebuah instrumen investasi yang mampu tumbuh minimal 15 persen per tahun selama enam tahun, dengan modal investasi berkala Rp850 ribu per bulan.

Kemudian, saat melakukan evaluasi rutin di akhir tahun, terungkap bahwa kinerja instrumen investasi yang kamu gunakan untuk meraih tujuan keuangan tersebut hanya 10 persen per tahun. Jika demikian, ada risiko target dana yang kamu kejar tidak tercapai. Maka, kamu bisa menimbang langkah lanjutan supaya target dana dalam tujuan keuangan tersebut bisa tercapai. 

Baca juga Pasar Fluktuasi Tak Perlu Panik, Amankan Investasi dengan Robo Advisor Bareksa

4. Ambil Keputusan

Ketika asumsi awal yang kamu gunakan dalam penghitungan tujuan keuangan meleset, maka kamu memiliki beberapa opsi pasca-evaluasi. 

Pertama, switching atau mengalihkan investasi ke instrumen investasi lain yang mencetak kinerja lebih bagus dan sesuai dengan asumsi hitungan awal kamu. Di super app investasi Bareksa, sudah ada fitur switching reksadana untuk memindahkan saldo dana kamu ke kelas aset berbeda di manajer investasi yang sama. 

Kedua, memangkas kerugian (cut loss) dan switching ke instrumen berbeda saat kinerja investasi kamu ternyata di bawah target. Setelah melihat tren ke depan, banyak prediksi ahli yang menyebut kondisi pasar belum akan membaik dalam jangka pendek. 

Hal ini mungkin menjadi sinyal bagi kamu untuk menempuh aksi cut loss dan mengalihkan investasi ke instrumen lain yang lebih rendah risiko sekaligus masih mampu memenuhi asumsi hitungan awal.

Contohnya, kamu berasumsi investasi reksadana saham XYZ mampu tumbuh minimal 7 persen per tahun. Tapi, pada kenyataannya kinerja investasi reksadana saham XYZ tersebut hanya sebesar 3 persen per tahun. Kamu pun tak yakin kinerjanya tahun depan akan lebih baik sementara waktu sudah mendekati target tujuan investasi.

Jadi, jika sudah demikian, cut loss adalah yang paling mungkin dan mengalihkan investasi ke instrumen lain dengan proyeksi return lebih baik dengan risiko lebih rendah. Contohnya, instrumen reksadana pendapatan tetap atau menempatkannya di reksadana pasar uang.

Ketiga, menambah modal investasi (top up). Kamu mendapati bahwa kinerja instrumen investasi yang kamu gunakan ternyata di bawah asumsi awal. Meski demikian, kamu memiliki optimisme bahwa kinerja investasi tersebut akan berbalik tumbuh tinggi tahun depan.

Dengan keyakinan tersebut, kamu menilai menambah modal (top up) investasi adalah yang tepat. Sebagai contoh, kamu membeli saham D seharga Rp1.000 per saham dengan asumsi pertumbuhan 15 persen per tahun. Investasi ini ditujukan untuk dana pensiun kelak.

Namun, ternyata pertumbuhan harganya setahun ini justru turun 3 persen. Selanjutnya, berbekal analisa fundamental dan proyeksi jangka panjang, kamu optimistis bahwa harga saham tersebut akan menembus Rp1.500 tahun depan.

Dengan demikian, kamu justru memanfaatkan momen kejatuhan harga saham tersebut untuk membeli lebih banyak dengan harapan memperoleh keuntungan lebih optimal saat harganya menembus Rp1.500 per saham.

Baca juga Bareksa Insight : Tanda Window Dressing Mulai Tampak, Cuan Reksadana Ini Bisa Melonjak

Fitur Robo Advisor

Mungkin kamu bukan termasuk investor yang punya waktu untuk menganalisis atau memantau pergerakan aset-aset investasi. Kamu bisa menggunakan fitur Robo Advisor Bareksa untuk mendampingi mengatur portofolio investasi reksadana sesuai dengan profil risiko investor dan kondisi pasar terkini. 

Robo advisor adalah konsultan finansial yang memberikan saran investasi digital dan mengelola portofolio investasi investor dengan menggunakan algoritma khusus yang dibangun dengan teknologi terdepan. Robo advisor juga merupakan salah satu fasilitas yang sering digunakan dalam dunia investasi terutama di Amerika Serikat. 

Robo Advisor Bareksa adalah robo advisor pertama di Indonesia yang mendapatkan lisensi sebagai penasihat investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI. Izin ini dituangkan dalam Keputusan Dewan Komisioner OJK No. KEP-17/D.04/2021 tentang Pemberian Izin Usaha Penasihat Investasi Kepada PT Bareksa Portal Investasi tertanggal 20 April 2021.

Keunggulan robo advisor yang dikembangkan Bareksa, ialah fitur ini menyediakan layanan perencanaan investasi otomatis, didukung oleh algoritma teori portofolio modern dan juga pengawasan manusia. Dengan pengawasan manusia inilah membuat Robo Advisor Bareksa bekerja sesuai dengan kondisi pasar terkini.

Kembali pada evaluasi kinerja investasi, bila kamu menemukan hasil investasi masih belum sesuai dengan harapan, kamu bisa menyesuaikan kembali (rebalancing) target alokasi investasi di Robo Advisor. 

Bagaimana melakukan rebalancing portofolio? 

Caranya sangat mudah. Smart Investor bisa melihat di halaman Robo di super app Bareksa, dan akan ada notifikasi untuk rebalancing. Investor hanya perlu top up atau tambah investasi, dengan mengikuti alokasi porsi yang disediakan oleh Robo Bareksa. 

Saat membeli reksadana menggunakan Robo Bareksa, investor akan membuat satu order yang di dalamnya ada lebih dari satu produk reksadana. Namun, tidak perlu repot, sebab investor hanya perlu membayar satu kali saja sejumlah yang tertera dalam order. 

Baca juga Promo FundFest 12.12 Investasi Pakai Robo Advisor Bareksa Berhadiah Reksadana Rp250 Ribu

Investasi Dengan Robo Yuk!

(hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.