BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Suku Bunga BI Tetap 5 Persen, Ini Dampak ke Reksadana Pasar Uang

22 November 2019
Tags:
Suku Bunga BI Tetap 5 Persen, Ini Dampak ke Reksadana Pasar Uang
Logo Bank Indonesia (shutterstock)

Sebelumnya, BI sudah menurunkan suku bunga acuan selama empat bulan beruntun

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Namun BI juga mengambil keputusan laindengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM).

Pada Kamis (21/11/2019), Rapat Dewan Gubernur memutuskan BI 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di level 5 persen. Sebelumnya, BI sudah menurunkan suku bunga acuan selama empat bulan beruntun.

"Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran target, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers usai RDG seperti dilansir CNBC Indonesia.

Promo Terbaru di Bareksa

Penurunan GWM dilatarbelakangi untuk mendorong penyaluran kredit. Pada September, pertumbuhan kredit tercatat 7,89 persen year on year (YoY), melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang 8,59 persen YoY. Hingga akhir tahun, BI memperkirakan penyaluran kredit hanya naik 8 persen YoY.

"Kredit perbankan dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan. Di sisi penawaran itu ada bagaimana bank menyediakan dana untuk penyaluran kredit yang terdiri dari prospek ekonomi ke depan, suku bunga, regulasi, likuiditas, persepsi risiko, termasuk standar penyaluran kredit perbankan," jelas Perry.

Menurut analisis Bareksa, ruang penurunan suku bunga masih terbuka cukup lebar karena inflasi yang sejak awal tahun hingga akhir September masih dalam level yang rendah di 3,13 persen.

Spread wajar inflasi dan suku bunga rata-rata berada di 1,5 persen, berarti suku bunga wajar harusnya di sekitar 4,5 persen. Jadi secara bertahap suku bunga memang sedang mengarah turun.

Apalagi, pemerintah kini sedang mengejar pertumbuhan ekonomi. Karena itu suku bunga rendah diperlukan untuk mendorong konsumsi yang menjadi motor utama ekonomi Indonesia.

Di sisi lain, seiring dengan dimulainya era suku bunga yang rendah, kinerja reksadana pasar uang berpotensi mengalami tekanan. Penurunan suku bunga acuan akan mempengaruhi imbal hasil reksadana pasar uang yang memiliki aset dasar deposito.

Sebagaimana diketahui, reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang 100 persen berinvestasi di instrumen pasar uang seperti sertifikat bank indonesia (SBI), deposito berjangka, dan obligasi yang jatuh tempo di bawah 1 tahun.

Karena itu, jika suku bunga deposito megalami penurunan, maka manajer investasi akan menerima bunga deposito yang lebih rendah, sehingga pada akhirnya akan membuat nilai aktiva bersih portofolionya menurun.

Illustration
Sumber: Bareksa

Sebagai informasi, sejauh ini rata-rata kinerja reksadana pasar uang menempati urutan kedua dengan return tertinggi secara year to date (YtD) per 21 November 2019.

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana pasar uang tercatat telah naik 4,45 persen YtD, hanya kalah dari indeks reksadana pendapatan tetap dengan kenaikan 8,67 persen YtD. Adapun di urutan ketiga indeks reksadana campuran dengan kenaikan 1,67 persen YtD, dan di posisi akhir ada indeks reksadana saham yang ambrol 11,51 persen YtD.

Strategi MI untuk Menjaga Kinerja

Meski suku bunga deposito akan menciut, para manajer investasi bisa menjaga imbal hasil reksadana pasar uangnya agar tetap optimal dengan cara berinvestasi lebih banyak pada obligasi bertenor kurang dari satu tahun. Racikan porsi portofolio yang bisa diatur kurang lebih 60 persen di obligasi, dan 40 persen di deposito.

Secara umum, imbal hasil obligasi korporasi dengan tenor kurang dari satu tahun lebih tinggi dari obligasi pemerintah dengan tenor sama. Sekarang obligasi korporasi dengan rating BBB masih bisa memberikan imbal hasil 9,5 persen, angka tersebut cukup tinggi.

Sebagai informasi, biasanya reksadana pasar uang ditujukan untuk investasi dengan likuiditas tinggi, bukan untuk mengejar imbal hasil yang tinggi. Karena itu, umumnya manajer investasi memilih obligasi pemerintah karena memiliki likuiditas tinggi (mudah ditransaksikan).

Namun, jika manajer investasi fokus mengincar imbal hasil tinggi, maka obligasi korporasi lebih cocok dipilih dengan catatan bahwa risiko likuiditas yang lebih rendah dari obligasi pemerintah.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sementara itu, reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang melakukan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dangan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Bentuk instrumen investasinya dapat berupa time deposit (deposito berjangka), certificate of deposit (sertifikat deposito), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan berbagai jenis instrumen investasi pasar uang lainnya.

Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Risikonya relatif paling rendah dibandingkan reksadana jenis lainnya.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua