BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Pasar Lesu Didera Banyak Sentimen, 10 MI Ini Justru Catat Lonjakan AUM Tertingi

12 Februari 2020
Tags:
Pasar Lesu Didera Banyak Sentimen, 10 MI Ini Justru Catat Lonjakan AUM Tertingi
Ilustrasi seorang manajer investasi sedang mengelola portofolio antara jual atau beli instrumen investasinya agar produk reksadana yang dikelola tumbuh optimal (shutterstock)

Sucor AM menjadi manajer investasi yang mencatatkan lonjakan AUM terbesar pada Januari 2020

Bareksa.com - Sejumlah kasus yang menghampiri industri reksadana Indonesia dalam beberapa waktu terakhir sedikit banyak mempengaruhi keperyaaan investor untuk menempatkan dananya di aset tersebut. Selain itu lesunya pasar modal nasional juga akibat sentimen global meluasnya wabah virus corona.

Kinerja bursa saham domestik dihantui sentimen dampak virus corona yang membuat IHSG belum mampu bergerak banyak. Melansir CNBC International, hingga Senin (10/02/2020) sebanyak 1.016 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 42.000.

Hasil riset Standard & Poor's (S&P) menyebutkan virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6 persen, maka virus corona akan memangkasnya menjadi 4,8 persen saja.

Promo Terbaru di Bareksa

Untuk diketahui, pada 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh 6,1 persen, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6 persen pada tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

Kombinasi beberapa faktor tersebut sebelumnya dikhawatirkan bisa berimbas kepada kepercayaan investor untuk berinvestasi di reksadana. Hal tersebut setidaknya tercermin dari jumlah dana kelolaan (asset under management/AUM) industri reksadana yang turun atau menyusut Rp4,9 triliun atau setara 0,9 persen menjadi Rp537,28 triliun pada periode Januari 2020 triliun, jika dibandingkan posisi akhir tahun lalu Rp542,18 triliun.

Illustration
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report January 2020

Laporan Bareksa: Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report January 2020 menyebutkan Januari 2020 meskipun nilai AUM industri menyusut, namun jumlah unit reksadana bertambah 0,76 persen jadi 428 juta unit dan jumlah produk reksada juga naik 0,09 persen jadi 2.214 produk.

NAB Reksadana per Jenis Akhir Desember 2019–Januari 2020

Illustration
Sumber: OJK, diolah Bareksa

Meskipun ada sejumlah reksadana yang “disemprit” oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan sedang bermasalah di Kejaksaan Agung karena terkait masalah Jiwasraya, sebagian besar reksadana tersebut bukanlah reksadana publik dan hanya dimiliki oleh investor strategis.

Selain tidak dijual bebas, masih cukup banyak reksadana dan manajer investasi dengan kinerja positif. Ternyata ada beberapa MI yang berhasil membukukan lonjakan AUM pada Januari 2020 di tengah lesunya pasar.

Berdasarkan catatan Bareksa, masih terdapat 27 manajer investasi yang mampu mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan reksadananya pada periode Januari 2020, meskipun pasar saham yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,7 persen sepanjang bulan lalu.

10 besar manajer investasi yang mengalami pertumbuhan AUM tertinggi Januari 2020 ialah :

Illustration
Sumber: OJK, diolah Bareksa; nominal dalam Rupiah

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat manajer investasi yang berhasil mencatatkan pertumbuhan AUM terbesar sepanjang bulan lalu adalah PT Sucorinvest Asset Management dengan kenaikan Rp1,16 triliun, menjadikannya satu-satunya yang mampu tumbuh di atas Rp1 triliun. Sucor mampu mencatatkan lonjakan AUM 11,5 persen pada Januari 2020 dibandingkan Desember 2019.

Capaian tersebut sekaligus menempatkan PT Sucorinvest Asset Management di urutan ke-17 perusahaan manajer investasi dengan AUM terbesar di Indonesia.

Di posisi kedua dan ketiga ada PT Danareksa Investment Management dengan penambahan AUM Rp874 miliar menjadi Rp23,56 triliun dan PT Mandiri Manajemen Investasi naik Rp838 miliar jadi Rp45,8 triliun.

Posisi keempat dan kelima ada PT Bahana TCW Investment Management dengan kenaikan AUM Rp781 miliar jadi Rp41,7 triliun dan PT BNI Asset Management naik Rp773,3 miliar jadi Rp21 triliun.

Posisi keenam hingga 10 yakni PT Sinarmas Asset Management, PT Trimegah Asset Management, PT Principal Asset Management, PT Eastpring Asset Management, serta PT BNP Paribas Asset Management. Kelima MI tersebut membukukan kenaikan dana kelolaan mulai Rp255 miliar hingga Rp597 miliar.

Sikap yang Harus Diambil Investor

Di tengah kondisi yang belum terlalu kondusif seperti saat ini, investor reksadana diharapkan untuk jeli melihat instrumen, produk, dan fundamental perusahaan, serta rutin mengevaluasi portofolio menjadi hal yang mutlak dilakukan.

Jangan langsung menjual reksadana Anda tanpa melihat kembali kinerjanya dalam periode minimal setahun terakhir, dan dapat melihat kinerjanya ada di bawah pasar saham atau justru melampaui para kompetitornya.

Bisa menggunakan strategi investasi berkala sehingga bisa mendapatkan momentum membeli di harga rendah ketika pasar koreksi dan memiliki nilai portofolio tinggi ketika harga sedang tinggi.

Adapun badai reksadana yang terjadi belakangan ini tampaknya masih terlalu dini dinyatakan sebagai sistemik karena yang terdampak pun hanya sebagian kecil dari seluruh reksa dana dan manajer investasi.

Karena itu, penting bagi investor untuk meneliti rekam jejak dari perusahaan manajer investasi yang mengelola reksadananya, serta membaca dengan teliti prospektus maupun fund fact sheet reksadana yang dibelinya untuk mengetahui kemana saja manajer investasi mengalokasikan dana kelolaannya, agar tidak terjebak pada saham-saham yang bermasalah.

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa: Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report January 2020. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi [email protected] (cc: [email protected]).

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,83

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,51

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,47

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,34

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,12

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua