BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Manulife Aset : Ini Prospek Pasar Saham dan Obligasi di Penghujung 2019

21 November 2019
Tags:
Manulife Aset : Ini Prospek Pasar Saham dan Obligasi di Penghujung 2019
CEO Manulife Aset Manajemen Indonesia, Legowo Kusumonegoro, bersama karyawannya memantau pergerakan pasar saham dan IHSG di kantor Manulife Aset Manajemen Indonesia. (Bareksa/AM)

Memasuki penghujung tahun 2019 ada perkembangan yang lebih positif dari sentimen pasar

Bareksa.com - Sepanjang tahun 2019 ini, pasar finansial global bergerak sangat fluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya sentimen negatif yang mempengaruhi pasar di tahun ini. Di antaranya perihal adanya kekhawatiran mengenai resesi global dan juga eskalasi konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, terus membayangi kinerja pasar tahun ini.

Namun memasuki penghujung tahun 2019, menurut Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Dimas Ardhinugraha, ada perkembangan yang lebih positif dari sentimen pasar. Menurut dia, ada beberapa hal yang patut dicermati jelang akhir tahun ini yang mendukung optimisme pasar.

Poin pertama yang mendukung optimisme pasar adalah berkurangnya kekhawatiran terhadap resesi ekonomi global. Saat ini pasar menjadi lebih optimistis bahwa ekonomi global tidak memasuki zona resesi. Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi tahun 2019 akan turun ke level 3 persen, dibandingkan pertumbuhan di tahun 2018 yang berada di level 3,6 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

"Untuk tahun 2020, IMF memperkirakan ekonomi global akan membaik ke level 3,4 persen, didukung oleh penurunan suku bunga Bank Sentral secara global," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (21/11/2019).

Poin kedua yang mendukung optimisme pasar, kata Dimas, ialah perkembangan positif negosiasi dagang antara AS dengan China. Akhir-akhir ini kedua negara mulai menunjukkan sikap yang lebih akomodatif akan terjadinya kesepakatan dagang antara AS dengan China. Baik AS maupun China mengindikasikan kalau kesepakatan dagang fase pertama dapat saja terjadi di akhir tahun ini. Ini merupakan hal positif bagi sentimen pasar secara global.

"Dan kalau kita lihat memang kedua negara membutuhkan kesepakatan dagang ini," ungkapnya.

Sebab menurut Dimas, baik AS maupun China sudah merasakan dampak negatif dari perang dagang yang terjadi, di mana kita lihat pertumbuhan ekonomi kedua negara cukup melemah di tahun 2019 ini. Terlebih lagi memasuki periode pemilihan umum (Pemilu) untuk tahun 2020 di AS, bisa memberikan tekanan politik bagi Presiden Trump untuk segera menyelesaikan masalah perang dagang ini.

Poin ketiga yang menjadi optimisme pasar, saat ini merupakan era suku bunga rendah. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi global, beberapa bank sentral dunia sudah sudah menurunkan tingkat suku bunga.

"Kita lihat baru-baru ini, The Fed mengumumkan kalau suku bunga di AS akan dijaga di level rendah, dan belum ada rencana untuk dinaikkan, kecuali jika inflasi di AS meningkat," kata Dimas.

Dimas mengatakan tidak hanya di AS, beberapa negara secara global dan serentak menurunkan suku bunga, dengan outlook mereka akan tetap menjaga suku bunga di level yang rendah. Kondisi itu merupakan hal yang positif, karena selain mendukung pertumbuhan ekonomi, juga akan menguntungkan bagi pasar negara berkembang.

"Dengan suku bunga yang rendah di pasar negara maju, investor secara global akan mencari tingkat suku bunga yang lebih menarik di negara berkembang, termasuk salah satunya di Indonesia," ungkapnya.

Poin keeempat adalah adanya kestabilan kondisi politik dan harapan reformasi kebijakan. Sepanjang tahun ini, pasar domestik dibayangi ketidakpastian politik dengan adanya Pemilu presiden di pertengahan tahun. Namun kini Indonesia sudah melewati periode tersebut, presiden sudah dilantik dan kabinet sudah terbentuk. Ini merupakan hal yang positif, karena akan memberikan kepastian bagi sektor riil, mengenai kebijakan yang akan diambil pemerintah ke depannya.

"Bagi pasar finansial, harapannya ialah semua janji-janji pemerintah yang sudah dijanjikan dapat dieksekusi dengan baik sehingga dapat menarik minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia," ujarnya.

Dengan latar belakang tersebut, bagaimana outlook pasar saham dan obligasi Indonesia ke depannya?

Mengenai pasar obligasi, Dimas melihat pasar obligasi Indonesia masih cukup konstruktif. Tren suku bunga rendah secara global masih akan mendorong investor untuk mencari obligasi-obligasi dengan imbal hasil menarik, salah satunya Indonesia. Sebagai gambaran, Indonesia saat ini menawarkan imbal hasil di kisaran 7 persen untuk obligasi pemerintah.

"Kita bandingkan dengan pasar secara global, 40 persen dari obligasi pemerintah global menawarkan imbal hasil negatif. Jadi tentunya Indonesia menawarkan suatu daya tarik tersendiri," katanya.

Selain itu, Indonesia juga menawarkan kondisi makro ekonomi yang stabil, inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi terjaga, dan juga nilai tukar yang stabil. Ini merupakan daya tarik tersendiri bagi investor global. Sebab jika dilihat sepanjang 2019 ini, investor asing mencatatkan pembelian bersih US$11 miliar, walaupun kondisi pasar global yang sedang fluktuatif.

Lalu bagaimana dengan outlook pasar saham Indonesia? Menurut Dimas, setelah melalui tahun yang sangat berfluktuatif, kini pasar saham Indonesia menawarkan value yang sangat menarik. Dengan kondisi global yang sentimennya membaik, hal ini akan membantu mengangkat sentimen untuk pasar saham di Indonesia sendiri.

Selain itu juga, ada potensi positif dari efek penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia tahun ini, yang dapat mulai memberikan dampak positif ke pasar ke depannya.

"Pesan kami bagi investor adalah lakukanlah diversifikasi investasi sesuai tujuan keuangan, jangka waktu dan profil risiko masing-masing," pungkasnya.

* * *

Ingin berinvestasi sekaligus membantu negara?

Kamu bisa mendaftar untuk membeli obligasi negara atau surat berharga negara (SBN) ritel di Bareksa. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN ritel? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.

Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.

Bagi yang sudah pernah membeli SBN ritel baik SBR atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan ST006.

Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli ST006? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,83

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,51

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,47

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,34

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,12

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua