BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Hal Penting yang Perlu Diketahui Sebelum Investasi Reksadana Pendapatan Tetap

23 Oktober 2019
Tags:
Hal Penting yang Perlu Diketahui Sebelum Investasi Reksadana Pendapatan Tetap
Ilustrasi investasi reksadana pendapatan tetap fixed income fund obligasi korporasi surat utang negara surat berharga yang disimbolkan dengan keyboard dan kunci

Sejak awal tahun hingga 22 Oktober 2019 rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap sudah melesat 7,95 persen

Bareksa.com - Sepanjang tahun 2019, kinerja reksadana pendapatan tetap menunjukkan capaian yang sangat memuaskan, bahkan lebih baik dibandingkan reksadana saham.

Illustration
Sumber: Bareksa

Mengacu pada indeks Bareksa, sejak awal tahun hingga 22 Oktober 2019 rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap sudah melesat 7,95 persen year to date (YtD), jauh bertolak belakang dengan rata-rata kinerja reksadana saham yang justru merosot 5,09 persen YtD.

Promo Terbaru di Bareksa

Kondisi tersebut tentu membuat banyak investor tertarik untuk berinvestasi di jenis reksadana yang berbasiskan instrumen utang tersebut. Meski demikian, investor tetap perlu memahami risiko dan cara kerja reksadana ini.

Reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang kebijakan investasinya minimal 80 persen ditempatkan ke obligasi. Obligasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan saham sehingga diperlukan analisis yang berbeda pula.

Berikut beberapa hal yang harus dipahami investor sebelum berinvestasi di reksadana pendapatan tetap:

1. Kupon dan Kebijakan Bagi Hasil Reksadana

Obligasi dikenal sebagai instrumen yang memberikan pendapatan yang tetap dalam persentase tertentu yang disebut dengan kupon. Pembagian kupon dilakukan setiap 3 bulan untuk obligasi korporasi dan setiap 6 bulan untuk obligasi pemerintah.

Meski begitu, kebanyakan reksadana pendapatan tetap umumnya memiliki kebijakan untuk mereinvestasikan kupon tersebut. Artinya kupon yang diterima dari investasi obligasi selanjutnya digunakan lagi untuk berinvestasi sehingga menambah harga reksadana atau nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP).

Terdapat reksadana pendapatan tetap yang membagikan dividen setiap bulannya, namun perlu dipahami bahwa pembagian dividen akan membuat NAB/UP reksadana mengalami penurunan.

2. Jatuh Tempo dan Kebijakan Investasi

Meski obligasi memiliki jatuh tempo, reksadana pendapatan tetap yang berinvestasi pada obligasi tidak memiliki waktu jatuh tempo. Hal yang dilakukan oleh manajer investasi ketika obligasi dalam reksadana jatuh tempo adalah menggunakan dana tersebut untuk berinvestasi pada obligasi yang baru.

Tidak tertutup kemungkinan juga ketika suatu obligasi belum jatuh tempo, manajer investasi menjual obligasi tersebut karena menemukan opsi obligasi yang lebih baik atau ada permintaan pencairan dari investor reksadana.

3. Rating Obligasi

Untuk reksadana yang berinvestasi pada obligasi yang diterbitkan perusahaan, salah satu risiko terbesar adalah jika perusahaan tersebut mengalami gagal bayar. Kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban obligasinya diseragamkan oleh perusahaan pemeringkat dalam bentuk rating.

Terdapat beberapa lembaga yang menetapkan rating obligasi seperti PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Fitch Rating Indonesia yang berspesialisasi pada obligasi korporasi.

Ada pula lembaga rating internasional yang fokus pada obligasi negara seperti Standard & Poors, Fitch Rating, Moody Investor Service, Japan Credit Rating Agency, dan Rating and Investment Information Inc.

Rating dapat dibagi menjadi kategori layak investasi (investment grade) yaitu dari AAA, AA, A dan BBB serta tidak layak investasi (non investment grade) dari BB, B, CCC, CC, C dan Default.

Semakin baik kemampuan bayar suatu perusahaan, maka otomatis ratingnya akan semakin tinggi dan sebaliknya. Namun di satu sisi, umumnya perusahaan dengan rating yang baik akan membayarkan kupon lebih kecil dibandingkan perusahaan yang ratingnya lebih rendah.

3. Fluktuasi Harga Obligasi dan NAB per UP Reksadana

Harga obligasi bisa naik atau turun tergantung pada perubahan tingkat suku bunga acuan, perubahan rating/kemampuan bayar perusahaan, hingga pengaruh permintaan dan penawaran pasar.

Meski begitu, ketika jatuh tempo, harga obligasi akan selalu kembali ke harga nominal atau 100 karena perusahaan penerbit obligasi akan mengembalikan pokok sesuai nominal. Karena itu, harga obligasi di pasar juga akan mendekati 100 ketika sudah mau jatuh tempo.

Hal ini berbeda dengan reksadana pendapatan tetap yang tidak memiliki waktu jatuh tempo. Untuk itu, harga reksadana pendapatan tetap tidak bisa kembali ke harga awal yaitu 1.000 setelah obligasinya jatuh tempo.

Perubahan harga reksadana tergantung pada pengelolaan yang dilakukan oleh manajer investasi. Jika hasil pengelolaannya baik, seharusnya harga reksadana akan terus meningkat dari waktu ke waktu.

5. Dampak Perubahan Inflasi dan Suku Bunga

Secara teori perubahan suku bunga memiliki dampak yang terbalik terhadap harga obligasi, ketika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan ketika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.

Jika harga obligasi naik, maka harga reksadana pendapatan tetap juga akan naik dan sebaliknya. Penurunan harga obligasi terkadang bisa lebih besar dari kupon obligasi yang dibagikan sehingga jika berdampak pada kinerja reksadana yang negatif.

Salah satu faktor penting yang menentukan perubahan tingkat suku bunga adalah besaran inflasi. Umumnya bank sentral akan menentukan tingkat suku bunga acuan di atas tingkat inflasi untuk menjaga daya beli dan kurs nilai tukar tetap stabil.

Situasi yang berdampak positif untuk obligasi dan reksadana pendapatan tetap adalah ketika inflasi rendah dan terkendali serta tingkat suku bunga turun atau stabil rendah. Sebaliknya ketika inflasi naik dan di luar kendali begitu pula dengan tingkat suku bunga, akan berdampak negatif terhadap harga obligasi.

6. Yield to Maturity

Yield to maturity (YTM) adalah tingkat imbal hasil yang diperoleh investor apabila memegang suatu obligasi hingga jatuh tempo yang berasal dari kupon dan selisih harga obligasi. Besaran YTM biasanya dinyatakan dalam persentase.

Dalam memilih obligasi, yang menjadi acuan manajer investasi bukanlah kupon yang besar atau harga obligasi yang terdiskon, akan tetapi YTM yang sesuai dengan strategi investasinya.

Kupon yang besar jika harganya sangat premium (di atas 100) akan menurunkan imbal hasil secara keseluruhan karena investor untung dari kupon dan rugi dari selisih harga. Untuk obligasi yang harganya terdiskon (di bawah 100) tetapi jika kuponnya kecil, secara keseluruhan investor juga tidak mendapat keuntungan yang sesuai target.

Besaran YTM bukan merupakan indikasi reksadana pendapatan tetap karena manajer investasi umumnya tidak memegang obligasi hingga jatuh tempo namun memperdagangkan secara aktif mengikuti kondisi pasar.

7 . Modified Duration

Modified duration adalah tingkat sensitivitas perubahan harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga. Secara teori, perubahan tingkat suku bunga akan berdampak terhadap perubahan harga obligasi. Namun tidak semua obligasi mengalami perubahan harga yang sama.

Besaran perubahan harga ditentukan oleh besarnya modified duration (MD). Sebagai contoh, jika besarnya MD adalah 5, maka ketika suku bunga turun 1 persen, harga obligasi dalam reksadana pendapatan tetap tersebut berpotensi naik 5 persen. Sebaliknya ketika suku bunga naik 1 persen, maka harga obligasi berpotensi turun 5 persen.

Dalam kondisi suku bunga dan inflasi yang turun dan terkendali, umumnya manajer investasi akan mengambil strategi durasi panjang untuk memaksimalkan kenaikan harga obligasi.

Sebaliknya ketika suku bunga dan inflasi turun dan fluktuatif, umumnya manajer investasi akan mengambil strategi durasi pendek untuk meminimalkan tingkat risiko.

Sebagai gambaran, MD antara 1 – 3 bisa dikategorikan sebagai risiko rendah, 3 – 5 sebagai risiko menengah dan > 5 sebagai risiko tinggi.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.

Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua