Pasar Saham All Time High, Bareksa Prioritas Sarankan Investasi Ini

Hanum Kusuma Dewi • 28 Mar 2022

an image
Ilustrasi seorang manajer investasi memegang layar tablet berisikan grafik dan laporan untuk mengatur portofolio untuk memberikan saran investasi di berbagai aset keuangan seperti saham reksadana emas obligasi negara kepada nasabah prioritas high net worth individuals (HNWI). (shutterstock)

Nasabah HNWI disarankan tetap berinvestasi reksadana sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi

Bareksa.com - Pasar saham domestik yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencetak rekor tertinggi baru (all time high) di 7.049 pada Kamis pekan lalu, di tengah berbagai ketidakpastian global yang masih melanda. Bareksa Prioritas menyarankan investor high net-worth individuals (HNWI) untuk melakukan diversifikasi aset reksadana dengan strategi investasi yang disesuaikan dengan tujuan keuangan dan profil risiko.

Head of Investment Bareksa Christian Halim menjelaskan bahwa kenaikan sejumlah harga komoditas, potensi pemulihan ekonomi pasca pandemi, serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mendorong optimisme investor terhadap kinerja pasar saham tahun ini. Namun, sejumlah ketidakpastian global menjadi risiko yang membayangi pergerakan pasar saham dan IHSG dapat bergerak lebih volatil. 

"Banyak kondisi yang sulit diprediksi, sehingga investor sebaiknya berhati-hati dan melakukan diversifikasi aset dalam berbagai kelas untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi," ujar Christian. 

Salah satu risiko global yang berpengaruh terhadap pergerakan pasar saham adalah Perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan, yang hingga saat ini belum menemukan solusi damai. Mengingat Rusia merupakan salah satu pemasok terbesar komoditas energi dan pangan dunia, dampak perang dan sanksi yang diterapkan dapat memberi pengaruh terhadap harga komoditas dan inflasi. 

Selain itu, keputusan Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dan dilanjutkan dengan rencana peningkatan hingga 6 kali tahun ini dinilai bisa membawa aliran dana kembali ke negara adidaya tersebut. Alhasil dolar AS berpotensi menguat terhadap mata uang lain, termasuk Rupiah. Bagi pasar obligasi domestik, hal ini bisa menaikkan yield dan menekan harga obligasi dalam negeri. 

Ketidakpastian juga datang dari Tiongkok setelah kasus Covid-19 terpantau kembali naik di negara tersebut, sehingga Beijing memutuskan mengambil kebijakan pembatasan (lockdown). Hal ini dikhawatirkan bisa menghambat pertumbuhan ekonomi global, mengingat Tiongkok merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. 

Baca juga Bareksa Insight : Asing Borong Saham RI Rp4 Triliun Sepekan, Reksadana Ini Makin Cuan

Sementara itu, Chief Investment Officer Jagartha Advisors Erik Argasetya menilai bahwa krisis akibat konflik Rusia-Ukraina ini dapat mendorong terjadinya kenaikan harga barang-barang akibat adanya cost-push inflation karena terganggunya pasokan baik bahan baku pangan seperti gandum, kedelai, dan pupuk, maupun komoditas terkait energi. 

Dia menjelaskan ancaman inflasi akan menghantui seluruh kawasan Eropa akibat sanksi ekonomi terhadap Rusia. Rusia sendiri berkontribusi terhadap setidaknya 40% pasokan suplai gas dan 30% pasokan suplai minyak pada kawasan tersebut. 

“Dengan tingginya inflasi dikhawatirkan isu ini akan menjadi tantangan pertumbuhan ekonomi global, di mana kawasan Eropa yang juga merupakan salah satu bagian penting dari rantai pasokan global. Belum lagi tren kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve yang telah dimulai sejak bulan Maret lalu dapat semakin mengurangi likuiditas di pasar. Kebijakan Bank Sentral AS tersebut juga dapat mempengaruhi kebijakan moneter serupa oleh bank sentral negara lain, termasuk Bank Indonesia," ujar Erik.

Menanggapi kondisi ini, Managing Partner Bareksa Prioritas Jimmy Teh menyarankan investor untuk mempertimbangkan berbagai sentimen dalam mengatur strategi investasi reksadana

"Kami menyarankan investor untuk tetap berinvestasi di reksadana sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasinya," Kata Jimmy.

Di lain sisi, selain pentingnya tetap berinvestasi sesuai profil risiko masing-masing, adanya krisis Rusia-Ukraina ini dapat juga berpotensi menguntungkan beberapa sektor di IHSG terutama emiten yang berbasis komoditas seperti batubara, emas, dan energi (minyak dan gas). Hal ini pun juga dapat berpotensi menjadi salah satu katalis bagi para investor asing untuk dapat mengalihkan porsi alokasi investasinya dari Rusia ke Indonesia yang saat ini sudah mempunyai peringkat kredit (credit rating) lebih tinggi dari Rusia – (Fitch: Indonesia, BBB dan Rusia, C) semenjak dipangkasnya peringkat utang Rusia.

Sementara itu, investor dengan profil risiko moderat dapat tetap melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap. Lalu, investor dengan profil risiko konservatif dapat melakukan investasi dengan alokasi yang lebih besar di reksadana pasar uang dan porsi yang lebih rendah di reksadana pendapatan tetap. 

Mutual Fund Performance

Data Kinerja Reksadana Per Tanggal 24  Maret 2022

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Equity IDR

YTD (%)

1 Yr (%)

Sucorinvest Equity Fund

5.88

15.53

Sucorinvest Maxi Fund

3.47

6.50

Reksa Dana Indeks BNP Paribas Sri Kehati

11.18

13.24

Fixed Income IDR

YTD (%)

1 Yr (%)

Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A

0.19

5.32

Sucorinvest Sharia Sukuk Fund*

1.44

-

Sucorinvest Stable Fund

1.54

8.18

Money Market

YTD (%)

1 Yr (%)

Sucorinvest Money Market Fund

1.16

5.22

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

1.04

4.55

Syailendra Dana Kas

0.82

3.92

Sumber:  Bloomberg, Bareksa.com, Jagartha Research

*New Fund

Baca juga Promo Gajian Beli Reksadana, Raih Voucher hingga Rp1,25 Juta

(hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.