BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Cerita Bukalapak Belum akan IPO Tahun Ini Hingga Target Segera Raih Laba

12 April 2019
Tags:
Cerita Bukalapak Belum akan IPO Tahun Ini Hingga Target Segera Raih Laba
CFO Bukalapak Fajrin Rasyid (kiri) memberikan plakat kepada Kepala Eksekutif Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Nurhaida dalam acara pembukaan perdagangan bursa sekaligus peluncuran Fitur Investasi Reksa Dana BukaReksa di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Bukalapak menggandeng banyak mitra untuk menyediakan berbagai layanan seperti reksadana, emas, asuransi dan pembiayaan

Bareksa.com - Bukalapak, salah satu perusahaan unicorn di tanah air belum berencana untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dalam waktu dekat. Perusahaan malah berusaha untuk bisa membukukan keuntungan terlebih dahulu.

Co-Founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid menceritakan pihaknya memang pernah diundang oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk bisa IPO di pasar modal Indonesia. "Ada rencana ke sana, tapi belum bisa tahun ini," kata dia di Jakarta, Jumat (12/4).

Menurut Fajrin, apabila IPO yang dilakukan bermaksud untuk menghimpun pendanaan, pihaknya masih bisa menggunakan instrumen seperti obligasi, pinjaman atau pendanaan dari investor.

Promo Terbaru di Bareksa

Saat ini, Bukalapak sudah memiliki investor jangka panjang yang siap menyuntikkan dananya, salah satunya adalah Government of Singapore Investment Corporation.

Namun tidak berarti juga, Bukalapak lebih mementingkan investor asing sebagai pihak yang menyuntikkan dana. Menurut Fajrin, pihaknya malah lebih senang apabila mendapatkan investor lokal. Meski memang, investor lokal agak sulit memahami bisnis teknologi informasi ini.

Karena itu, hal terpenting menurut perusahaan unicorn yang berdiri sejak tahun 2001 ini adalah bagaimana membuat perusahaan bisa mencetak keuntungan. "Target kami segera profitable," kata dia.

Untuk bisa membukukan keuntungan ini, Bukalapak harus bisa mendiversifikasi bisnis untuk bisa memperbesar pendapatan. Sejauh ini, menurut Fajrin, sekitar 70 persen pendapatan Bukalapak berasal dari penjualan barang (ritel). Sisanya berasal dari pendapatan di layanan lainnya seperti investasi reksadana, emas dan layanan lainnya.

Meski berstatus sebagai perusahaan teknologi, perusahaan pun tetap mengembangkan usaha offline, namun dengan dibantu teknologi. Hal ini dilakukan dengan mendukung sekitar 500 ribu warung dengan layanan digital.

Warung-warung ini akan menjadi agen Bukalapak yang melayani masyarakat yang belum bisa berbelanja online. Di warung ini tidak hanya tersedia layanan belanja barang fisik, namun juga layanan pembelian pulsa, listrik, dan layanan lain yang ada di Bukalapak.

Fajrin menyatakan ke depannya Warung Bukalapak ini bisa menjadi agen seperti agen Laku Pandai yang ada di bank.

"Namun memang ini tidak bisa done by ourselves, karena kami tidak memiliki izin. Kami bisa berpartner dengan bank," kata dia.

Bentuk partnership ini pula yang digunakan Bukalapak untuk menjadi perusahaan ritel teknologi terkemuka di Indonesia. Bukalapak sejauh ini sudah bekerja sama dengan Bareksa dalam menyediakan layanan investasi reksadana, bekerja sama dengan IndoGold untuk layanan investasi emas, dengan Allianz Indonesia untuk penjualan asuransi serta sejumlah bank dan fintech untuk fasilitas pembiayaan.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,83

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,51

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,47

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,34

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,12

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua