The Fed Agresif Naikkan Suku Bunga, Bagaimana Strategi Investasi Reksadana?

Hanum Kusuma Dewi • 13 Apr 2022

an image
Ilustrasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau Fed Rate yang berdampak pada pasar keuangan dunia, termasuk IHSG, reksadana, SBN dan emas. (Shutterstock)

IHSG terus capai rekor di tengah munculnya risiko global akan ancaman resesi ekonomi

Bareksa.com - Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal akan lebih agresif dalam menaikkan tingkat suku bunganya dan memberi risiko bagi pasar keuangan Indonesia. Meski pasar saham Indonesia terus menguat, smart investor perlu strategi investasi reksadana menghadapi risiko global ini.

Selain memberi sinyal menaikkan suku bunga lebih agresif, The Fed juga mengatakan akan mulai mengurangi neraca sebesar US$95 miliar/bulan untuk menekan laju inflasi yang terlampau tinggi di Amerika Serikat.

Pada saat yang sama, kurva imbal hasil obligasi AS yang terbalik (inverted yield curve) memberikan sentimen negatif. Sebab, kondisi saat imbal hasil (yield) obligasi jangka panjang lebih rendah daripada jangka pendek ini mengindikasikan potensi ancaman resesi ekonomi di AS dalam 1-2 tahun mendatang, yang juga akan berdampak terhadap ekonomi global. 

Baca juga Top 5 Produk Reksadana Pasar Uang Kelolaan Terbesar Maret 2022

Per 7 April 2022, Yield 10 tahun Obligasi Pemerintah Amerika berada pada level 2,58% dan untuk tenor 2 tahun berada pada level 2,46%. Dengan demikian selisih keduanya hanya 0,12%. 

Bisa dilihat pada grafik di bawah, selisih menurun tajam sejak 2021 dari level 1,6% dan sempat menyentuh angka minus karena yield obligasi tenor panjang lebih rendah daripada tenor pendek, yang dikenal dengan sebutan inverted yield curve.

Selisih US Treasury Yield Tenor 10 dan 2 Tahun Mengalami Pembalikan Arah di Akhir Maret 2022


Sumber: Bloomberg, World Gold Council

Pasar Domestik 

Inflasi dalam negeri meningkat dari 2,03% menjadi 2,64% dalam sebulan terakhir akibat lonjakan harga BBM dan harga pangan. Hal ini membuat pemerintah turun tangan meringankan beban masyarakat dengan  memberikan subsidi Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp300 ribu untuk tiga bulan ke depan. 

Hingga 1 April 2022, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2022 telah mencapai Rp29,3 triliun atau sekitar 6,4% atau terbilang lambat dari total target dana sebesar Rp455,62 triliun. Di samping itu, kebijakan dari pemerintah memperbolehkan adanya mudik lebaran dapat mempercepat pemulihan ekonomi daerah tujuan mudik. 

Sementara itu, jika suku bunga dollar (Fed Rate) naik sebesar 50 basis poin (bps) pada bulan ini, Bank Indonesia berpotensi menyusul dengan menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate (BI 7DRRR) sebesar 25 bps.

Dari pasar obligasi dalam negeri terpantau yield obligasi pemerintah stabil di kisaran 6,7% ditopang oleh surplus neraca perdagangan, stabilitas nilai tukar Rupiah dan rendahnya kepemilikan asing di SBN sehingga meminimalisir risiko outflow.

Di tengah munculnya risiko global seperti dijelaskan sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor tertinggi baru dan telah menembus level 7.200. Harga saham kembali diuntungkan dari besarnya aliran dana asing yang masuk ke bursa saham Indonesia. 

Pada saat yang sama, potensi kenaikan inflasi yang biasanya disusul dengan kebijakan naiknya suku bunga acuan juga akan turut menopang kinerja reksadana pasar uang.

Baca juga Cuan Robo Advisor Bareksa Hingga Pekan I April Meroket Lampaui Benchmark

Apa yang harus dilakukan investor?

Dengan mempertimbangkan sejumlah faktor di atas, investor perlu melakukan diversifikasi aset dengan porsi alokasi yang sesuai dengan profil risiko untuk meminimalisir dampak dari sejumlah risiko di atas.

  • Investor dengan profil risiko agresif dapat pertimbangkan untuk akumulasi reksadana saham berbasis saham kapitalisasi besar yang diborong oleh investor asing, jika IHSG mengalami penurunan. Investor juga perlu mempertimbangkan diversifikasi reksadana saham dengan reksadana pasar uang.
  • Sementara itu, investor profil risiko moderat dapat terus melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi korporasi.
  • Lalu untuk investor konservatif dapat melakukan investasi dengan alokasi yang lebih besar di reksadana pasar uang dan porsi yang lebih rendah di reksadana pendapatan tetap.

Lihat Ambil Momen Investasi dengan Switching, Raih Hadiah Reksadana hingga Rp1 Juta

Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.

Mutual Fund Performance

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

TRIM Kas 2

3.88%

14.37%

Syailendra Dana Kas

3.90%

16.48%

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

4.57%

19.26%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

TRIM Dana Tetap 2

6.05%

20.31%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

5.59%

30.92%

Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A

5.01%

25.10%

Reksa Dana Saham & Indeks

YtD

1 Tahun

Eastspring Investments Alpha Navigator Kelas A

13.36%

18.88%

Batavia Dana Saham Optimal

9.67%

13.01%

Reksa Dana Indeks Principal Index IDX30 Kelas O

11.33%

16.35%

Sumber: Bareksa Research Team, Return per NAV 6 April 2022

Syariah Mutual Fund Performance

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Saham

YtD

1 Tahun

Batavia Dana Saham Syariah

8.15%

7.42%

TRIM Syariah Saham

6.49%

5.69%

BNP Paribas Pesona Syariah

5.00%

5.53%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A

5.02%

25.10%

Bahana Mes Syariah Fund Kelas G

4.84%

23.81%

Mandiri Investa Dana Syariah

4.82%

15.29%

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Syailendra Sharia Money Market Fund

4.32%

17.05%

Trimegah Kas Syariah

3.42%

13.46%

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

4.57%

19.26%

Sumber: Bareksa Research Team, Return per NAV 6 April 2022

Investasi Sekarang

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.