BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

IHSG Melemah, Reksadana Pendapatan Tetap Dominasi Return Tertinggi Harian

16 Januari 2020
Tags:
IHSG Melemah, Reksadana Pendapatan Tetap Dominasi Return Tertinggi Harian
Ilustrasi seorang investor fund manager sedang memegang pulpen sambil memeriksa kertas laporan fund fact sheet kinerja portofolio investasi reksadana saham obligasi surat berharga negara sukuk surat utang pemerintah korporasi

Berdasarkan data marketplace Bareksa, 8 dari 10 besar reksadana return harian tertinggi adalah jenis pendapatan tetap

Bareksa.com – Setelah rally empat hari beruntun, bursa saham Tanah Air akhirnya mengalami koreksi pada perdagangan kemarin. Pada saat yang sama, sejumlah obligasi Negara juga melemah tetapi indeks obligasi secara umum masih bertahan yang memberi dampak positif bagi investornya, termasuk reksadana pendapatan tetap.

Pada Rabu (15/01/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah 0,66 persen ke level 6.283,37. Investor asing juga turut berperan dalam menekan kinerja IHSG dengan membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp16,46 miliar di pasar reguler.

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga bergerak di zona merah: indeks Nikkei turun 0,29 persen, indeks Shanghai terkoreksi 0,26 persen, indeks Hang Seng terpangkas 0,12 persen, indeks Straits Times melemah 0,03 persen, dan indeks Kospi berkurang 0,19 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

Pergerakan pasar regional berkaitan dengan pelaku pasar saham Benua Kuning yang kini menantikan formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Melansir CNBC International, AS dan China dijadwalkan untuk menandatangani kesepakatan dagang tahap satu pada hari Rabu (15/1/2020) di AS.

Menjelang formalisasi damai dagang antar kedua negara, justru ada perkembangan yang kurang mengenakkan. Melansir Bloomberg, bea masuk yang dibebankan AS terhadap produk impor asal China kemungkinan akan tetap diberlakukan hingga pemilihan presiden di AS selesai dilakukan. Pemberitaan dari Bloomberg tersebut mengutip orang-orang yang mengetahui jalannya negosiasi dagang antar kedua negara.

Lebih lanjut, upaya untuk mengurangi bea masuk terhadap produk impor asal China akan bergantung kepada kepatuhan China terkait dengan komitmen yang mereka sepakati dalam kesepakatan dagang tahap satu. Sebagai catatan, pemangkasan bea masuk untuk produk impor asal China senilai US$ 120 miliar (dari 15 persen menjadi 7,5 persen) tetap akan dieksekusi pasca kesepakatan dagang tahap satu diteken.

Dari dalam negeri, sejatinya ada sentimen positif bagi pasar saham Tanah Air yakni rilis data perdagangan internasional periode Desember 2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut dirilis oleh BPS pada sekitar pada pukul 11:00 WIB.

Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa ekspor tumbuh sebesar 1,28 persen secara tahunan, lebih baik ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor mengalami kontraksi sebesar 1,9 persen secara tahunan. Sementara itu, impor jatuh sebesar 5,62 persen secara tahunan, lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 4,4 persen saja.

Alhasil, neraca perdagangan Indonesia membukukan defisit sebesar US$28 juta, jauh di bawah konsensus yang memproyeksikan defisit hingga US$ 456,5 juta.

Indeks Obligasi Masih Menguat

Perkembangan damai dagang fase I AS-China turut membuat harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi lagi pada perdagangan kemarin.

Namun, koreksi pasar obligasi pemerintah kemarin tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercermin dalam indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indeks tersebut naik tipis 0,23 poin (0,09 persen) menjadi 272,74 dari posisi kemarin 272,5.

Pelemahan harga SBN ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 509 bps, melebar dari posisi kemarin 504 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 2,8 bps hingga 1,79 persen dari posisi kemarin 1,81 persen.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.083 triliun SBN, atau 39,24 persen dari total beredar Rp 2.760 triliun berdasarkan data per 14 Januari.

Angka menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 9,92 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan dan awal tahun masih surplus Rp 21,22 triliun.

Dari pasar surat utang negara maju, penguatan harga masih terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang didorong sentimen negatif dari potensi menjauhnya damai dagang, terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

Reksadana Pendapatan Tetap Kuasai Return Harian

Kondisi indeks obligasi yang masih mampu menguat di tengah pelemahan bursa saham domestik dan harga obligasi pemerintah, membuat reksadana pendapatan tetap menguasai return harian tertinggi pada perdagangan kemarin.

Tabel Reksadana Return Tertinggi Harian per 15 Januari 2020

Illustration

Sumber: Bareksa

Berdasarkan reksadana yang dijual di Bareksa, 8 dari 10 besar reksadana dengan return harian tertinggi ditempati oleh produk reksadana pendapatan tetap, sementara 2 produk lainnya ditempati oleh produk reksadana saham.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Adapun reksadana pendapatan tetap wajib menempatkan minimal 80 persen portofolionya dalam efek surat utang atau obligasi. Maka dari itu, reksadana ini sangat terpengaruh dengan pasar obligasi.

(KA01/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,83

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,51

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,47

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,34

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,12

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua