BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Ada Aset WNI Rp1.300 T di LN, Indonesia Masih Investment Grade

15 Maret 2019
Tags:
Berita Hari Ini : Ada Aset WNI Rp1.300 T di LN, Indonesia Masih Investment Grade
Wajib pajak berjalan menuju bilik tax amnesty di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Pemerintah ekspor CPO ke Mesir, KKR kembali jual kepemilikan di JPFA, Jumlah investor pasar modal tembus 1,7 juta

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 15 Maret 2019 :

Automatic Exchange of Information (AEoI)

Program pertukaran informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan yang berlangsung sejak tahun 2018 ini mulai menunjukkan hasil. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemkeu) menemukan ada ribuan triliun aset warga negara Indonesia (WNI) yang tersembunyi di luar negeri.

Promo Terbaru di Bareksa

Parahnya, ini disinyalir belum masuk dalam surat pemberitahuan pajak (SPT). Kepala Sub Direktorat Pertukaran Informasi Direktorat Perpajakan Internasional Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Leli Listianawati menjelaskan, hingga 11 Maret 2018 lalu, Ditjen Pajak telah mengirimkan informasi keuangan kepada 54 negara.

Sebaliknya Indonesia juga menerima informasi keuangan dari 66 negara melalui AEoI. Hasilnya, "Ada lebih dari Rp1.300 triliun (yang masih disimpan dan belum dilaporkan) ," kata Leli.

Namun, Leli masih merahasiakan data-data terkait aset itu. Apalagi, aparat pajak terikat perlindungan kerahasiaan atas informasi keuangan yang diterima di program AEoI. Leli juga enggan menjelaskan status serta tindak lanjut kantor pajak atas temuan aset itu, termasuk terkair penerbitan surat ketetapan kurang bayar pajak atau memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk memperbaikinya.

Namun, Leli meyakini nilai aset tersebut akan meningkat seiring bertambahnya jumlah negara yang mengirim informasi. Tahun ini, otoritas pajak akan menerima informasi dari 94 negara. Sementara Ditjen Pajak mengirim informasi ke 81 negara. Pertukaran informasi akan dilakukan pada September 2019 mendatang.

Fitch Ratings

Aliran dana asing ke pasar finansial domestik berpotensi semakin meningkat. Pasalnya, pandangan lembaga pemeringkat internasional terhadap surat utang Indonesia masih bagus. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menegaskan peringkat sovereign credit rating Indonesia pada level BBB/ outlook stabil (investment grade) pada 14 Maret 2019.

Pada 2 September 2108 lalu, Fitch pun telah mempertahankan peringkat Indonesia pada level BBB/outlook stabil (investment grade). Menurut Fitch, faktor kunci yang mendukung keputusan ini adalah prospek pertumbuhan ekonomi yang baik dan beban utang pemerintah relatif rendah.

Meskipun, masih ada tantangan berupa ketergantungan terhadap sumber pembiayaan eksternal (utang), penerimaan pemerintah yang rendah, serta indikator struktural lainnya masih di bawah negara peers (setingkat).

Di sisi lain, Indonesia memiliki prospek pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan penguatan dibandingkan dengan negara peers. Walaupun, Fitch memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun ini akan tumbuh melambat menjadi 5 persen dari 2018 yakni 5,17 persen.

Ekspor CPO

Pemerintah gencar mendorong kinerja ekspor di tengah perlambatan permintaan global. Terbaru, pemerintah akan menambah ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) ke Mesir senilai US$130 juta tahun ini.

CPO merupakan salah satu komiditas andalan ekspor non migas Indonesia setelah batu bara. Namun, setahun terakhir hambatan ekspor CPO meningkat. Misalnya, India menerapkan bea masuk tinggi terhadap CPO Indonesia. Lalu, Uni Eropa mengeluarkan kebijakan yang juga menghambat ekspor CPO, kini Uni Eropa melarang penggunaan biofuel sebagai bahan bakar kendanaan.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) Arlinda Jazid mengatakan, kesepakatan dengan Mesir merupakan hasil misi dagang 2017. "Kedekatan Indonesia-Mesir membuat kita optimistis mampu menggarap potensi pasar Mesir," ujarnya.

Tambahan ekspor CPO dari kontrak antara perusahaan pengolahan dan distributor minyak sawit Mesir yakni Oleo Misr Co. Oleo Misr bekerjasama dengan Perkebunan PTPN III (Persero) dan PT Chita Agri Indonesia (CAI). PTPN III akan memasok CPO 10.000 metrik ton (MT) hingga 16.000 MT per bulan. CAI akan memasok CPO 4.000 MT hingga 5.000 MT per bulan.

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

KKR Jade Investments Pte Ltd kembali divestasi atau melepas kepemilikan di JPFA. Aksi jual perusahaan investasi asal Singapura ini telah dilakukan melalui crossing saham JPFA untuk divestasi tahap kedua dengan menjual 396 juta saham di Rp2.200 per saham. Dengan penjualan tersebut, KKR akan mengantongi dana sekitar Rp871,2 miliar. Ini bukan kali pertama KKR melepas secara bertahap saham JPFA.

Pada 20 Februari lalu, KKR Jade Investments telah menjual 385 juta saham, setara 3,28 persen dari total saham JPFA. Saat itu, KKR menjual tahap pertama di harga Rp2.200 per saham. Dana segar yang diterima sekitar Rp847 milar. Akibat penjualan saham tahap kedua ini, porsi kepemilikan KKR di JPFA susut menjadi 582 juta saham atau sekitar 5 persen.

Jumlah investor

Jumlah investor single investor identification (SID) menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) tercatat 1,7 juta investor hingga 13 Maret 2019.

Direktur Utama KSEI Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan jumlah tersebut naik 5,6 persen dari jumlah SID pada Februari 2019. Saat itu, data KSEI mencapai 1,61 juta investor. KSEI juga melaporkan total aset yang tersimpan di KSEI mencapai Rp4.290 triliun hingga 13 Maret 2019.

"Jadi kurang lebih ada 60 persen yang tercatat di KSEI," papar Kiki.

KSEI menargetkan jumlah investor mencapai 2,5 juta investor di akhir 2019. Untuk itu, KSEI telah melakukan beberapa langkah untuk dapat mencapai angka tersebut. Salah satunya dengan mengoptimalkan simplifi kasi rekening efek (RE) dan rekening dana nasabah (RDN) yang sudah berjalan.

Simplifikasi tersebut melibatkan pihak lain, seperti Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil di setiap daerah hingga industri perbankan.

PT PP Properti Tbk (PPRO)

Perseroan menetapkan target pencapaian pendapatan pra penjualan (marketing sales) tahun ini cukup tinggi. Padahal, realisasi di tahun lalu sudah cukup kencang Berdasarkan keterbukaan informasi pada Bursa Efek Indonesia, PPRO mengumumkan memperoleh marketing sales Rp3,48 triliun sepanjang 2018.

Realisasi ini lebih tinggi 13 persen dari realisasi di 2017 yang sebesar Rp3,09 triliun. Kontribusi kenaikan marketing sales tahun lalu mayoritas disumbang proyek di Surabaya, seperti Grand Shamaya dan Grand Dharmahusada Lagoon.

Selain itu, ada juga Grand Kamala Lagoon di Kalimalang, Bekasi, yang ikut menyumbang marketing sales. Manajemen mengklaim, kenaikan marketing sales membuahkan hasil positif terhadap kenaikan laba bersih menjadi Rp471 miliar dari sebelumnya Rp445 miliar. Perusahaan ini juga mencatatkan kenaikan aset 31 persen di tahun 2018 menjadi Rp16,47 triliun.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua