BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Bahana TCW : Burden Sharing Pemerintah dan BI Perkuat Pasar Obligasi

21 Juli 2020
Tags:
Bahana TCW : Burden Sharing Pemerintah dan BI Perkuat Pasar Obligasi
Budi Hikmat, Director for Investment Strategy PT Bahana TCW Investment Management (kiri) bersama manajer investasi sedang diskusi perkembangan terkini pasar modal. (bahanatcw.com)

Pada akhirnya investor asing akan kembali melirik SBN mengingat imbal hasil yang ditawarkan

Bareksa.com - PT Bahana TCW Investment Management menilai skema burden sharing (berbagi beban) antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk pembiayaan dana penanganan dan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, memiliki pro dan kontra dari market. Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW, Budi Hikmat menyampaikan kita memang menghadapi situasi darurat dan pelik.

Situasi dimaksud berupa, posisi neraca berjalan yang defisit dan terbatasnya dana dalam perbankan Indonesia, memunculkan tantangan berat untuk pembiayaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (ABPN) 6,3 persen dari Gross Domestic Product (GDP) untuk bertahan menghadapi Pandemi.

"Tidak hanya terkait kepada keterbatasan kapasitas investor domestik menyerap emisi Surat Berharga Negara (SBN), tetapi juga daya tahan fiskal yang penting untuk memacu pertumbuhan di kemudian hari. Sebelum wabah Covid-19, sekitar 12 persen belanja negara dialokasikan untuk pembayaran bunga dan cicilan pokok. Kini angka itu berisiko melonjak menjadi 17 persen belanja negara," kata Budi Hikmat dalam keterangan tertulis yang diterima Bareksa, Selasa (21/7/2020).

Promo Terbaru di Bareksa

Burden sharing, kata Budi Hikmat, dapat mengurangi supply risk SBN terutama di pasar obligasi domestik. "Memang betul, investor asing kini sedang menyikapi dampak pembelian SBN oleh BI terhadap rupiah, terutama setelah BI kembali memangkas bunga," imbuhnya.

Sebagai info, BI akan sepenuhnya menyerap SBN yang dikeluarkan pemerintah yang ditujukan untuk belanja publik. Belanja untuk manfaat publik ini sebesar Rp397,56 triliun, meliputi belanja kesehatan Rp87,55 triliun, perlindungan sosial Rp203,9 triliun, dan sektoral kementerian, lembaga dan pemda Rp106,11 triliun.

Sementara untuk belanja barang non publik, BI akan bertindak sebagai stand by buyer melalui penerbitan SBN dengan mekanisme pasar sesuai kesepakatan pada UU nomor 2/2020. Terkait itu, BI akan memperoleh bunga sebesar reverse repo rate dikurangi 1 persen. Adapun belanja non publik ini meliputi bantuan UMKM Rp123,46 triliun dan pembiayaan korporasi non-UMKM Rp53,57 triliun.

Rupiah

Budi menilai tekanan terhadap rupiah sebulan terakhir bersifat temporer bila mencermati lonjakan harga emas yang berlawanan dengan pelemahan indeks dolar global (DXY), sementara penurunan suku bunga global LIBOR (suku bunga London Interbank Offered Rate (LIBOR) pada batas terendah dalam sejarah jelas menunjukkan terjadi kelebihan likuiditas.

Selain faktor eksternal pelemahan dolar, potensi penguatan rupiah hingga ke level Rp13.930 per dolar AS pada akhir tahun dimungkinkan oleh faktor internal penurunan defisit neraca berjalan yang selaras dengan pelambatan ekonomi.

Disampaikan, isyarat pelambatan ekonomi Indonesia diperlihatkan oleh surplus neraca dagang Indonesia dua bulan berturut-turut, yakni US$2,1 miliar (Mei 2020) dan US$1,27 miliar (Juni 2020). BI dilansir memproyeksikan defisit neraca berjalan (current account deficit, CAD) pada kisaran 1,5 persen GDP pada akhir 2020.

Inflasi

Budi menyakini, pada akhirnya investor asing akan kembali melirik SBN mengingat imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi dibanding negara lain. Sementara itu terkait keputusan BI untuk kembali memangkas bunga kebijakan, dia menilai cukup beralasan mengingat laju penyaluran kredit terbukti sangat lemah sementara suku bunga saat ini masih melebihi proyeksi inflasi yang ditaksir sekitar 3,35 persen pada 2020.

Menyikapi dampak ekspansi moneter sejak krisis keuangan global 2008 yang tidak memacu inflasi, ia mengaku idak terlalu kuatir terhadap dampak inflasi akibat penciptaan uang oleh BI. Alasannya, semakin nyata bahwa inflasi lebih terkait realitas globalisasi seperti akibat kelebihan kapasitas produksi negara lain yang kita impor, termasuk penurunan harga energi. Sementara kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih gegas sejatinya mencerminkan determinasi pemerintah untuk melakukan reformasi struktural.

"Setelah pemerintah dan BI menuntaskan immediate challenge untuk survival, investor selanjutnya mengharapkan keberanian menempuh terobosan untuk revival this country,” kata Budi.

Budi berharap pemerintah pada semester II 2020 ini mempercepat realisasi penyerapan stimulus baik untuk sektor kesehatan, bantuan sosial, penguatan UMKM, dan korporasi agar roda perekonomian mulai bergerak. Percepatan stimulus ini sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan dan kemauan perbankan untuk kembali menyalurkan kredit.

"Kami memantau laju pertumbuhan M1 (uang kartal dan uang kiral) berbagai negara. Secara historis, pertumbuhan M1 pada Mei 2020 yang sebesar 9,65 persen memang terbilang tinggi. Namun, bila dibandingkan negara berkembang lainnya terbilang kurang impresif. Percepatan stimulus yang memperkuat daya beli dan penurunan yield SBN meningkatkan valuasi dan, dengan demikian peluang kenaikan harga saham," ungkap Budi.

(AM)

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Masa pemesanan Obligasi Negara Ritel seri ORI017 sudah ditutup 9 Juli 2020 pukul 10.00 WIB. Tunggu penerbitan SBN ritel berikutnya di Bareksa. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.

Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN.

Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.

Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua