BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Meski Tertinggal di ASEAN, Industri Reksadana Indonesia Punya Potensi Besar

11 Desember 2019
Tags:
Meski Tertinggal di ASEAN, Industri Reksadana Indonesia Punya Potensi Besar
Ketua Presidium Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) Prihatmo Hari M berbincang dengan wartawan mengenai perkembangan industri reksadana di Jakarta, Selasa (22/1/2019). (Issa Almawadi/Bareksa)

Menurut APRDI, industri reksadana Indonesia berada di dua terbawah ASEAN

Bareksa.com – Perkembangan industri reksadana di Indonesia terus mencatat pertumbuhan positif. Hal itu terlihat dari jumlah investor dan dana kelolaan (asset under management/AUM) yang terus meningkat.

Hingga November 2019, jumlah investor reksadana mencapai 1,7 juta, naik 71,27 persen dari posisi akhir 2018 sebanyak 995.510 investor. Pada periode sama, nilai AUM industri reksadana mencapai Rp544,41 triliun atau naik 7,36 persen dari posisi akhir 2018 Rp507,09 triliun.

NAB Reksadana Januari – November 2019

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration

Sumber: OJK

Ketua Presidium Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) Prihatmo Hari Mulyano menilai, jumlah investor tersebut masih kecil jika dibandingkan jumlah masyarakat yang ada di Indonesia. Selain itu, nilai AUM juga masih kalah dengan nilai simpanan masyarakat di perbankan.

“Bahkan di antara negara ASEAN, industri reksadana Indonesia masih terbelakang. Berada di posisi dua terbawah,” ujar Prihatmo di Jakarta, Rabu, 11 Desember 2019.

Namun Prihatmo menegaskan, dengan jumlah masyarakat yang besar, maka industri reksadana Indonesia potensi bertumbuh lebih tinggi lagi. Terlebih lagi, saat ini sudah berkembang industri reksadana online yang membuat masyarakat semakin aware terhadap investasi reksadana.

Di sisi lain, kondisi makro Indonesia cukup mendukung untuk reksadana bertumbuh. “Terutama soal keinginan pemerintah agar bank menurunkan bunga. Ini positif bagi reksadana. Karena orang akan mencari investasi yang lebih menguntungkan,” imbuh Prihatmo.

Prihatmo juga mencermati jumlah manajer investasi yang hingga kini sudah mencapai 99 perusahaan. Padahal, kata Prihatmo, jumlah manajer investasi di negara tetangga jauh lebih sedikit tapi memiliki AUM lebih besar.

“Ini juga kami concern. Pertumbuhan industri ini apakah inline antara pelaku dan industrinya. Kalau tidak, kompetisi semakin berat,” kata dia.

Yang jelas, Prihatmo menyampaikan, industri reksadana bukan bisnis yang mudah. “Mendirikan manajer investasi memang hanya butuh Rp25 miliar, tapi bagaimana menumbuhkannya itu yang berat,” tuturnya.

(hm)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua