Inflasi Global Mereda Dorong Optimisme Investor, Ini Strategi Investasi Raih Cuan

Hanum Kusuma Dewi • 15 Aug 2022

an image
Ilustrasi investor wanita happy senang gembira melihat hasil investasi reksadana melalui smartphone. (shutterstock)

Reksadana Indeks BNP Paribas Sri Kehati di super app Bareksa tumbuh 29,49% setahun

Bareksa.com - Inflasi beberapa negara di dunia saat ini mulai menunjukkan tanda penurunan yang mendorong optimisme investor terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan. Smart Investor dapat mengambil langkah strategis untuk meraih cuan dari investasi reksadana

Meredanya inflasi diakibatkan pelemahan beberapa harga komoditas energi dan pangan global. Kembali pulihnya sektor manufaktur dan rantai pasokan global juga ikut berkontribusi dalam menurunkan inflasi global.

Inflasi tahunan Amerika per Juli, yang diumumkan pada pekan lalu, tercatat pada level 8,5%, lebih rendah daripada ekspektasi pasar yang berada pada level 8,7%. Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan angka bulan Juni yang mencapai 9,1%. Hal tersebut membuat investor global optimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global ke depannya.

Dengan menurunnya inflasi AS pada bulan Juli, ekspektasi investor terhadap kenaikan tingkat suku bunga Bank Sentral AS menjadi lebih rendah pada rapat dewan gubernur berikutnya. Investor saat ini optimis bahwa suku bunga acuan hanya akan naik sekitar 0,25-0,5%, sehingga Fed Rate menjadi di kisaran 2,75-3,00% (275-300 basis points). 

Seperti terlihat di dalam grafik, saat ini mayoritas investor (57,5%) yang disurvei CME Market Cap memperkirakan suku bunga acuan The Fed menjadi 275-300 bps pada penetapan pengumuman Fed Rate berikutnya. Jumlah investor yang memperkirakan Fed Rate tersebut meningkat dibandingkan pada periode sebelumnya 1-9 Agustus 2022 yang hanya 32% investor. 

Grafik Ekspektasi Investor Terhadap Kenaikan Tingkat Suku Bunga Bank Sentral AS

Target Rate (BPS)

Kemungkinan

Saat Ini*

1 Hari - 9 Agust'22

1 Minggu- 3 Agust'22

1 Bulan- 8 Juli'22

275-300

57.50%

32.00%

57.00%

66.50%

300-325

42.50%

68.00%

43.00%

31.40%

325-350

0.00%

0.00%

0.00%

2.10%

*Per 11 Agustus 2022

Sumber: CME Market Cap

Kabar serupa datang dari China yang merupakan ekonomi terbesar di Asia. China mengumumkan inflasi Juli mencapai 2,7%. Meskipun angkat tersebut merupakan yang tertinggi selama dua tahun terakhir, inflasi Juli China masih lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yang berada pada level 2,9%. Inflasi di tingkat produsen pun lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar di level 4,2%.

Tim Analis Bareksa melihat dengan kondisi makroekonomi dari kedua negara tersebut yang cukup baik akan membuat investor global lebih berani masuk ke dalam pasar saham dan obligasi terutama di negara berkembang. Pasar saham Indonesia pun dianggap masih cukup atraktif saat ini dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menyentuh level 7.000-7.100. 

Tim Analis Bareksa juga melihat bahwa imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia akan mengalami penguatan apabila selisih imbal hasil (yield spread) antara obligasi negara Indonesia dan Amerika semakin melebar dan stabilitas rupiah yang dilakukan Bank Indonesia akan membuat investor kembali masuk ke dalam pasar obligasi Indonesia. Saat ini, yield SBN 10 tahun ada di kisaran 7 - 7,1%.

Baca juga Semua Jenis Reksadana Kompak Menguat di Pekan II Agustus, Ini 10 Produk Paling Cuan

Apa yang harus dilakukan investor?

Menilai sejumlah hal tersebut, investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi berikut, terutama untuk investasi reksadana.

Investor dengan profil risiko agresif dapat mencermati reksadana indeks dan reksadana saham berbasis sektor keuangan, infrastruktur, maupun barang konsumsi. Tambahan lagi, reksadana berbasis sektor energi juga diperkirakan masih positif. 

Sementara itu, investor profil risiko moderat dapat tetap melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap basis obligasi korporasi hingga rilis tingkat suku bunga BI berikutnya. 

Lalu untuk semua jenis profil risiko, ada baiknya melakukan diversifikasi yang cukup di reksadana pasar uang

Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.

Kinerja Reksadana Rekomendasi Bareksa

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Capital Money Market Fund

4,49%

17,76%

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

4,36%

17,80%

Shinhan Money Market Fund

3,42%

14,38%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

5,96%

30,76%

TRIM Dana Tetap 2

4,39%

18,09%

Sucorinvest Stable Fund

7,02%

-

Reksa Dana Saham & Indeks

YtD

1 Tahun

Avrist Ada Saham Blue Safir

12,22%

25,20%

Bahana Dana Prima

14,32%

23,96%

BNP Paribas Sri Kehati

13,19%

29,49%

Sumber: Bareksa Research Team, Return per NAV 10 Agustus 2022

Baca juga Saham Sektor Perbankan Melonjak Dorong Cuan Robo Advisor Bareksa Melesat


(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.