OJK: IHSG Rekor & Reksadana Catat Net Subscription Rp20 Triliun, Stabilitas Keuangan Terjaga

Abdul Malik • 10 Oct 2025

an image
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar (tengah atas) dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK September (9/10). (Dok. OJK)

Hingga akhir September 2025, jumlah investor pasar modal mencapai 18,66 juta, naik 25,5% sejak awal tahun

Bareksa – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan kinerja pasar modal Indonesia mencatat capaian positif sepanjang September 2025. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level tertinggi sepanjang masa (All-Time High) di 8.126,56 pada September, dengan kapitalisasi pasar saham mencapai hampir Rp15.000 triliun, tertinggi dalam sejarah bursa Indonesia.

Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham juga mencetak rekor, mencapai Rp24,02 triliun, didorong dominasi investor ritel domestik. Secara keseluruhan, total RNTH sepanjang tahun ini sudah naik hampir 21% dibanding 2024.

Meski investor asing masih mencatatkan net sell Rp3,8 triliun pada September, minat investor lokal tetap kuat. Secara kumulatif, investor asing melepas Rp54,75 triliun sejak awal tahun, namun tekanan tersebut berhasil diimbangi oleh aliran dana domestik.

Reksadana dan Aset Kelolaan Melonjak

Industri pengelolaan investasi juga menunjukkan pertumbuhan solid. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana naik 15,4% sepanjang tahun berjalan (YTD) menjadi Rp576,13 triliun, didorong oleh net subscription Rp20,96 triliun sepanjang bulan September. Sejak awal tahun net subscription reksadana mencapai Rp45,5 triliun. 

“Kenaikan terbesar tercatat di produk reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang, seiring turunnya imbal hasil obligasi pemerintah,” ujar Inarno dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK September (9/10). 

Total Aset Kelolaan (AUM) industri pengelolaan investasi juga meningkat 3,16% secara bulanan (MtM) menjadi Rp913,96 triliun pada September 2025.

Pertumbuhan Investor & Pendanaan Korporasi Terus Menguat

Jumlah investor pasar modal terus mencetak rekor baru. Hingga akhir September 2025, jumlah investor pasar modal mencapai 18,66 juta, naik 25,5% YTD atau bertambah 3,79 juta investor baru hanya dalam sembilan bulan.

Di sisi korporasi, nilai penawaran umum perdana saham (IPO) mencapai Rp186,52 triliun dengan 17 emiten baru, serta 20 pipeline IPO senilai Rp10,33 triliun. Pendanaan alternatif melalui Securities Crowdfunding (SCF) juga meningkat pesat, dengan total Rp1,71 triliun yang berhasil dihimpun dari 547 penerbit dan 187 ribu pemodal sejak aturan SCF diberlakukan.

Pasar Obligasi, Derivatif, dan Bursa Karbon Tumbuh

Pasar obligasi pemerintah (SBN) menunjukkan penguatan dengan indeks ICBI naik 0,87% mtm menjadi 429,35, didorong turunnya yield rata-rata 4,63 bps. Meski asing mencatat net sell Rp45,76 triliun, minat investor domestik masih tinggi.

Selain itu, transaksi di bursa karbon terus meningkat dengan 1,6 juta tCO₂e berpindah tangan senilai Rp78,46 miliar, dan 132 pengguna jasa telah terdaftar. Sementara di pasar derivatif, volume transaksi mencapai 812.223 lot (YTD), naik signifikan dibanding tahun sebelumnya.

Selama 2025 hingga September, OJK telah menjatuhkan sanksi administratif Rp25,46 miliar kepada 50 pihak, termasuk pencabutan izin empat perusahaan efek. Denda atas keterlambatan laporan juga mencapai Rp25,85 miliar terhadap 419 pelaku usaha.

Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga

OJK menegaskan stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) tetap terjaga, di tengah ketidakpastian global. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menyatakan ekonomi Indonesia tetap kuat dengan PMI manufaktur di zona ekspansi dan surplus perdagangan yang meningkat. 

“Di dalam negeri, kinerja perekonomian domestik masih terjaga dengan PMI Manufaktur masih di zona ekspansi dan surplus neraca perdagangan yang meningkat,” ungkap Mahendra. 

Meski begitu, perlu dicermati perkembangan permintaan domestik yang masih perlu didorong seiring dengan moderasi inflasi, tingkat kepercayaan konsumen, serta tingkat penjualan ritel, semen, dan kendaraan.

Secara global, OECD menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025, sementara The Fed telah memangkas suku bunga 25 bps pada September dan diperkirakan akan melanjutkan dua kali pemangkasan tambahan. 

Meski tensi perang dagang menurun, geopolitik dan arah kebijakan fiskal di AS, Tiongkok, dan Eropa masih berpotensi menimbulkan fluktuasi pasar.

Beli Reksadana di Sini

(AM)

***

DISCLAIMER​​​​​

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.