MAMI : Peluang Pasar Obligasi di Akhir Siklus Kenaikan Suku Bunga, Potensi Reksadana Fixed Income

Hanum Kusuma Dewi • 05 Jun 2023

an image
Ilustrasi investor sedang memantau pergerakan pasar obligasi yang dibayangi beragam sentimen. (Shutterstock)

Investor yang ingin memanfaatkan peluang dari pasar obligasi dapat memanfaatkan reksadana pendapatan tetap berdenominasi rupiah ataupun dolar AS

Bareksa.com - Surat utang atau kerap disebut obligasi, baik yang diterbitkan pemerintah/negara maupun korporasi menjadi salah satu pilihan investasi yang digemari investor dengan beragam kategorinya. Obligasi juga masuk dalam portofolio reksadana, khususnya reksadana pendapatan tetap. Lalu seperti apa perkembangan pasar obligasi serta bagaimana potensi investasi pada instrumen reksadana berbasis obligasi atau reksadana pendapatan tetap (fixed income fund)?

Berikut ini penjelasan dari Dimas Ardhinugraha, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. Dalam artikel edukasi dari Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) bertajuk "Peluang Pasar Obligasi di Akhir Siklus Kenaikan Suku Bunga", yang disampaikan secara tertulis Jumat (2/6/2023), Dimas menjelaskan mengenai perkembangan serta peluang pasar obligasi berikut produk reksadana yang terkait dengan obligasi.

Dimas menyampaikan bahwa pandangan terhadap pasar obligasi membaik seiring dengan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan potensi kebijakan Fed Funds Rate yang lebih akomodatif. Kedua katalis tersebut, ia nilai, dapat mendorong penguatan pasar obligasi lebih lanjut.

"Secara historis, pasar obligasi Indonesia menawarkan potensi kinerja yang menarik menyusul jeda kenaikan suku bunga," ujar Dimas Ardhinugraha.

Nah penjelasan Dimas selanjutnya ini mengenai peluang investasi di pasar obligasi pada akhir siklus kenaikan suku bunga.

Beli Reksadana, Klik di Sini

Potensi Kawasan Asia

Menurut Dimas dampak pengetatan moneter secara agresif di 2022 baru tercermin pada ekonomi riil di 2023. Volatilitas pasar di kuartal pertama 2023 memperkuat pandangan strategis bahwa fluktuasi pasar masih akan tinggi di sepanjang semester pertama tahun ini.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa sentimen pasar diperkirakan dapat membaik di semester kedua tahun ini, seiring dengan kondisi pelemahan ekonomi telah dicerna oleh pasar dan perhatian beralih menuju potensi kondisi moneter yang lebih akomodatif.

"Kawasan Asia layak untuk dicermati. Daya tarik Asia didukung oleh pelemahan dolar Amerika seiring siklus suku bunga The Fed (bank sentral Amerika) sudah mendekati puncaknya," kata Dimas.

Selain itu, dia menjelaskan, ekspektasi pelemahan ekonomi di kawasan negara maju menjadikan kawasan Asia relatif lebih menarik. International Monetary Fund (IMF) telah merevisi naik proyeksi pertumbuhan PDB Asia di 2023 menjadi 4,6%, dengan salah satu faktor pendorongnya yaitu pemulihan ekonomi China yang lebih baik dari ekspektasi.

Dana Asing Masuk ke Pasar Domestik

Dimas menilai optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi domestik masih tetap terjaga. Arus dana asing sebesar Rp76 triliun, seperti yang dikutip Dimas dari Bloomberg, masih terus mengalir ke pasar modal Indonesia dalam empat bulan pertama tahun ini, di mana sekitar 76% atau sekitar Rp58 triliun, dari aliran dana tersebut masuk ke pasar obligasi pemerintah Indonesia.

"Sentimen diharapkan semakin positif memasuki paruh kedua tahun 2023, didorong oleh inflasi domestik yang terkendali dan kondisi makroekonomi domestik yang stabil," jelasnya.

Klik untuk Beli Reksadana Sekarang

Harapan dari Pasar Obligasi

Dimas mengatakan pasar obligasi memiliki hubungan erat dengan outlook makroekonomi negara seperti inflasi, kebijakan suku bunga, stabilitas nilai tukar, dan arus dana asing. "Menariknya, pasar obligasi Indonesia saat ini berada pada sweet spot di mana faktor-faktor tersebut pada kondisi yang suportif," ucap Dimas.

Ia menjelaskan bahwa inflasi domestik terus melandai, suku bunga sudah di level stabil, nilai tukar Rupiah yang kuat, dan terdapat arus dana asing yang masuk ke pasar obligasi.

Potensi katalis selanjutnya bagi pasar obligasi adalah ekspektasi pemangkasan suku bunga dari Bank Indonesia. Langkah logis selanjutnya bagi bank sentral setelah mencapai puncak siklus kenaikan suku bunga, kata dia, adalah untuk melakukan pemangkasan suku bunga.

Dengan kondisi inflasi terjaga dan nilai tukar Rupiah yang stabil, maka menurutnya, terdapat ruang bagi Bank Indonesia untuk dapat melakukan pemangkasan suku bunga yang dapat menjadi katalis tambahan bagi pasar obligasi.

Peluang Reksadana Pendapatan Tetap

"Investor yang ingin memanfaatkan peluang dari pasar obligasi dapat memanfaatkan reksadana pendapatan tetap berdenominasi rupiah ataupun dolar AS," kata Dimas.

Sebagai gambaran, ia menjelaskan pada periode Januari – April 2023, reksadana pendapatan tetap berdenominasi rupiah Manulife Obligasi Unggulan (MOU) Kelas A memberikan imbal hasil sebesar 2,16%, melampaui tolok ukurnya (rata-rata bunga deposito 3 bulan di bank lokal +2% net setelah pajak) yang sebesar 1,21%.

Pada periode yang sama, ia melanjutkan bahwa reksadana pendapatan tetap berdenominasi dolar AS, reksadana Manulife USD Fixed Income (MANUFIX) Kelas A memberikan imbal hasil sebesar 1,32%, melampaui tolok ukurnya (rata-rata bunga deposito dolar Amerika 3 bulan di bank lokal +1% net setelah pajak) yang sebesar 0,72%.

Investasi Reksadana Sekarang, Klik di Sini

(Martina Priyanti/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.