Pasar Modal Merosot 29,25 Persen YtD, Bagaimana Strategi MI Mengelola Reksadana?

Bareksa • 18 Mar 2020

an image
Ilustrasi seorang manajer investasi sedang mengelola portofolio antara jual atau beli instrumen investasinya agar produk reksadana yang dikelola tumbuh optimal (shutterstock)

Kinerja reksadana saham yang tercermin pada indeks reksadana saham tercatat telah turun hingga 28,44 persen YtD

Bareksa.com - Anjloknya pasar modal Tanah Air sejak awal tahun yang sudah merosot hingga 29,25 persen year to date (YtD), membuat manajer investasi (MI) harus memutar otak untuk mencari cara mengoptimalkan imbal hasil maupun setidaknya mereduksi risiko.

Berdasarkan data Bareksa, kinerja reksadana saham yang tercermin pada indeks reksadana saham tercatat telah turun hingga 28,44 persen YtD. Penurunan juga terlihat pada kinerja reksadana campuran yang tergambar dalam indeks reksadana campuran melorot 15,56 persen.


Sumber: Bareksa

Adapun reksadana pendapatan tetap yang digambarkan dalam indeks reksadana pendapatan tetap terkoreksi tipis 0,07 persen YtD, dan hanya reksadana pasar uang yang tercermin dari indeks reksadana pasar uang yang mampu tumbuh positif 0,33 persen YtD.

Di tengah kondisi gejolak pasar yang sangat besar seperti akhir-akhir ini, MI disarankan untuk memilih gaya defensif dalam pengelolaan investasinya dengan fokus pada jenis reksadana yang lebih stabil seperti pasar uang dan pendapatan tetap.

Karena saat kondisi bursa saham sedang bergerak turun (bearish) seperti sekarag ini, maka jenis reksadana defensif berpotensi memberikan return yang lebih baik.\

Reksadana defensif sendiri dapat dimaknai sebagai gaya pengelolaan investasi yang defensif atau berlawanan dengan arah pergerakan indeks sehingga risiko penurunan NAB/UP lebih kecil dibandingkan dengan indeks acuannya.

Reksadana pasar uang selalu akan jadi pilihan paling bijak karena selalu menunjukkan kinerja positif, meski jika dilihat dari sisi manajer investasi fee yang diterima tidak sebesar jenis reksadana lainnya.

Alternatif lainnya adalah reksadana pendapatan tetap. Periode awal tahun ini masih lebih baik dibandingkan dengan periode krisis pada 2008 silam, karena saat ini sudah terjadi pemangkasan suku bunga yang agresif 100 bps ke level 0-0,25 persen dari The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) dan ada kemungkinan Bank Indonesia juga ikut memangkas suku bunga kembali yang saat ini sudah berada di level 4,75 persen.

Secara teori, penurunan suku bunga akan berdampak positif terhadap naiknya harga obligasi yang merupakan underlying asset dari jenis reksadana pendapatan tetap.

Dengan demikian, momentum ini dapat dimanfaatkan oleh MI karena obligasi akan jadi salah satu aset yang aman untuk disimpan (safe haven). Selain dapat berpotensi cuan yang lebih tinggi, langkah ini juga dinilai akan menenangkan investor.

Di sisi lain, momentum ini juga dapat dimanfaatkan MI untuk berburu saham-saham yang harganya sudah turun dalam. Dengan catatan, lebih baik memilih saham-saham big caps yang memiliki fundamental baik agar kinerjanya sejalan dengan indeks.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.