Flash Sale Bursa Indonesia, Saatnya Beli Reksadana Saham?

Hanum Kusuma Dewi • 10 May 2022

an image
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham dan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Menurut data historis, saham-saham blue chip dalam indeks LQ45 bisa naik lebih tinggi daripada IHSG ketika saatnya rebound

Bareksa.com - Memasuki hari kedua perdagangan setelah liburan panjang, pasar saham Indonesia kembali anjlok menyesuaikan dengan sentimen global. Smart investor dengan profil risiko agresif dapat memanfaatkan momen ini untuk menambah investasi reksadana saham dan reksadana indeks saham saat harga murah.  

Hingga jeda siang ini (10/5/2022), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 2,89 persen ke 6.709,77. Sebelumnya pada perdagangan sesi pagi, IHSG sempat menyentuh level terendah intraday di 6.666,34. 

Penurunan IHSG hari ini melanjutkan koreksi 4,4 persen kemarin saat perdagangan saham kembali dibuka pascalibur Lebaran 2022. Dengan koreksi hingga jeda siang ini, akumulasi penurunan IHSG sejak kemarin sudah mencapai 7,18 persen dari level 7.228.91 pada penutupan 28 April 2022. 

Sejumlah sentimen global yang menjadi faktor penekan IHSG termasuk keputusan rapat FOMC terkait suku bunga acuan AS pada 4 Mei 2022, isu geopolitik Rusia dan Ukraina, serta pelemahan ekonomi China. 

Baca juga Bareksa Insight: Pasar Saham Murah, Peluang Tambah Investasi Reksadana

Potensi Reksadana Berbasis Saham Bluechip

Saat IHSG turun, saham-saham blue chip biasanya juga ikut turun sehingga valuasinya terlihat lebih murah. Momen ini bisa menjadi waktu terbaik mengoleksi saham-saham berkapitalisasi besar dan kinerja baik tetapi dengan harga murah. 

Melihat data historis, saham-saham blue chip ikut turun saat IHSG turun. Namun, seperti terlihat dalam tabel, saham-saham blue chip dalam indeks LQ45 bisa naik lebih tinggi daripada IHSG ketika saatnya rebound.

Tabel Kinerja IHSG Vs. LQ45 Saat Naik Signifikan dan Turun Terdalam

Sumber: Bareksa Research Team

Hal ini bisa menjadi potensi bagi investor reksadana saham dan reksadana indeks yang berbasis saham blue chip. Investor berprofil risiko tinggi atau agresif dapat mempertimbangkan untuk akumulasi bertahap pada reksadana saham dan reksadana indeks hingga IHSG menunjukkan tanda pembalikan arah (rebound) setelah turun cukup dalam.

Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.

Mutual Fund Performance

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Syailendra Dana Kas

3.86%

16.34%

TRIM Kas 2

3.81%

14.30%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

TRIM Dana Tetap 2

4.95%

19.88%

Sucorinvest Bond Fund

4.55%

32.58%

Reksa Dana Saham & Indeks

YtD

1 Tahun

Eastspring Investments Alpha Navigator Kelas A

16.93%

21.91%

TRIM Kapital

16.64%

27.56%

Reksa Dana Indeks Principal Index IDX30 Kelas O

17.98%

24.17%

Sumber: Bareksa Research Team, Return per NAV 28 April 2022

 

Lihat juga Baru Mulai atau Rutin Investasi Reksadana Pakai Robo, Raih Voucher hingga Rp50 Ribu

(Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)

* * * 

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.