BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Inflasi Masih Terkendali, BBCA Incar Satu Bank Lagi

11 Juni 2019
Tags:
Berita Hari Ini : Inflasi Masih Terkendali, BBCA Incar Satu Bank Lagi
Pedagang menata bahan makanan yang dijual di Pasar Jembatan Lima, Jakarta, Rabu (3/1). BPS mencatat inflasi pada tahun 2017 secara tahunan (year-to-year) sebesar 3,61 persen dan dianggap masih aman karena berada di bawah target dalam APBNP sebesar 4,3 persen, salah satunya dipicu harga pangan yang masih aman. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

BEI siapkan tiga indeks baru, Taralite gandeng OVO, PGAS kaji penerbitan obligasi

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 11 Juni 2019 :

Inflasi

Inflasi inti tetap terkendali, meskipun meningkat dibandingkan level bulan sebelumnya. Inflasi inti Mei 2019 tercatat 0,27 persen (mtm), meningkat dibandingkan inflasi April 2019 sebesar 0,17 persen (mtm).

Promo Terbaru di Bareksa

Komoditas utama penyumbang inflasi inti ialah nasi dengan lauk dan gula pasir. Secara tahunan, inflasi inti tercatat 3,12 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan level April 2019 sebesar 3,05 persen (yoy). Inflasi inti yang terkendali tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya.

Inflasi Mei 2019 yang bersamaan dengan bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri tetap terkendali. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2019 meningkat dari 0,44 persen (mtm) pada April 2019 menjadi 0,68 persen (mtm).

Perkembangan inflasi IHK ini secara umum terkendali dan sesuai pola musiman pada bulan Ramadan dan menjelang Lebaran, yang rata-rata dalam lima tahun terakhir mencapai 0,77 persen. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK 2019 sampai Mei 2019 mencapai 1,48 persen (ytd), atau secara tahunan mencapai 3,32 persen (yoy).

Ke depan, Bank Indonesia menyatakan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil di kisaran sasaran inflasi 3,5±1 persen pada 2019.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

BCA masih akan menggelar ekspansi, tidak hanya secara organik tetapi juga lewat anorganik. Terkait ekspansi anorganik, bank swasta terbesar di Tanah Air ini berencana mencaplok satu bank lagi. Sebelumnya BCA baru saja berhasil mengakuisisi Bank Royal senilai Rp1 triliun pada April 2019 lalu.

"Kami ada rencana bukan hanya akuisisi satu bank, tetapi lagi buka wacana akuisisi satu lagi," kata Santoso, Direktur BCA.

Namun, Santoso tidak menyebutkan ukuran bank yang sedang dibidik BCA. Sekarang perseroan ini masih terus mencari sembari fokus menyelesaikan administrasi akuisisi Bank Royal.

"Kami baru melirik satu ini dan belum tahu sebesar apa. Kalau tidak bisa terealisasi tahun ini mungkin tahun depan," tambah Santoso.

Bursa Efek Indonesia (BEI)

BEI menyiapkan tiga indeks baru. Dua di antaranya akan dirilis Agustus nanti, yaitu IDXValue30 dan IDXGrowth30. Direktur Pengembangan Hasan Fawzi menjelaskan, 30 konstituen di setiap indeks akan dipilih dari anggota IDX80 yang sudah tersaring dari sisi kapitalisasi pasar dan likuiditas.

Saham anggota indeks dipilih berdasarkan price to book value (PBV) dan price to earning ratio (PER), dari yang tinggi dan rendah

"Sehingga akan terlihat mana yang termurah dan termahal," jelas dia seperti dikutip Kontan. IDXValue30 akan memasukkan saham dengan PBV dan PER rendah.

BEI juga sudah memasukkan bobot free fl oat 100 persen, sehingga terlihat saham-saham yang likuid. Dengan begitu, IDXValue30 akan mewadahi saham-saham yang murah tetapi berfundamental baik.

Hasan mengklaim, BEI telah melakukan riset fundamental emiten IDX80 selama lima tahun ke belakang. Indeks baru lainnya yang disiapkan BEI untuk dirilis tahun ini adalah Indeks Hijau (Green Index). BEI akan memilih saham konstituen bersama dengan Yayasan Keaneka Ragaman Hayati Indonesia (Kehati).

PT Indonusa Bara Sejahtera (Taralite)

Perseroan mulai merambah consumer lending dengan menggandeng PT Visionet Internasional (OVO). Vice President of Business Taralite Victor Timothy mengatakan pihaknya menjadi penyedia layanan pinjaman daring bagi konsumen Tokopedia yang berafiliasi dengan OVO.

Produk ini dapat digunakan untuk melakukan transaksi pada seluruh produk Tokopedia, kecuali produk seperti angsuran, donasi, zakat, e-money, reksadana, dan emas.

Saat ini, produk ini tersedia untuk pengguna di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Surabaya dengan umur akun minimal 6 bulan.

“Produknya OVO PayLater. Target [penyaluran pinjaman] tahun ini di atas Rp1 triliun,” katanya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Sebelumnya, Taralite fokus memberikan pinjaman kepada online seller yang tergabung dalam platform e-commerce seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dan Matahari Mall, Fabelio, dan Moka. Besarnya peluang consumer lending, membuat Victor optimistis untuk memperluas pasar.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

Perseroan mengkaji penerbitan obligasi sebagai strategi untuk pendanaan kembali akuisisi PT Pertamina Gas yang telah dirampungkan oleh perseroan. Direktur Utama Perusahaan Gas Negara Gigih Prakoso menuturkan perseroan berencana melakukan pendanaan kembali atau refinancing pada 2019. Menurutnya, salah satu skema yang dipertimbangkan perseroan yakni penerbitan obligasi.

“Rencana tahun ini, [jumlahnya] sedang dihitung oleh teman-teman,” ujarnya. Sebagai catatan, emiten berkode saham PGAS itu menuntaskan akuisisi 51 persen saham Pertamina Gas sejalan dengan pelunasan surat sanggup atau promissory note kepada PT Pertamina (Persero) senilai Rp10,22 triliun. Produsen gas milik negara itu menggunakan dana internal untuk menyelesaikan aksi korporasi tersebut.

PT Asuransi Jiwasraya

Di tengah kesulitan likuiditas, berencana memasarkan produk baru, yaitu finansial reinsurance (FinRe). Peluncuran produk ini demi menyokong bisnis perusahaan saat terkendala permodalan. Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengatakan, Jiwasraya masih mempersiapkan produk baru tersebut dan diperkirakan akan resmi meluncur pada Oktober 2019 mendatang.

Ia menjelaskan, FinRe merupakan transaksi kerja sama dalam berbagi nilai dan risiko. Dengan skema ini, sebagian risiko atau portofolio yang direasuransikan akan dikover bersama. Asuransi Jiwasraya akan memperoleh keuntungan berupa nilai portofolio saat ini.

“Akan ada saling sharing nilai yang artinya, nilai perusahaan saat ini berpotensi menjadi bisnis masa depan Jiwasraya terutama bagi investor. Maka itu kami perlu melakukan cash in advance,” terang Hexana seperti dikutip Kontan.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua