Indeks Saham Menghijau, Reksadana Ini Dominasi Imbalan Tertinggi

Abdul Malik • 24 Feb 2021

an image
Ilustrasi investasi di reksadana indeks. (Shutterstock)

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup naik tipis 0,27 persen ke level 6.272

Bareksa.com - Bursa saham Tanah Air pada perdagangan Selasa (23/2/2021) mampu berakhir di zona hijau meskipun dengan penguatan yang relatif terbatas dan posisinya saat ini terlihat sedang cenderung terkonsolidasi.

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik tipis 0,27 persen ke level 6.272,81. IHSG tampak masih kesulitan menembus level psikologis di 6.300. Aktivitas perdagangan juga relatif sepi di mana 14,64 miliar saham berpindah tangan dengan nilai transaksi Rp12,96 triliun.

Di sisi lain, investor asing justru masuk ke pasar saham domestik dengan nilai pembelian bersih (net foreign buy) yang cukup besar senilai Rp504,56 miliar di pasar reguler.

Terbatasnya penguatan IHSG kemarin dikarenakan sentimen di pasar yang relatif sepi. Dari global, pelaku pasar masih mencermati perkembangan gelontoran stimulus fiskal bernilai jumbo dari Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Kombinasi Presiden AS Joe Biden dan Menkeu AS Janet Yellen dinilai mampu membawa perekonomian terbesar di dunia tersebut ke fase pemulihan dengan ditopang oleh bantuan fiskal senilai US$1,9 triliun.

Dari sisi moneter, pemimpin tertinggi bank sentral AS, The Fed yakni Jerome Powell juga berulang kali menegaskan pengetatan moneter adalah hal yang prematur (terlalu dini) untuk dilakukan saat ini. Tapering belum akan dilakukan dan suku bunga tak akan dinaikkan setidaknya untuk kurun waktu dua tahun ke depan.

Era suku bunga rendah dan likuiditas yang berlimpah memang saat yang tepat untuk berinvestasi ke aset-aset berisiko seperti saham. Hal inilah yang membuat harga saham-saham di berbagai negara tak terkecuali Indonesia berangsur-angsur bangkit.

Reksadana Saham Dominasi Return Harian

Kondisi pasar saham Indonesia yang mencatatkan kenaikan pada perdagangan kemarin, turut mendorong kinerja reksadana saham yang memang mengalokasikan mayoritas (80 persen) portofolionya ke dalam aset berupa ekuitas tersebut.

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham dan indeks reksadana saham syariah kompak mencatatkan kenaikan di atas IHSG, masing-masing sebesar 0,38 persen dan 0,57 persen.

Sumber: Bareksa

Sementara berdasarkan reksadana yang tersedia di Bareksa, top 10 imbal hasil (return) pada perdagangan kemarin 7 diantaranya ditempati oleh produk reksadana saham, sementara 3 lainnya merupakan produk reksadana indeks & ETF yang memang pergerakannya mengikuti indeks saham acuannya.

Sumber: Bareksa

Kenaikan yang dicatatkan 10 produk reksadana tersebut dapat dikatakan cukup baik dengan kisaran 0,96 persen hingga 1,89 persen pada perdagangan kemarin, jauh di atas IHSG yang hanya 0,27 persen.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang (>5 tahun). Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.