Apakah Orang Indonesia Siap Pensiun? Ini Saran Manulife IM untuk Biaya Hari Tua

Hanum Kusuma Dewi • 16 Dec 2022

an image
Elvin Tharm – Head of Retirement Proposition, Strategy & Transformation, Asia Retirement Manulife Investment Management, dan Katarina Setiawan – Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) saat berlangsungnya Press Conference Diverse Asia – Retirement Thought Leadership Series via Webinar Zoom, Kamis (15/12/2022). Foto: Manulife

Inflasi, biaya kesehatan dan naiknya harga barang-barang membuat nilai uang dan pendapatan terkikis di masa depan

Bareksa.com - Ingin memiliki gaya hidup nyaman saat memasuki masa pensiun? Berapa banyak kebutuhan dana saat masa pensiun dan sebaiknya kapan menyiapkan dana pensiun? 

Dalam sebuah survei terpisah yang diadakan oleh Manulife Investment Management, terungkap bahwa masyarakat Indonesia diperkirakan membutuhkan rata-rata Rp16,52 juta, setiap bulannya untuk dapat mempertahankan gaya hidup yang nyaman di masa pensiun, atau sekitar 90% dari pendapatan rata-rata mereka saat ini. Temuan itu terungkap dari keterangan tertulis yang disampaikan Manulife Aset Manajemen Indonesia, Rabu (15/12/2022).

Manulife Investment Management menugaskan NielsenIQ untuk melakukan survei online terhadap 2.000 orang dari Hong Kong, Taiwan, Malaysia, dan Indonesia (atau 500 orang dari masing-masing negara) yang berusia 20 hingga 60 tahun pada periode antara 25 Agustus dan 6 September 2022. 

Riset tersebut bertujuan untuk menilai kesiapan dan aspirasi masyarakat dalam menghadapi masa pensiun, di antaranya dalam hal simpanan tabungan dan investasi, gaya hidup, dan urusan keluarga yang menjadi pertimbangan saat merencanakan pensiun. Namun, belum banyak masyarakat yang mempersiapkan hal ini. 

Lebih lanjut, hasil riset menyebutkan bahwa salah satu alasan yang menyebabkan terjadinya kesenjangan yang sangat besar antara pendapatan pensiun yang ideal dengan kenyataannya adalah karena jumlah aset yang diinvestasikan orang Indonesia porsinya relatif rendah secara persentase dari pendapatannya saat ini. Padahal, hal tersebut akan menjadi sumber pendapatan utama yang mereka butuhkan di masa pensiun. Menurut survei yang sama, 68% penduduk Indonesia memiliki aset investasi di bawah Rp600 juta. 

Elvin Tharm, Head of Retirement Proposition, Strategy and Transformation, Asia Retirement, Manulife Investment Management mengatakan, jelas ada kesenjangan yang besar antara perkiraan pengeluaran di masa pensiun dan jumlah pendapatan pensiun yang mereka yakini dapat dicapai sesuai dengan status keuangan mereka saat ini. 

"Orang-orang di Indonesia, bahkan di seluruh Asia, sedang menghadapi situasi yang sulit dalam menjembatani kesenjangan ini. Dengan inflasi, biaya kesehatan, dan kenaikan harga kebutuhan sehari-hari, daya beli uang tabungan dan pendapatan mereka akan terkikis seiring berjalannya waktu,” kata Elvin. 

Ditemukan bahwa orang Indonesia masih memiliki kecenderungan untuk menyimpan uang tunai. Hasil riset menemukan bahwa orang Indonesia, mengalokasikan 37% asetnya dalam bentuk uang tunai dan deposito perbankan. Sementara itu, hanya mengalokasikan 29% asetnya ke investasi seperti reksadana, saham, obligasi, ETF, dan real estat. Selain itu, hanya 53% penduduk Indonesia yang terdaftar di BPJS atau telah mengambil dana pensiun dari pihak swasta. 

"Mereka yang berencana mengandalkan simpanan tabungannya setelah mencapai usia pensiun akan menanggung risiko tidak memiliki sejumlah dana pensiun yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak bagi masyarakat dalam merencanakan kesejahteraan finansial mereka dengan lebih baik melalui cara yang efektif untuk menghasilkan arus pendapatan rutin di masa pensiunnya," ujar Elvin. 

Inflasi Meningkat vs Kesiapan Dana Pensiun 

Di sisi lain inflasi dinilai selalu menjadi masalah utama di masa pensiun, dan baru-baru ini negara-negara di seluruh dunia telah melihat dampak merugikan yang dapat terjadi pada kesejahteraan masyarakat. Dalam jangka pendek, Manulife Investment Management memperkirakan inflasi pangan dan energi akan tetap tinggi, sedangkan barang dan jasa yang sensitif terhadap suku bunga dapat mengalami disinflasi. Selain itu, kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi sedang meningkat. Makanya, diperkirakan akan terjadi resesi di negara maju dan pemulihan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di beberapa negara Asia. 

Dalam jangka panjang, Manulife Investment Management masih memperkirakan inflasi akan terus meningkat, meskipun secara moderat, terutama didorong oleh faktor global dan dari sisi penawaran. Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi bank sentral untuk bekerja keras dan dapat mendorong mereka untuk menghadapi inflasi yang lebih tinggi dalam jangka panjang. 

Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia mengatakan, Manulife memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dan pasar akan tetap befluktuasi untuk jangka waktu yang relatif cukup lama. Menurutnya kondisi demikian bukan kondisi makro yang ideal untuk perencanaan pensiun. 

"Dalam kondisi seperti ini, investor harus mempertimbangkan strategi diversifikasi multi-aset yang berorientasi pada pendapatan jangka panjang saat membuat perencanaan pensiun," kata Katarina. 

Ia melanjutkan hal ini memungkinkan investor untuk mencari dan mendapatkan arus pendapatan yang berkelanjutan dari aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi, serta berpotensi mendapatkan keuntungan dari peluang apresiasi modal yang kemungkinan tersebar di berbagai wilayah geografis dan sektor yang dapat menghasilkan imbal hasil riil di atas inflasi. 

"Dengan mengantisipasi bahwa kondisi ekonomi makro dalam jangka pendek dan jangka panjang berpotensi tetap menantang, masyarakat harus berinvestasi sejak dini dan tetap berinvestasi – bahkan saat di masa pensiun – untuk menciptakan arus pendapatan berkelanjutan yang dibutuhkan di masa pensiun," kata Katarina. 

Lebih lanjut ia menyampaikan masyarakat dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi pada produk yang menginvestasikan kembali keuntungan yang didapatkan dari modalnya dan pendapatan yang berpotensi menghasilkan pengembalian investasi dan hasil nyata, yang dapat membantu mereka mengatasi masalah umur panjang dan masalah terkait pensiun lainnya. 

Cara Siapkan Dana Pensiun

Elvin Tharm menambahkan, masyarakat Indonesia harus meningkatkan jumlah persentase dari pendapatannya untuk diinvestasikan. "Pemerintah telah meningkatkan batasan usia pensiun sebanyak satu tahun secara bertahap setiap tiga tahun, hingga menjadi 65 tahun. Hal ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki lebih banyak waktu untuk mendapatkan dan menyimpan uang," kata Elvin. 

Menurut Manulife, faktanya mengandalkan tabungan sebagai sarana pengumpulan dana untuk masa pensiun tidak akan cukup. Masyarakat harus meningkatkan alokasi aset mereka ke dalam produk investasi, dan mempertimbangkan untuk membuat skema dana pensiun tambahan yang didedikasikan untuk menciptakan arus pendapatan yang berkelanjutan ketika mereka pensiun. 

Contohnya, Elvin menjelaskan masyarakat bisa mulai mengatur alokasi aset berdasarkan jangka waktu ke masa pensiun. Paling mudah dengan menggunakan rumus 100 dikurang umur. Jika sekarang umur 30, maka 70% portofolio untuk aset berisiko tinggi seperti saham. 

Elvin menyampaikan Manulife mendorong masyarakat untuk menggunakan Manulife Investment Management Retirement Income Forecaster untuk mengetahui perkiraan pendapatan pensiun bulanan, mengidentifikasi kesenjangan finansial antara pendapatan pensiun bulanan dengan gaya hidup ideal yang ingin mereka capai di masa pensiun, menetapkan tujuan, dan mencari solusi investasi yang paling tepat. "Untuk Indonesia, Retirement Income Forecaster bisa diakses di https://diverseasia.reksadana-manulife.com," katanya. 

Baca juga Promo OVO di Bareksa, Beli Reksadana Raih Cashback hingga Rp200 Ribu

(Martina Priyanti/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.