BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Schroders : Perkembangan Kasus Covid-19 dan Kebijakan Pemerintah Mengatasinya

14 Mei 2020
Tags:
Schroders : Perkembangan Kasus Covid-19 dan Kebijakan Pemerintah Mengatasinya
Karyawan bekerja di kantor Schroders Indonesia, Jakarta.

Schroders melihat terjadi perlambatan pertumbuhan kasus positif Covid-19 di penjuru dunia

Bareksa.com - PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroders Indonesia) merilis laporan berjudul Schroders Alert edisi 12 Mei 2020 yang berjudul "Covid-19 Development & Goverment Actions". Laporan tersebut memaparkan perkembangan terkini wabah virus corona di seluruh dunia dan langkah pemerintah negara-negara dalam mengatasinya, termasuk Indonesia.

Update Kasus Covid-19 Mingguan hingga 10 Mei 2020

Illustration

Promo Terbaru di Bareksa

Laporan tersebut menyatakan terjadi perlambatan pertumbuhan kasus positif Covid-19 di penjuru dunia. Secara mingguan (week on week/WoW) kasus Covid-19 secara global tumbuh 17,3 persen per 10 Mei dibandingkan pekan sebelumnya yang tumbuh 19 persen. Untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan, Amerika Serikat melaporkan jumlah kasus positif Covid-19 baru terendah yang setara dengan Maret lalu. AS melaporkan pertumbuhan jumlah kasus mingguan 15 persen. Kasus baru di China bahkan stagnan atau tumbuh 0 persen, sedangkan di negara lain masih tumbuh 19 persen secara mingguan.

Schroders menyebut jumlah kasus kematian akibat Covid-19 juga melambat yang hanya tumbuh 14,4 persen secara mingguan dibandingkan 19 persen di pekan sebelumnya. China bahkan melaporkan nol kasus kematian baru, sedangkan di AS terdapat 12.200 kasus angka kematian baru atau tumbuh 17,8 persen secara mingguan. Sedangkan negara-negara lain di luar China dan AS, melaporkan kasus kematian akibat Covid-19 naik 13,4 persen secara mingguan. Dengan demikian rasio jumlah kematian akibat Covid-19 atau mortality rate kini berada di level 6,8 persen.

Menurut Schroders angka kesembuhan kasus Covid-19 kini tumbuh 29 persen secara mingguan, di mana China mencatat pertumbuhan 0,6 persen dan AS melonjak 43,8 persen. Negara-negara lain di unia mencatat pertumbuhan kesembuhan kasus Covid-19 secara mingguan 18,8 persen. Kasus Covid-19 kini mewabah di 212 negara di dunia pekan ini atau tidak ada negara baru yang terpapar corona dibandingkan pekan sebelumnya.

Update Kebijakan Nasional dan Global

Schroders memaparkan pembicaraan tentang pembukaan kembali negara-negara atau pelonggaran isolasi (lockdown) mulai mengemuka, seiring sebagian negara di dunia mulai membuka sebagian wilayahnya seperti di Thailand dan Vietnam. Beberapa negara bagian di AS juga mendorong dilakukannya pembukaan kembali wilayahnya.

"Kami melihat sejumlah maskapai penerbangan juga mulai membuka kembali beberapa rute perjalanan untuk penerbangan musim panas ini," ungkap Schroders.

Meski begitu, kekhawatiran tentang terjadinya gelombang kedua kasus Covid-19 masih menjadi perhatian sebagian kalangan, mengingat beberapa negara telah melewati masa puncaknya seperti Korea Selatan dan Jerman. Kelompok kecil kasus baru juga muncul kembali di Wuhan, China.

Kondisi itu masih ditambah memanasnya tensi AS dengan China perihal dari mana asal mula Covid-19. Ketegangan itu telah membangkitkan kembali panasnya perjanjian hubungan dagang antara kedua negara yang sebelumnya sempat mereda beberapa waktu lalu, sebelum akhirnya kasus Covid-19 mewabah di Wuhan, China. Kesepakatan dagang AS-China tahap I sejatinya telah ditandatangani pada akhir Januari lalu, sebagai bentuk damai dagang antara kedua negara. Pekan lalu, perwakilan dari kedua negara akhirnya menyepakati untuk menghormati dan mematuhi kesepakatan dagang yang telah mereka capai di tahap I. Kesepakatan ini cukup meredam gejolak pasar modal.

"Bagaimanapun, perkembangan atas sengketa dua negara ekonomi terbesar di dunia itu tetap menjadi perhatian utama pelaku pasar, dan bagaimana kedua negara akan menindaklanjuti perkembangannya," Schroders menjelaskan.

Di Indonesia, kata Schroders, pemerintah mulai melonggarkan penyelenggaraan transportasi publik. Langkah itu untuk membantu ekonomi tidak tertekan terlalu dalam akibat wabah Covid-19. Pemerintah Indonesia juga menyatakan akan memulai Pemulihan Ekonomi Nasional secara bertahap pada awal Juni. Saat ini pemerintah sudah mengizinkan pekerja di bawah usia 45 tahun untuk kembali bekerja di kantornya untuk mencegah lonjakan kasus pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sedangkan Pemerintah Daerah DKI Jakarta mulai hari ini (13/5/2020), menerapkan sanksi bagi pelanggar pembatasan sosial berskala besar (PSBB), yakni sanksi bagi yang tidak menggunakan masker, sanksi bagi perusahaan yang beroperasi selama masa PSBB, sanksi untuk restoran yang izinkan makan di tempat, hingga sanksi berkumpul lebih dari 5 orang. Sanksinya denda hingga Rp50 juta.

Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kini telah melampaui angka 14.000. Update hingga 13 Mei 2020 pukul 12.00 WIB, total ada 15.438 kasus Covid-19 di Indonesia, sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020. Jumlah itu disebabkan adanya 689 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Menurut Schroders kenaikan kasus Covid-19 sebagai hasil meningkatnya jumlah pelaksanaan rapid test.

"Jakarta masih menjadi pusat penyebaran kasus Covid-19, namun kami melihat kenaikan jumlah kasus di luar Jakarta, meskipun PSBB di daerah-daerah sudah diterapkan," ujar Schroders.

Update Market dan Makroekonomi

Illustration

Schroders menyatakan harga minyak naik 17 persen secara mingguan seiring pelaku pasar mengantisipasi pelonggaran lockdown yang dilakukan beberapa negara di dunia. Pelaku pasar berharap akan ada kenaikan permintaan dalam beberapa pekan ke depan. Arab Saudi juga telah mengumumkan pemangkasan produksi 1 juta barel per hari, merupakan angka pemangkasan tertinggi yang diputuskan dalam forum pertemuan OPEC+ terakhir.

Di Indonesia, menurut Schroders, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 telah dirilis dan realisasinya yang sebesar 2,97 persen di bawah ekspektasi pasar dan sangat melambat dibandingkan 5,01 persen pada 2019. Pelemahan ekonomi utamanya akibat anjloknya angka konsumsi dan investasi akibat wabah Covid-19. Dalam konsumsi, transportasi, ritel dan pakaian jadi, serta hotel dan restoran merupakan sektor yang paling menekan pertumbuhan PDB.

Angka belanja pemerintah cukup kuat seiring kenaikan anggaran untuk bantuan sosial dan stimulus ekonomi di kuartal I. Sedangkan angka ekspor sedikit ditopang oleh anjloknya angka impor, yang penurunan angka impor jauh lebih dalam dari penurunan angka ekspor, menandakan lemahnya permintaan domestik. Cadangan devisa naik dari US$121 miliar jadi US$128 miliar, salah satunya ditopang penerbitan global bond US$4,3 miliar. Pemerintah juga telah merilis skema stimulus Rp150 triliun, membantu program pemulihan ekonomi, mendukung usaha kecil dan menengah, dengan melibatkan partisipasi bank besar milik pemerintah sebagai bank partisipan dan bank kecil sebagai penyalur untuk menyalurkan pendanaan bagi UMKM.

Pertumbuhan ekonomi global, menurut Schroders, pada kuartal I 2020 relatif lemah akibat wabah Covid-19. AS mencatat pertumbuhan negatif 4,8 persen QoQ di kuartal I 2020 akibat lemahnya angka konsumsi. Angka pengangguran di AS juga meningkat jadi 14,7 persen pada April, atau di level yang sama seperti pada masa perang dunia II.

Zona Euro juga mencatatkan pelemahan pertumbuhan ekonomi dengan mencatat minus 3,8 persen QoQ pada kuartal I 2020. Baik Bank Sentral AS, The Fed maupun Bank Sentral Eropa, ECB, mengklaim akan melanjutkan kebijakan moneter akomodatif untuk mendukung likuiditas dan ekonomi.

**Tulisan ini merupakan terjemahan bebas dari laporan Schroders Alerst edisi 12 Mei 2020 berjudul "Covid-19 Development & Goverment Actions".

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.313,18

Up0,15%
Up3,81%
Up0,02%
Up5,82%
Up18,30%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,42

Up0,60%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,32%
Up17,24%
Up43,22%

STAR Stable Income Fund

1.917,41

Up0,56%
Up2,94%
Up0,02%
Up6,33%
Up30,71%
Up60,33%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.753

Down- 0,46%
Up3,74%
Up0,01%
Up4,38%
Up18,76%
Up47,23%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.035,73

Down- 0,22%
Up1,77%
Up0,01%
Up2,68%
Down- 2,15%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua