Fantastis! Jumlah Investor Reksadana Melesat 104,75 Persen Tembus 6,5 Juta

Abdul Malik • 13 Dec 2021

an image
Ilustrasi perempuan investor generasi milenial yang menggunakan gadget untuk investasi di reksadana. (Shutterstock)

Saat ini masyarakat cenderung memilih reksadana dibandingkan saham karena kondisi ekonomi masih bergejolak akibat rencana kenaikan suku bunga AS dan pandemi

Bareksa.com - Pertumbuhan jumlah investor reksadana di Tanah Air sangat menggembirakan. Bahkan pertumbuhannya mampu mengalahkan kenaikan jumlah investor saham dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan. Kamu salah satunya?

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia menyebutkan hingga November 2021, jumlah investor reksadana naik 104,77 persen secara year to date (YtD) menjadi 6,5 juta SID. Sebagai perbandingan, julah investor saham naik 95,49 persen YtD, menjadi 3,31 juta SID.

Sementara kenaikan DPK 9,60 persen yean on year per Oktober, menjadi Rp 6.979,8 triliun. Sedangkan jumlah nasabah perbankan niak 11,27 persen YoY, menjadi 378,57 rekening.

Risiko Lebih Terukur

Perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto menyatakan investor lebih banyak memilih reksadana karena memiliki risiko yang lebih terukur dari pada saham.

"Dana investor dikelola oleh manajer investasi, biasanya masyarakat dari yang biasanya menaruh dana di deposito akan mencoba reksadana sebelum saham," kata Eko dilansir Kontan, Jumat (12/10/2021).

Eko mengatakan saat ini masyarakat cenderung memilih reksadana daripada saham karena kondisi ekonomi masih bergejolak dengan pengaruh kenaikan suku bunga AS dan pandemi.

Didorong Generasi Z

Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana mengatakan pertumbuhan jumlah investor reksadana jauh lebih tinggi dari saham. Sebab generasi Z yang saat ini cukup banyak mendominasi pertumbuhan investor, lebih nyaman masuk ke reksadana pasar uang. Hal ini tercermin dari pertumbuhan dana kelolaan reksadana pasar uang melebihi pertumbuhan DPK.

Dana kelolaan reksadana pasar uang hingga Oktober tumbuh 13,61 persen secara YtD dan 18 persen secara YoY. Sementara, di periode yang sama pertumbuhan DPK hanya 9,6 persen YoY.

Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report November 2021

Wawan mengatakan meski begitu di satu sisi secara total dana kelolaan reksadana masih minus, penyebabnya karena dana dari Badan Pengelola Keuangan Haji di reksadana keluar sekitar Rp30 triliun.

Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report November 2021

Selain itu, dana kelolaan atau AUM di reksadana terproteksi juga menurun akibat insentif pajak yang sudah tidak ada.

Eko memproyeksikan di tahun depan produk di luar perbankan akan terus meningkat peminatnya. Alasannya saat ini masyarakat sudah jauh lebih melek investasi. Terlebih, produk yang ditawarkan pasar modal dan industri reksadana pun kini beragam.

Sementara, masyarakat sudah semakin mengerti produk perbankan bukanlah produk investasi yang memberikan imbal hasil tinggi.

Alasan lainnya, akses investasi di luar perbankan yang semakin mudah dan murah juga mendukung minat investor pada investasi di luar produk perbankan akan naik.

(Marina Priyanti/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.