Kelolaan Reksadana Maret 2021 Turun Jadi Rp565,87 Triliun, Apa Sebabnya?

Abdul Malik • 08 Apr 2021

an image
Ilustrasi kelolaan reksadana yang terus bertumbuh. (Shutterstock)

Pada Maret 2021, kelolaan industri reksadana berkurang Rp4,93 triliun atau -0,86 persen dari posisi Februari 2021

Bareksa.com - Mengakhiri kuartal I 2021, industri reksadana Tanah Air kembali mengalami penurunan dana kelolaan (asset under management/AUM). Per Maret 2021, kelolaan industri reksadana tercatat Rp565,87 triliun, turun Rp4,93 triliun (-0,86 persen) dari posisi per Februari 2021 yang senilai Rp570,8 triliun.

Penurunan AUM yang terjadi pada bulan lalu juga diikuti oleh keluarnya sebagian pelaku pasar dengan melepas kepemilikan reksadananya.

Hal tersebut terlihat dari penurunan unit penyertaan dari sebelumnya 434,28 miliar unit per Februari 2021, menjadi 433,56 miliar unit penyertaan reksadanaper Maret 2021.

Artinya, sepanjang bulan lalu ada penurunan unit penyertaan 721,17 juta atau sekitar 0,17 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Mayoritas Tipe Reksadana Mencatatkan Penurunan AUM

Di tengah penurunan AUM yang terjadi pada industri reksadana, tentu disebabkan oleh tekanan yang terjadi pada mayoritas tipe reksadana yang ada di dalamnya.

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dari 9 tipe reksadana yang ada, 7 di antaranya mencatatkan penurunan AUM, sementara hanya 2 tipe yang mampu mencatatkan kenaikan dana kelolaan.

Tipe Reksa Dana

AUM Feb-21 (Rp Triliun)

AUM Mar-21 (Rp Triliun)

Pertumbuhan (Rp Miliar)

Capital Protected Fund

 143.01

 142.32

 (694.84)

Equity Fund

 126.75

 123.71

 (3,041.88)

Exchanged Traded Fund

 15.32

 14.95

 (369.83)

Fixed Income Fund

 140.08

 139.13

 (955.38)

Global Fund

 13.46

 16.32

 2,859.72

Index Fund

 10.19

 9.97

 (221.56)

Mixed Asset Fund

 26.38

 25.73

 (655.53)

Money Market Fund

 93.50

 91.60

 (1,905.00)

Sukuk Based Fund

 2.09

 2.15

 57.77

Total

 570.80

 565.87

 (4,926.54)

Sumber: OJK, diolah Bareksa

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa reksadana saham mengalami penurunan AUM terbesar senilai Rp3,04 triliun, seiring dengan anjloknya kinerja pasar saham yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang minus 4,11 persen sepanjang Maret 2021.

Menurut data Bareksa, sepanjang bulan lalu tercatat 6 dari 8 indeks reksadana turut mencatat kinerja negatif seiring penurunan indeks saham. Penurunan terdalam dicatatkan indeks reksadana saham syariah dengan minus 5,5 persen.

Sumber: Bareksa

Kemudian disusul indeks reksadana saham yang negatif 4,7 persen, indeks reksadana campuran berkurang 2,24 persen, indeks reksadana campuran syariah -2,2 persen, indeks reksadanapendapatan tetap syariah -0,27 persen, serta indeks reksadana pendapatan tetap -0,24 persen.

Adapun dua indeks reksadana yang masih bertahan dan membukukan pertumbuhan yakni indeks reksadana pasar uang naik 0,25 persen dan indeks reksadana pasar uang syariah bertambah 0,25 persen.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.