Berita / SBN / Artikel

Mengapa Kupon SBR009 Lebih Rendah Dibandingkan Seri Sebelumnya?

Bareksa • 30 Jan 2020

an image
Ilustrasi suku bunga acuan the fed yang dilambangkan dengan persentase dan boneka figure kecil di atas keyboard laptop komputer

Kementerian Keuangan menetapkan tingkat kupon minimal SBR009 sebesar 6,30 persen per tahun

Bareksa.com - Bagi masyarakat investor, kini sudah ada instrumen investasi yang menguntungkan dan nyaris bebas risiko bagi masyarakat, yakni Savings Bond Ritel (SBR). SBR merupakan salah satu jenis Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Berharga Negara (SBN). SBR khusus ditawarkan untuk individu atau perseorangan, sehingga dinamakan ritel.

Sifat SBR, sesuai dengan namanya, memang mirip dengan tabungan (saving) atau deposito bank karena tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Artinya, SBR hanya bisa dibeli pada masa penawaran dan disimpan hingga waktu jatuh tempo, kecuali investor memilih fasilitas early redemption (pencairan awal). Masa pencairan awal ini adalah pilihan dan biasanya bisa diambil setelah setahun berinvestasi.

Teranyar, Pemerintah sedang menawarkan instrumen surat utang yang khusus untuk investor ritel berjenis Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR009, tidak hanya untuk pembiayaan anggaran tetapi juga menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam investasi yang mendukung negara. Pembelian produk investasi yang dijamin pemerintah ini hanya bisa dilakukan pada periode penawaran 27 Januari - 13 Februari 2020.

Kementerian Keuangan menetapkan tingkat kupon minimal SBR009 sebesar 6,30 persen per tahun, yang didapat dari suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate 5 persen ditambah selisih (spread) 1,3 persen. SBR seri terbaru ini adalah instrumen investasi aman yang dijamin pemerintah khusus untuk masyarakat ritel yang bisa dibeli secara online.

Spread SBR dan Sinyal Makro Ekonomi Indonesia

Bila dibandingkan dengan seri sebelumnya, SBR009 terkesan memberikan imbal hasil (return) yang lebih kecil. Akan tetapi, bila dilihat secara makro, hal ini wajar karena merupakan sinyal ekonomi yang lebih baik dan memberikan kepercayaan investor lebih tinggi pada Indonesia.

Sebelumnya, SBR008 memberikan kupon 7,20 persen atau lebih tinggi 90 basis poin (bps) dibandingkan kupon SBR009 sebesar 6,30 persen. Menariknya sejak SBR003 yang diterbitkan di pertengahan tahun 2018, spread (selisih) yang diberikan pemerintah terus menurun dari 2,55 persen menjadi 1,30 persen untuk SBR009.

Perbandingan Kupon, Suku Bunga Acuan, dan Spread SBR secara Historikal

Sumber : Kemenkeu, diolah Bareksa

Spread dalam kupon SBR ini merupakan excess return yang diberikan agar diharapkan mampu menarik perhatian para investor. Pada umumnya, spread diberikan berdasarkan kondisi makro ekonomi di periode penerbitan SBR.

Semakin tinggi spread atau excess return yang diberikan, maka secara umum kondisi makro ekonomi di periode tersebut cenderung rentan akibat banyaknya sentimen ketidakpastian (uncertainty) seperti perang dagang (trade war) AS dan kenaikan suku bunga The Fed hingga 4 kali pada tahun 2018. Akibatnya, suku bunga Indonesia pun naik dari 4,25 persen menjadi 6 persen di 2018.

Saat ini, meskipun suku bunga sudah turun 4 kali di sepanjang tahun 2019 menjadi 5 persen, spread yang diberikan pemerintah cenderung menurun dari setiap penerbitan SBR. Hal ini tentu membuat para investor beranggapan jika pemerintah memberikan sinyal keadaan makro ekonomi Indonesia sudah cenderung lebih baik atau sudah tidak lagi rentan akan ketidakpastian global secara khusus.

Secara sederhana, excess return yang sudah lebih rendah menggambarkan kondisi risiko yang akan dihadapi oleh investor juga lebih kecil dibandingkan dengan spread yang lebih tinggi di periode penerbitan SBR sebelumnya.

Kesimpulannya, kupon yang semakin rendah bila dibandingkan seri sebelumnya ini justru menandakan kondisi ekonomi yang positif. Dan inilah waktunya berinvestasi karena bila suku bunga naik, ada kemungkinan kupon SBR009 disesuaikan untuk naik tetapi tidak bisa turun dari batas minimal (floating with floor). Lihat simulasinya di sini.

Investasi ini cocok bagi investor pemula ataupun investor ritel karena modal awal untuk membeli sukuk ini sangat terjangkau, yakni mulai dari Rp1 juta (1 unit) dan maksimal Rp3 miliar (3000 unit). Kemudian instrumen ini juga cocok untuk investor yang memiliki profil risiko rendah atau penghindar risiko (risk averse), karena pembayaran kupon dan pokok sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh Undang-Undang SUN dan dananya disediakan dalam APBN setiap tahunnya.

SBR009 diterbitkan dalam bentuk tanpa warkat dan tidak dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder sampai dengan jatuh tempo. Investor SBR009 tidak dapat menjual/mencairkan investasinya pada SBR009 sampai dengan jatuh tempo, kecuali pada masa Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo (Early Redemption).

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Savings Bond Ritel atau SBN ritel seri SBR009 hanya bisa dipesan selama masa penawaran pada 27 Januari - 13 Februari 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.

Bagi yang sudah pernah membeli SBR atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN seri berikutnya.

Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.

Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.

(KA01/hm)