BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Market Cap ADRO Susut Rp5,56 Triliun Sehari, Bagaimana Prospeknya?

22 November 2018
Tags:
Market Cap ADRO Susut Rp5,56 Triliun Sehari, Bagaimana Prospeknya?
Petugas memantau heavy dump truck yang mengangkut batu bara di kawasan tambang batu bara milik Adaro, Tabalong, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Saham ADRO anjlok 11,78 persen, terkena imbas negatif penurunan harga batu bara dunia

Bareksa.com - Harga saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) ditutup anjlok tajam pada perdagangan Rabu, 21 November 2018. Kemarin, saham ADRO ditutup turun hingga 11,78 persen dengan berakhir di level Rp1.310 per saham, sekaligus merupakan saham dengan penurunan paling tajam pada sektor pertambangan.

Saham ADRO juga bergerak sangat atraktif pada perdagangan kemarin dengan menjuarai frekuensi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 18.461 kali, serta nilai transaksinya yang mencapai Rp241,41 miliar.

Selain itu, investor asing juga terpantau banyak melepas saham ini dengan mencatatkan penjualan bersih (net sell) pada perdagangan kemarin senilai Rp32,30 miliar.

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik Pergerakan Saham ADRO Intraday

Illustration

Sumber: Bareksa

Dengan penurunan tajam pada perdagangan kemarin, kapitalisasi pasar (market cap) emiten produsen batubara tersebut telah kehilangan nilai pasarnya sebesar Rp5,56 triliun, dari sebelumnya Rp47,46 triliun pada awal pekan ini, menjadi hanya Rp41,90 triliun pada penutupan perdagangan kemarin.

Sekadar informasi, saat ini ADRO merupakan saham pertambangan dengan market cap terbesar nomor tiga dalam sektornya, di bawah PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar Rp65,67 triliun, dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar Rp50,11 triliun.

Faktor Penyebab

Penurunan saham ADRO merupakan imbas dari harga batu bara yang memang sedang bergerak melemah seiring dengan anjloknya harga minyak mentah dunia. Kemarin pada pukul 04:53 WIB, harga minyak jenis brent terperosok hingga 6,53 persen dan light sweet anjlok 6,68 persen.

Sementara itu, mengutip dari barchart.com, harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman November 2018 turun 0,63 persen ke level US$102,3 per metrik ton (MT) pada penutupan perdagangan Selasa (20/11/2018). Kondisi tersebut merupakan level terendah sejak 20 Juli 2018 lalu.

Grafik Pergerakan Harga Batu Bara Newcastle

Illustration

Sumber: barchart.com

Sejumlah sentimen negatif memang masih menyelimuti harga komoditas ini. Beberapa sentimen negatif tersebut antara lain mulai dari tingkat konsumsi China yang lemah, persepsi perlambatan ekonomi global, hingga pemangkasan impor China.

Pertama, meski sudah memasuki musim dingin, tingkat konsumsi batu bara di China masih cukup lemah. Mengutip China Coal Transport & Distribution, konsumsi batu bara di China bagian tengah dan selatan masih cukup lambat.

Hal tersebut dipertegas dengan stok batu bara yang memang masih berada di level yang tinggi. Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China meningkat dalam 5 pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015. Teranyar, stoknya naik 0,59 persen secara mingguan ke level 17,06 juta ton.

Dengan tingginya tingkat stok batu bara di Negeri Tirai Bambu, lantas investor mengekspektasikan bahwa permintaan impor batu bara China masih akan lesu, atau dengan kata lain kebutuhan batu bara di China masih akan tercukupi oleh stoknya yang melimpahnya saat ini.

Kedua, pemerintah China memutuskan untuk membatasi impor batu bara di sepanjang tahun 2018. Mengutip Reuters, impor batu bara Negeri Panda pada tahun ini ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017.

Hal tersebut bertujuan untuk menjaga harga batu bara domestik China tetap tinggi hingga akhir tahun ini. Dengan pembatasan tersebut, volume impor batu bara China di November-Desember 2018 diprediksi turun 25-35 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

Sekadar informasi, China merupakan konsumen utama batu bara dunia, dengan konsumsi mencapai 1.892,6 MT pada 2017 atau sekitar 51 persen dari total permintaan dunia.

Dengan kondisi satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global, maka setiap dinamika permintaan impor China akan sangat memengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.

Pengunduran Diri Direktur Keuangan

Sementara itu dari internal perusahaan, Direktur Keuangan PT Adaro Energy Tbk David Tendian mengajukan surat pengunduran diri kepada perusahaan per 29 Oktober 2018.

Surat pengajuan pengunduran diri ini kemudian ditindaklanjuti oleh ADRO dengan mengirimkan surat pemberitahuan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Oktober 2018.

"Pengunduran diri Bapak David Tendian adalah karena beliau ingin berkonsentrasi melakukan aktivitas lain," tulis perusahaan dalam suratnya, sebagaimana dikutip dari situs perusahaan, Kamis (15/11/2018).

Lebih lanjut Perseroan mengatakan bahwa tidak ada dampak material yang merugikan terhadap kegiatan operasional hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perusahaan. (KA01/hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua