BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Dirut Danareksa Investment, Marsangap P. Tamba : Saatnya Melirik Reksadana Saham

26 April 2019
Tags:
Dirut Danareksa Investment, Marsangap P. Tamba : Saatnya Melirik Reksadana Saham
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management Marsangap P. Tamba

Investor reksadana bisa mulai masuk lagi ke produk berisiko dan return lebih tinggi seperti pendapatan tetap dan saham

Bareksa.com – Kekhawatiran prospek ekonomi Indonesia masih mempengaruhi pertumbuhan industri reksadana pada awal tahun ini. Terutama dari sisi dana kelolaan atau asset under management (AUM) yang hingga Maret 2019 baru tumbuh 1,54 persen secara year to date dari Rp507,3 triliun menjadi Rp515,1 triliun.

Dari data AUM reksadana itu, sebagian kalangan menilai para investor masih wait and see untuk mengambil keputusan investasinya. Terlebih, setelah pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) serentak lalu, banyak yang menganggap stabilitas belum tercapai.

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih tumbuh single digit dan belum terlihat adanya improve dari pegerakkan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Untuk itu, para investor tengah mencari mood positif untuk mengambil keputusan investasi.

Promo Terbaru di Bareksa

Itulah sekilas perbincangan Direktur Utama PT Danareksa Investment Management Marsangap P. Tamba kepada wartawan di sela-sela seminar bertajuk “Economic & Investment After 2019 Election: What’s Next?” di Jakarta, Rabu, 24 April 2019.

Tak hanya menyampaikan mengenai prospek ekonomi setelah Pemilu, pria yang akrab disapa Tamba itu pun membeberkan pandangannya terhadap industri reksadana serta rencana-rencana Danareksa IM pada tahun ini. Untuk mengetahui lebih dalam apa saja yang disampaikan Tamba, berikut petikan wawancaranya :

Bagaimana Anda melihat kondisi perekonomian dan industri reksadana setelah pelaksanaan Pemilu 2019?

Di tahun politik ini masyarkat sepertinya agak sedikit ragu karena memang persepsi akan stabilitas itu penting sekali bagi investor sebelum ambil keputusan. Faktor perekonomian global juga mempengaruhi mood dari investasi karena adanya perubahan outlook dari angka tren pertumbuan ekonomi. Jadinya itu sudah mempengaruhi mood, ditambah lagi Pemilu itu.

Sehingga reksadana juga sangat lambat tumbuhnya, mungkin di bawah 2 persen, IHSG juga single digit, yield tidak bergerak banyak, Rupiah juga pasca quick count tidak improve. Saya pikir investor tampaknya cari mood positif sebelum dia ambil keputusan lebih jauh lagi.

Tapi menurut saya investor itu tiak perlu terlalu khawatir tentang prospek ekonomi ke depan. Saat ini kan ada ketakutan bahwa mungkin hasil quick count saja belum memastikan hasil akhir, sehingga stabilitas dianggap masih belum tercapai, dianggap masih risiko untuk investasi.

Sebenarnya kita tidak perlu khawatir terhadap faktor non ekonomi itu. Kita Justru malah harus melihat ini sebagai kesempatan baik dari fundamental, makro, memang Indonesia itu dalam posisi baik untuk menjadi negara besar untuk dapat pertumbuhan ekonomi lebih baik dari negara-negara lain di dunia, termasuk negara maju.

Ada lagi yang diantisipasi oleh investor atau saran khusus untuk investor reksadana?

Kalau menurut saya investor reksadana bisa mulai positif untuk masuk lagi ke produk berisiko dan return lebih tinggi seperti pendapatan tetap dan produk-produk saham itu perlu dilirik. Karena pada dasarnya dengan adanya tren suku bunga yang mungkin akan kembali turun. Stabilitas atau pasca Pemilu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Orang bisa fokus pada perutmbuhan emiten, prospek ekonomi itu sendiri.

Orang sudah mulai harus dengan nyaman mengambil posisi di investasi karena investasi semua tentang ambil posisi dan menghitung risiko yang ada. Saya pikir itu kesempatannya banyak, investor tidak perlu ragu ambil posisi. Secara makro memang ada tantangan global, tapi ekonomi Indonesia sendiri berhasil lewati tantangan itu. Ekonomi Indonesia sepertinya juga cukup memiliki daya tahan yang tinggi walaupun ada goncangan ekonomi global.

Akhirnya kalau kita tidak merasa yakin dan percaya diri, investor tidak yakin dan confidence , potensi itu tidak akan bisa diraih, kesempatan yang banyak itu tidak bisa diraih. Karena kalau orang takut, dia kan taruh uang di tabungan atau bantal dan tidak berani ambil posisi sehingga menyebabkan trickle down effect.

Pilihan reksadana seperti apa?

Kalau reksadana saham saya pikir dan fixed income akan jadi pilihan. Pertumbuhan secara dana kelolaan mencapai doble digit bisa tercapai. Tahun lalu tumbuh sektiar 10 persen-11 persen.

Sekarang 4 bulan industri manajer invstasi dan reksandana masih naik 2 persen-3 persen. Jadi begitu overhang dan keraguannya lepas, industri bisa naik seiring dengan peningkatan confidence investor. Menurut saya pendapatan tetap dan saham itu bisa menjadi pilihan karena kan secara makro juga tingkat suku bunga itu sudah mulai ada pembalikan arah.

Bagaimana Danareksa IM, ada rencana apa?

Di Danareksa itu basic produk kita kan reksadana. Kita akan fokus luncurkan itu. Tapi di sisi lain kami juga melakukan produk alternatif untuk pembiayaan infrastruktur. Seperti kemarin itu kami luncurkan KIK EBA termasuk yang non mortgage ke Indonesia Power atau PLN itu Rp4 triliun. Tahun lalu juga ada pembiayaan jalan tol melalui PT Waskita Toll Road Trans Jawa dengan nilai Rp5 tirliun.

Ada rencana tambah produk ETF?

ETF sudah tahun lalu. Sekarang size sekitar Rp300 miliar dan secara performance ETF kami dibandingkan provider lain masih baik, masih sesuai dengan indeks. Itu bisa jadi opsi investor terhadap produk berbasis saham kalau memang ingin sesuai yang lebih mendekati indeks, tidak mau ada fluktuasi, bisa mulai dengan itu dan biayanya lebih murah.

Berapa target dana kelolaan Danareksa IM tahun ini?

Dana kelolaan kami target cukup besar. Akhir tahun lalu kami capai Rp30 triliun. Target kami tahun ini sekitar Rp35 triliun sampai Rp36 tirliun. Sebagian besar reksadana dan produk alternatif itu total sekitar Rp5 triliun-Rp6 triliun.

Produk baru tahun ini?

Yang baru tahun ini masih seperti tahun lalu. Kami fokus ke Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT). Ada EBA juga kami lihat mungkin ada satu EBA. Tapi produk yang umum seperti reksadana yang berbasis pendapatan tetap dan saham itu akan tetap kami promosikan karena itu bisa menjangkau investor lebih luas, seperti ritel juga.

Kami juga akan meluncurkan mobile apps juga untuk mendukung itu sehingga investor reksadana semakin luas dan menyebar, dan basis investor reksadana di Indonesia tidak lagi didominasi institusi.

Kartu kredit untuk beli reksadana?

Saya kira masih dibahas. Jadi saya belum bisa komentar.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.313,18

Up0,15%
Up3,81%
Up0,02%
Up5,82%
Up18,30%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,42

Up0,60%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,32%
Up17,24%
Up43,22%

STAR Stable Income Fund

1.917,41

Up0,56%
Up2,94%
Up0,02%
Up6,33%
Up30,71%
Up60,33%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.753

Down- 0,46%
Up3,74%
Up0,01%
Up4,38%
Up18,76%
Up47,23%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.035,73

Down- 0,22%
Up1,77%
Up0,01%
Up2,68%
Down- 2,15%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua