Berita / SBN / Artikel

Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Marak Tahun Depan , Ini Alasannya

Abdul Malik • 15 Dec 2020

an image
IIF resmi mencatatkan Obligasi Berkelanjutan Tahap I Tahun 2019. (dok. perusahaan)

Tahun ini investor cenderung waspada dalam memilih instrumen investasi

Bareksa.com - Penerbitan obligasi korporasi pada tahun depan diprediksi lebih banyak dibanding tahun ini. Tahun ini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilansir hingga 30 November 2020, terdapat 95 emisi obligasi dari 58 emiten dengan total nilai emisi Rp74,89 triliun. Sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu, telah terbit 95 emisi obligasi dari 50 emiten dengan total nilai emisi Rp113 triliun rupiah.

Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas mengatakan emisi obligasi korporasi kemungkinan akan menunjukkan pemulihan pada awal tahun depan. Hal tersebut terjadi seiring dengan kemunculan vaksin untuk virus corona yang meningkatkan prospek pemulihan ekonomi global. Selama tahun ini, kebanyakan perusahaan terpaksa menunda rencana ekspansi dan upaya refinancing akibat pandemi virus corona. Faktor lainnya, sikap investor yang cenderung waspada dalam memilih instrumen investasi.

Pada awal tahun depan, Ramdhan memperkirakan emisi obligasi korporasi akan kembali ramai dilakukan. Penerbitan obligasi korporasi pada tahun depan, juga akan ditopang oleh permintaan dari investor. "Di awal tahun, investor umumnya akan aktif mencari instrumen untuk melakukan rebalancing portofolio investasinya," katanya dilansir Bisnis.com.

Tren Suku Bunga Rendah

Ia melanjutkan tingkat permintaan dari investor juga didukung oleh tren suku bunga rendah yang diberlakukan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dengan tingkat imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) yang semakin menurun, investor akan berpaling ke obligasi korporasi demi mendapatkan return yang optimal.

Di sisi lain, tren suku bunga yang rendah juga akan berimbas pada penurunan biaya penerbitan (cost of fund). Ia mengatakan, biaya penerbitan obligasi dapat dijaga di level yang rendah sehingga akan memaksimalkan penawaran dan penyerapan surat berharga perusahaan. Meski begitu, ia mengingatkan cost of fund yang rendah tidak dapat dinikmati oleh seluruh perusahaan.

Ia menuturkan, selain tingkat suku bunga, masih ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi pergerakan cost of fund obligasi korporasi.Salah satu faktornya adalah kondisi sektoral pada masing-masing perusahaan. Keadaan tiap yang beragam akan menentukan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menerbikan obligasi.

"Investor juga akan melihat track record serta rating utang perusahaan tersebut. Umumnya, cost of fund obligasi perusahaan dengan rating yang biasa saja atau track record yang kurang baik akan tetap tinggi," jelasnya.

Kebutuhan Dana Segar

Pendapat senada dikatakan Director and Chief Investment Officer Manulife Asset Management, Ezra Nazula. Ia mengatakan dari segi nilai maupun jumlah penerbitan, akan mengalami peningkatan pada tahun depan. Faktor pemulihan ekonomi yang mulai berjalan serta kebutuhan perusahaan-perusahaan penerbit untuk mencari dana segar akan menjadi pendorongnya.

"Untuk permintaan masih akan tetap tinggi. Namun, cenderungnya untuk nama-nama yang berkualitas dan punya track record bagus. Dengan kondisi suku bunga yang rendah, investor pun akan beralih dan mencari yield, hal ini secara natural akan membuat mereka menambah alokasi ke obligasi korporasi," jelas Ezra seperti dilansir Kontan.

Proyeksi 2020

Sementara untuk tahun ini, dia menyebut walau nilai penerbitan obligasi korporasi yang turun, namun dari segi kupon pun mengalami penurunan. Menurut dia, turunnya kupon obligasi korporasi sendiri dikarenakan mengekor penurunan suku bunga acuan serta imbal hasil dari obligasi pemerintah.

"Walaupun dari segi kupon turun, sebenarnya dari segi minat justru ada peningkatan, khususnya untuk nama-nama penerbit besar dan berkualitas. Bagaimanapun, kupon yang ditawarkan obligasi korporasi masih lebih besar di atas SUN, sehingga (meningkatnya) minat tetap terjadi," jelas Ezra.

Ezra memperkirakan penurunan kupon obligasi korporasi masih akan tetap terjadi pada tahun depan. Alasannya, Bank Indonesia (BI) masih mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Ia menambahkan, imbal hasil SUN juga berpotensi masih akan kembali turun pada tahun depan.

(Martina Priyanti/AM)

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Dengan berinvestasi di SBN Ritel kita tidak hanya mendapatkan imbal hasil namun juga membantu pembiayaan APBN untuk pembangunan negara. Tunggu penerbitan SBN Ritel berikutnya di Bareksa. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).

Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di Bareksa untuk memesan ST007.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.