BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Ulasan Lengkap Prospek Pasar Saham Jelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019

20 Desember 2017
Tags:
Ulasan Lengkap Prospek Pasar Saham Jelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019
Presiden Joko Widodo saat memberikan pidato pada acara pencatatan perdana Kontrak Investasi Kolektif – Efek Beragun Aset (KIK – EBA) Mandiri – PT Jasa Marga, Tbk. (JSMR 01) Surat Berharga Hak Atas Pendapatan Tol Jagorawi di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 31 Agustus 2017. (Biro Pers Setneg)

Saham apa saja yang ikut menopang pergerakan market saat Pilkada dan Pilpres?

Bareksa.com - Indonesia akan memasuki tahun politik pada dua tahun mendatang. Pada 2018, Indonesia akan menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2019.

Banyak pihak optimistis, namun tak sedikit juga yang mengkhawatirkan kondisi perekonomian Indonesia sehingga dapat berdampak kepada investor yang cenderung masih wait and see. (Baca : Jelang Tahun Pemilu, Jokowi Minta Dunia Usaha Tidak Wait and See)

Jika dipehatikan pada Pilkada dan Pilpres sebelumnya, bagaimana pola pergerakan pasar saham?

Promo Terbaru di Bareksa

Belum lama ini masyarakat DKI Jakarta merayakan pesta demokrasi untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2017-2022.

Menjelang Pilkada putaran pertama pada 15 Februari 2017, IHSG tercatat naik 2 persen menjadi 5.380,67 dari sebelumnya 5.275,97 pada awal tahun. (Lihat : Daya Beli Membaik, Bahana Proyeksi Prospek Saham Konsumer Positif Tahun Depan)

Grafik: IHSG Jelang Pilkada 2017
Illustration
Sumber: Bareksa.com

Namun pada Pilkada putaran pertama, ketiga calon tidak ada yang memenangkan suara lebih dari 50,1 persen. Sehingga harus diadakan Pilkada putaran kedua yang berlangsung pada 19 April 2017. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau naik 4,2 persen ke level 5.606,52 dari Pilkada periode pertama. (Baca : Manulife Proyeksikan IHSG Tahun Depan Tembus 7.000)

IHSG dan Pilpres

Naiknya IHSG, juga terjadi menjelang Pilpres yang diadakan dalam tiga periode 2004, 2009 dan 2014.

Pada Pilpres 5 Juli 2004, IHSG, menguat 5 persen selama tujuh hari perdagangan sebelum Pilpres dan satu hari setelah Pilpres. (Lihat : Bahana Prediksi Sektor Properti Menguat Jelang Pemilu)

Grafik: IHSG Saat Pilpres 2004
Illustration
Sumber: Bareksa.com

Penguatan ini juga disertai dengan kenaikan volume dan nilai perdagangan per hari yang sangat signifikan dan puncaknya terjadi di perdagangan setelah Pilpres, pada 6 Juli 2004. (Baca : BNP Paribas Memprediksi IHSG Tahun Depan Tembus 6.600)

Pada hari itu IHSG ditutup naik 3,1 persen ke level 768,26 dari hari sebelumnya 745,03 dengan kenaikan volume dan nilai transaksi masing-masing 48 persen dan 51 persen dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Tidak berbeda, pada Pilpres 8 Juli 2009, IHSG menguat 2,4 persen selama 7 hari perdagangan sebelum Pilpres. Kenaikan ini disertai dengan kenaikan volume dan nilai transaksi perdagangan.

Satu hari setelah pilpers, pada perdagangan tanggal 9 Juli 2009, IHSG menguat tipis. Namun nilai dan volume transaksi hari itu melonjak tajam masing-masing 49 persen di luar transaski di pasar negosiasi yang mencapai Rp1,4 triliun. (Lihat : Belanja Politik Pilkada dan Jelang Pilpres Bakal Dongkrak Daya Beli di 2018)

Grafik: IHSG Saat Pilpres 2009

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Pada Pilpres 2014, kedua calon presiden merupakan Capres baru. Saat H-7 Pilpres, IHSG telah menguat 3,26 persen disertai kenaikan volume dan nilai transaksi perdagangan. Kemudian satu hari setelah pilpres, IHSG kembali menguat 1,57 persen ke level 5.098,01. (Baca : Chatib Basri : Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2018 Itu Konservatif)

Grafik: IHSG Saat Pilpres 2014

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Data Historis

Jika melihat data historis tersebut yang tercermin ada pola yang sama antara Pilpres 2004, 2009 dan 2014. IHSG terdorong naik satu pekan sebelum Pilpres dan satu hari setelah Pilpres. (Lihat : Dana Asing Masuk Pasar Saham Rp11 Triliun Pada Juli, Dekati Rekor Pilpres 2014)

Namun jika diperhatikan pada H+2 dan H+3 setelah Pilpres, maka terjadi koreksi terhadap IHSG.

Naiknya IHSG saat Pilkada dan Pilpres di antaranya terdorong jumlah uang yang beredar di masyarakat yang akan meningkat cukup besar seperti yang telah terjadi di masa lalu. Pada akhirnya hal ini akan berdampak positif bagi sektor konsumer.

Pada Pilkada Jakarta 2017, sektor konsumer naik 5,1 persen (Januari-April 2017) dan tiga periode Pilpres sektor konsumer terpantau selalu bergerak positif, seperti pada 2004 sektor konsumer naik 7 persen (Januari-Juli). (Baca : Jika Pilpres Lancar, IHSG Berpotensi Ke 5.400; Syailendra Capital)

Pada periode yang sama di 2009, sektor konsumer meroket 36,41 persen dan pada 2014 sektor konsumer melonjak 14,04 persen.

Saham UNVR dan GGRM

Saham-saham sektor konsumer yang selalu bergerak positif pada periode Pilkada dan Pilpres tersebut adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). (Baca : Sambut Presiden Baru Rupiah Menguat; Obligasi dan Saham Ramai)

Saham UNVR pada Pilkada Jakarta 2017 terpantau naik 14,62 persen. Kemudian pada periode Pilpres 2014, saham UNVR naik 14,74 persen, pada Pilpres 2009 meroket 43,21 persen serta pada 2004 naik 5,6 persen.

Tidak berbeda, saham GGRM pada masa Pilkada Jakarta 2017 naik 5 persen, pada Pilpres 2014 naik 27 persen, pada Pilpres 2009 melonjak 219 persen serta pada Pilpres 2004 naik 4 persen.

Berdasarkan analisis Bareksa, jika melihat historikal sebelumnya peluang penguatan IHSG menjelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 dapat diperkirakan bergerak positif ditopang perkiraan meningkatnya sektor konsumer. (Lihat : Jokowi Presiden Terpilih, IHSG Berpotensi Naik ke 6000: Deutsche Bank)

Apalagi kebijakan moneter yang telah dimulai sejak tahun ini juga akan mampu menopang penguatan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya bakal berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.

Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2018, pemerintah akan meningkatkan jumlah rumah tangga yang menerima subsidi dari yang ditargetkan sekitar 1,4 juta rumah tangga penerimaan subsidi pada akhir tahun ini, menjadi sekitar 10 juta rumah tangga. Pemerintah mengalokasikan kenaikan anggaran bantuan sosial sekitar 33 persen secara tahunan. (AM) (Baca : Perbandingan Subsidi Energi Jelang Pemilu Masa Jokowi Vs SBY)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.313,56

Up0,41%
Up3,42%
Up0,02%
Up5,82%
Up18,99%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,19

Up0,60%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,19%
Up17,64%
Up43,00%

STAR Stable Income Fund

1.915,21

Up0,56%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,98%
Up60,12%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,06

Down- 0,06%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,28%
Up48,00%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.039,09

Up0,26%
Up2,10%
Up0,02%
Up3,01%
Down- 1,39%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua