BI Tahan Bunga, Amankan Cuan di Reksadana Obligasi & Campuran!

Hanum Kusuma Dewi • 23 Oct 2025

an image
Ilustrasi kebijakan suku bunga acuan BI Rate yang tetap dan strategi investasi reksadana. (Shutterstock)

Reksa dana campuran memberi fleksibilitas tinggi dengan alokasi di saham dan obligasi

Bareksa Insight - Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 4,75% jadi kejutan kecil bagi pasar saham. Investor masih dapat mengambil strategi dengan memilih instrumen seperti reksadana campuran dan pendapatan tetap, dengan portofolio obligasi yang relatif lebih stabil.

Alasan BI Tahan Bunga Acuan

Sebelumnya, sebagian besar analis memperkirakan BI bakal memangkas bunga ke 4,5% di tengah inflasi yang masih terjaga. Namun, bank sentral punya alasan kuat — menjaga stabilitas rupiah dan menarik arus dana asing di tengah ketidakpastian global.

Sumber: Trading Economics

Di samping itu, selisih suku bunga Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang kini sekitar 0,5% juga masih dianggap kompetitif untuk menjaga daya tarik aset rupiah. Dengan begitu, keputusan BI ini tak sekadar menahan bunga, tapi juga menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Pasar Saham Langsung Koreksi

Kendati kebijakan BI berdasarkan niat baik, pasar saham langsung bereaksi negatif. Pada 22 Oktober 2025, IHSG ditutup merosot 1,04% ke 8.152, karena sebagian pelaku pasar kecewa BI tidak menurunkan suku bunga seperti ekspektasi konsensus.

Sumber: fitur Bareksa Saham per 22/10/2025

Namun, fluktuasi semacam ini sebenarnya wajar. Justru, saat pasar bergejolak, investor cerdas tahu bahwa peluang cuan tak pernah benar-benar hilang — hanya bergeser tempat.

Strategi Amankan Cuan di Tengah Pasar Fluktuatif

Dalam kondisi seperti ini, diversifikasi jadi kunci utama. Tim Analis Bareksa menyarankan diversifikasi lewat reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi.

Reksa dana campuran memberi fleksibilitas tinggi karena manajer investasi bisa menyesuaikan porsi saham dan obligasi sesuai kondisi pasar. Saat saham sedang turun, porsi obligasi bisa dinaikkan untuk menjaga stabilitas nilai investasi.

Tabel: Kinerja Reksadana Obligasi dan Campuran Unggulan

Sumber: Bareksa, kinerja per 21 Okt 2025

Sementara itu, reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi cenderung lebih stabil dengan potensi imbal hasil menarik — bahkan bisa mencapai sekitar 9% per tahun tergantung strategi dan portofolionya.

Tetap Tenang, Tetap Investasi

Kebijakan BI mungkin membuat pasar sedikit goyah, tapi bukan berarti peluang berhenti datang. Justru di tengah volatilitas, investor bisa memperkuat portofolio dengan instrumen yang stabil, fleksibel, dan sesuai profil risiko.

Dalam kondisi pasar apapun, yang penting adalah ambil keputusan dengan kepala dingin dan tetap disiplin pada tujuan investasimu.

Stay calm, stay diversified, stay invested!

Beli Reksadana, Klik di Sini

(Christian Halim/Sigma Kinasih, CTA, CFP/hm)

* Christian Halim adalah Head of Investment di PT Bareksa Marketplace Indonesia dengan pengalaman lebih dari 10 tahun di industri pasar modal. Lulus ujian CFA dan FRM, serta memegang lisensi WMI, ia pernah mengelola sejumlah reksa dana di aset manajemen Tanah Air. Chris saat ini berfokus pada riset makroekonomi, strategi portofolio, serta analisis reksadana, saham, emas dan SBN.

Sigma Kinasih adalah Investment Strategist di PT Bareksa Marketplace Indonesia dengan pengalaman lebih dari 12 tahun di industri pasar modal. Memegang lisensi WMI, WPPE, CTA, dan CFP, ia berfokus pada riset makroekonomi, strategi portofolio, serta analisis reksadana, saham, emas dan SBN. Sigma meraih gelar Magister Ekonomi dari Universitas Trisakti.

* * *

Disclaimer

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksa dana.