Suku Bunga BI Naik Lagi, Bagaimana Potensi Investasi Reksadana?

Hanum Kusuma Dewi • 25 Oct 2022

an image
Konsep investasi dan suku bunga yang digambarkan dengan grafik naik dan lambang persentase di atas tangan seseorang. (Shutterstock)

Jika kebijakan Bank Indonesia bisa mendorong ekonomi, kinerja reksadana bisa ikut membaik

Bareksa.com - Pekan lalu, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan BI sebesar 50 bps atau 0,5% ke level 4,75%. Dengan latar ekonomi Indonesia yang masih terjaga, Smart Investor dapat meraih potensi keuntungan dengan strategi yang sesuai profil risiko dan tujuan investasi di reksadana

Langkah peningkatan suku bunga BI ini dilakukan sebagai upaya antisipasi kenaikan laju inflasi dalam negeri, menjaga kestabilan nilai tukar rupiah serta menjaga agar selisih suku bunga BI dengan suku bunga Bank Sentral Amerika (The Fed) tetap atraktif.

Selisih Suku Bunga Acuan Bank Indonesia & The Fed

2022

BI Rate

Fed Rate

Spread

Jan

3,50%

0,25%

3,25%

Feb

3,50%

0,25%

3,25%

Mar

3,50%

0,50%

3,00%

Apr

3,50%

0,50%

3,00%

May

3,50%

1,00%

2,50%

Jun

3,50%

1,75%

1,75%

Jul

3,50%

2,50%

1,00%

Aug

3,75%

2,50%

1,25%

Sep

4,25%

3,25%

1,00%

Oct

4,75%

3,25%

1,50%

Sumber: Bank Indonesia, Tim Analis Bareksa

Ekonomi dalam negeri sendiri sebetulnya masih cukup baik dibandingkan kondisi beberapa negara Asia lainnya. Hal ini terlihat dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang meskipun terdepresiasi tidak terlalu dalam dibandingkan dengan mata uang negara lain. 

Sejak awal tahun hingga 20 Oktober 2022, nilai tukar Rupiah terdepresiasi sekitar 8,48% terhadap dolar AS. Sementara itu, mata uang global lainnya seperti Yuan China terdepresiasi sebesar 12%, Yen Jepang melemah sebesar 23,2%, Euro terdepresiasi sebesar 13,9%, Poundsterling Inggris terdepresiasi sebesar 16,8%, Dolar Australia melemah sebesar 13,7% dan Won Korea Selatan turun sebesar 17%.   

Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Relatif Kuat di Asia dan Global

Sumber: Bloomberg

Selain itu, dengan upaya kenaikan suku bunga acuan, Bank Indonesia juga memastikan inflasi inti dapat terjaga di kisaran 2-4% hingga semester pertama 2023. 

Dari sisi kredit, hingga akhir tahun 2023, Bank Indonesia juga masih melanjutkan pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti bagi bank yang memenuhi kriteria NPL/NPF tertentu.

BI juga melanjutkan pelonggaran ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru, untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif.

Artinya, meski mengambil kebijakan moneter yang dirasa cukup ketat, Bank Indonesia sendiri telah melakukan antisipasi dengan sejumlah pelonggaran dari sisi kredit agar aktivitas ekonomi dalam negeri dapat terus bertumbuh.

Baca juga Bareksa Insight : Pasar Sambut Positif Bunga Acuan BI Naik, Cuan Reksadana Ini Ciamik

Langkah bank sentral ini ternyata disambut positif pelaku pasar modal Tanah Air, yang terlihat dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih mencatat kinerja positif. Per 21 Oktober 2022, IHSG masih naik 6,63% dan mencatat kinerja tertinggi di Asia Pasifik dibandingkan bursa saham sejumlah negara Asia Tenggara lainnya yang negatif. 

Pasar obligasi negara Indonesia juga masih bertahan, dengan kenaikan imbal hasil (yield) masih terbatas yang menandakan harga obligasi tidak turun terlalu dalam. Kenaikan Yield Obligasi Indonesia 10 tahun juga cukup terbatas ke kisaran 7,5%, dibandingkan level awal tahun 6,38%. Padahal, yield 10 tahun AS naik signifikan dari 1,5% menjadi 4,2%.

Sejak awal tahun, kinerja saham berkapitalisasi besar menjadi salah satu pendorong utama kenaikan kinerja reksadana saham dan indeks karena valuasi yang dinilai atraktif dan kinerja keuangan yang lebih stabil. Selain itu, tingginya harga komoditas juga turut mempengaruhi kenaikan sektor energi dan reksadana yang berbasis saham tersebut.

Sehingga, jika kebijakan moneter yang dilakukan oleh BI dapat tetap mendorong pemulihan ekonomi dalam negeri, maka kinerja reksadana juga diproyeksikan membaik, bahkan di tengah kondisi ekonomi global yang belum kondusif.

Namun, investor juga tetap perlu waspada dengan fluktuasi pasar modal dan dapat melakukan diversifikasi pada aset yang lebih rendah risiko seperti reksadana pasar uang dan emas.

Baca juga Pejabat Bank Sentral AS Beda Pendapat, Buat Harga Emas Hari Ini Melesat

Rekomendasi Investasi Reksadana

Apa yang harus dilakukan investor?

Melihat sejumlah sentimen di atas, investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi reksadana berikut.

IHSG sempat merespon positif kenaikan suku bunga acuan BI karena dampaknya diperkirakan belum terlalu mempengaruhi kinerja emiten dalam waktu dekat. Namun investor dengan profil risiko agresif dapat terus mencermati sentimen yang ada di pasar saham. Melihat momentum fluktuasi di IHSG, investor dapat mempertimbangkan akumulasi bertahap di reksadana saham maupun reksadana indeks jika IHSG berada di bawah level 7.000, dengan tujuan investasi jangka pendek.

Sementara itu, investor berprofil risiko moderat dapat menunggu (wait and see) pergerakan yield acuan dalam reksadana pendapatan tetap, karena masih berpotensi melemah menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan AS maupun Bank Indonesia.

Investor semua jenis profil risiko dapat tetap berinvestasi di reksadana pasar uang yang umumnya lebih stabil.

Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.

Kinerja Reksadana

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Capital Money Market Fund

4,40%

17,05%

Syailendra Dana Kas

3,68%

14,91%

Shinhan Money Market Fund

3,41%

13,79%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

TRIM Dana Tetap 2

3,64%

16,42%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

7,21%

30,59%

Mandiri Investa Dana Syariah

1,16%

12,23%

Reksa Dana Saham & Indeks

YtD

1 Tahun

Avrist Ada Saham Blue Safir

11,66%

6,68%

Bahana Dana Prima

13,76%

9,88%

BNP Paribas Sri Kehati

16,33%

10,96%

Sumber: Tim Analis Bareksa, Return per NAV 20 Oktober 2022

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.