BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Valuasi Murah, Asing Kembali Masuk Borong SBN RI

04 Juni 2020
Tags:
Valuasi Murah, Asing Kembali Masuk Borong SBN RI
Pegawai Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan sedang memberikan penjelasan kepada nasabah perihal Surat Berharga Negara (SBN) ritel baik itu Savings Bond Ritel (SBR) atau Sukuk Tabungan di stan DJPPR Kemenkeu dalam acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2019 di Jakarta (24/08/2019) (Bareksa/AM)

Instrumen reksadana pendapatan tetap juga menarik dan bisa diandalkan

Bareksa.com - Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia pada Rabu (3/6/2020) naik signifikan didorong oleh minat investor asing masuk ke pasar keuangan Tanah Air jelang dibukanya tatanan normal baru (new normal).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan yang dilansir CNBC Indonesia, tercatat nilai outstanding atau posisi kepemilikan investor asing (non-resident) mencapai Rp932,41 triliun hingga 2 Juni 2020. Angka tersebut sekitar 30,56 persen dari total nilai SBN yang tercatat di DJPPR yang sebesar Rp3.050,74 triliun.

Kepemilikan asing tersebut berkurang Rp107,24 triliun, jika dibandingkan dengan nilai outstanding kepemilikan asing pada SBN sebelum Maret 2020 kepemilikan asing mencapai Rp1.039,65 triliun. Kemudian pada 2 April kepemilikan asing mencapai Rp931,88, sementara 4 Mei kepemilikan asing Rp924,99 triliun (2 Mei bertepatan dengan Sabtu).

Promo Terbaru di Bareksa

Mengacu data tersebut, sejak Maret lalu kepemilikan asing memang cenderung turun, namun per Juni ini asing kembali masuk ke pasar SBN. Minat investor terhadap SBN sangat menggembirakan, hal ini juga tercermin dari permintaan yang masuk pada lelang Selasa lalu yang mencapai Rp105,27 triliun. Angka penawaran ini merupakan rekor baru sejak 18 Februari 2020 lalu, kala mencapai Rp127,12 triliun atau merupakan penawaran terbesar kedua sepanjang 2020.

Apresiasi di pasar SBN ini terdorong oleh sentimen positif dari new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar dan berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.

Selain itu, yang jadi faktor pendukung juga karena kebijakan yang dilakukan oleh BI, pemerintah serta otoritas terkait dalam menangani pandemi virus corona. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan koordinasi erat akan tetap dilakukan dengan pemerintah serta otoritas terkait dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Di mana kebijakan moneter BI disinergikan dengan kebijakan fiskal pemerintah agar sampai ke sektor riil.

Perry menjelaskan, salah satunya yang terus dikoordinasikan adalah pelonggaran likuiditas oleh BI, stimulus fiskal oleh pemerintah, dan restrukturisasi kredit oleh OJK untuk pemulihan ekonomi khususnya ke UMKM.

Sebelumnya, asing kompak keluar dari pasar SBN karena penyebaran Covid-19. Namun, kini pelaku pasar kembali menempatkan dana investasinya pada SBN yang dipercaya bisa memberikan imbal hasil menarik. "Uang itu oportunis, dia akan menuju instrumen yang bisa memberikan return," kata Anil Kumar pengamat pasar modal, dilansir Kontan.

Anil menjelaskan saat awal pandemi Covid-19 menyebar secara global, pelaku pasar menganggap pasar keuangan Amerika Serikat (AS) bisa memberikan imbal hasil terbaik. Di sisi lain kawasan emerging market, seperti pasar keuangan Indonesia menyimpan potensi imbal hasil yang tertunda.

Kini, setelah pertumbuhan di pasar obligasi AS selesai akibat kebijakan quantitative easing, maka pelaku pasar akan kembali ke pasar obligasi pemerintah di tengah valuasi yang sudah terlalu murah.Anil melihat kondisi saat ini tepat untuk investor domestik ikut masuk ke pasar obligasi.

Menurutnya, pasar obligasi memang selalu murah. Dengan tingkat inflasi tahunan 2,19 persen per Mei, maka investor berpotensi mendapat pendapatan riil hampir 5 persen per tahun selama 10 tahun bila berinvestasi pada obligasi pemerintah dengan jatuh tempo 10 tahun. "Itu pun tanpa memiliki risiko kredit," kata Anil.

Instrumen reksadana pendapatan tetap, kata dia, juga menarik dan bisa diandalkan karena isi portofolionya selalu dapat disesuaikan dengan kondisi pasar dibanding instrumen lainnya, seperti SBN ritel. Anil memproyeksikan potensi pertumbuhan imbal hasil masih akan terjadi di pasar obligasi hingga akhir tahun ini. Dengan asumsi kondisi saat ini bisa terjaga imbal hasil seri tenor acuan 10 tahun bisa mencapai 6 persen.

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Pemerintah membuka masa penawaran Sukuk Ritel seri SR012 mulai 24 Februari 2020 dan telah berakhir pada 18 Maret 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN seri selanjutnya? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.

Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN seri berikutnya.

Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.

Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua