Milenial Didominasi Lonjakan Jumlah Investor Reksadana, Begini Komposisinya

Abdul Malik • 30 Apr 2021

an image
Ilustrasi investor dari generasi milenial yang berinvestasi di reksadana syariah dan SBN syariah. (Shutterstock)

Kelompok investor di bawah usia 30 tahun menyumbang 54,9 persen terhadap total jumlah investor pada 2020

Bareksa.com - Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII), Afifa, dalam materi paparannya yang berjudul "Tahun Kebangkitan Reksa Dana" menjelaskan pertumbuhan industri reksadana salah satunya ditopang lonjakan jumlah investor, utamanya investor generasi milenial.

Menurut dia, dari total penduduk Indonesia yang ada, dua segmen terbesar di kelompok umur 8-23 tahun dan 24-39 tahun. Di sisi lain, data Kustodian Sentral Efek Indonesia, mencatat porsi kelompok usia di bawah 30 tahun terus tumbuh. Ini menunjukkan besarnya potensi investor di segmen milenial.

"Kami melihat tren ini berlaku sama di industri. Terlebih dengan perkembangan digital dan maraknya marketplace reksadana, di mana banyak kalangan milenial yang cenderung memilih berinvestasi melalui skema ini. Karena itu, kami fokus mengembangkan kanal digital secara internal (www.klikmami.com) dan terbuka untuk menjalin kerja sama dengan berbagai partner yang bergerak di bidang marketplace reksadana digital," ungkap Afifa yang juga merupakan CEO PT Manulife Aset Manajemen Indonesia ini.

Sumber : materi presentasi Afifa berjudul "Tahun Kebangkitan Reksa Dana"

Ddalam materi paparannya,  Afifa menyatakan komposisi kelompok investor di bawah usia 30 tahun menyumbang 54,9 persen terhadap total jumlah investor pada 2020. Kontribusi itu meningkat dibandingkan 2019 yang menyumbang 44,7 persen.

Sebaliknya komposisi kelompok investor usia 31-40 tahun menurun dari 24,4 persen di 2019 jadi 22,5 persen di 2020, usia 41-50 tahun turun dari 16,4 persen jadi 11,9 persen,  serta usia 51-60 tahun menyusut dari 9,6 persen jadi tinggal 6,5 persen. 

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada 2018 lalu jumlah investor reksadana hanya sebanyak 995.510 investor. Kemudian naik menjadi 1,77 juta pada akhir 2019.

Sementara sepanjang tahun lalu, jumlah investor tercatat naik 79,66 persen menjadi 3,18 juta. Memasuki tahun ini, tren tersebut masih terus berlanjut. Sepanjang kuartal pertama 2021, investor reksadana mengalami kenaikan hingga 31,13 persen menjadi 4,17 juta.  

Mengenai potensi pertumbuhan investor reksadana hingga akhir tahun ini, Afifa tetap optimistis jumlahnya akan terus bertumbuh.

Penetrasi Reksadana Dibandingkan PDB

Adapun dari sisi dana kelolaan, menurut Afifa, peluang pertumbuhan industri reksadana masih sangat terbuka. Hal ini terlihat dari sisi penetrasi reksadana yang relatif masih rendah dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB).

Sebagai gambaran, pada tahun lalu kala PDB Indonesia tercatat Rp15.434,15 triliun, sehingga dana kelolaan reksadana baru sekitar 5,8 persen dari PDB.

Sumber : materi presentasi Afifa berjudul "Tahun Kebangkitan Reksa Dana"

Afifa menyatakan di tengah kondisi pandemi pada tahun lalu dan perlambatan ekonomi global, industri reksadana masih mengalami peningkatan 5,8 persen dengan kelolaan mencapai Rp573,5 triliun.

"Di MAMI sendiri, dana kelolaan reksadana kami mengalami pertumbuhan 66,2 persen atau mencapai Rp49,4 triliun pada akhir tahun lalu, sementara total dana kelolaan MAMI masih tumbuh 30 persen mencapai Rp97,2 triliun pada waktu yang sama," ungkap Afifa.

Proyeksi di 2021​​

Mengenai penurunan dana kelolaan AUM industri reksadana pada kuartal I 2021 bila dibandingkan posisi pada akhir Desember 2021, Afifa menyatakan penurunan itu lebih dikarenakan efek market volatility.

"Kinerja pasar saham dan obligasi masih berfluktuasi, terutama karena faktor global, khususnya di bulan Maret sehingga AUM turun karena market effect (kinerja pasar negatif)," ungkapnya.

​Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report March 2021 menyebutkan dana kelolaan reksadana pada Maret 2021 turun 1,34 persen atau berkurang Rp7,4 triliun jadi Rp565,9 triliun, jika dibandingkan Desember 2020 atau sepanjang tahun berjalan (YtD).

Sepanjang kuartal I tahun ini kelolaan reksadana ini naik turun. Pada Feburuari 2021, kelolaan reksadana tercatat Rp571,7 triliun dan Januari Rp571,2 triliun. Dengan begitu, secara bulanan (MoM) kelolaan reksadana Maret turun 1 persen atau berkurang Rp5,8 triliun.

Namun jika dilihat secara tahunan kelolaan reksadana Maret 2021 naik 20 persen dibandingkan Maret 2020. Untuk diketahui nilai kelolaan reksadana Maret 2020 merupakan level yang terendah tahun lalu, terdampak gejolak pasar akibat pandemi Covid.

Dana kelolaan industri reksadana pada Maret 2020 atau kuartal I tahun lalu tercatat Rp471,4 triliun atau berada di bawah angka Rp500 triliun. Nilai itu anjlok hingga 13,05 persen YtD. Maret tahun lalu merupakan waktu terjadinya peristiwa market crash yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun dalam.

***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.