Ini Rahasia Manulife Syariah Sukuk Indonesia Melesat Saat IHSG Anjlok 4,4 Persen

Bareksa • 17 Mar 2020

an image
Logo Manulife di kantor pusat di Toronto, Kanada (Shutterstock)

Indeks Harga Saham Gabungan tercatat turun tajam 4,42 persen ke level 4.690 kemarin

Bareksa.com - Mengawali perdagangan pekan ketiga Maret 2020, bursa saham Tanah Air kembali harus mengalami turbulensi hebat. Pada Senin (16/03/2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun tajam 4,42 persen ke level 4.690.657 dan mendekati level terendah sejak Februari 2016 di level 4639,914 yang dicapai Jumat (13/03/2020) pekan lalu.

Pelemahan lebih dari 4 persen yang terjadi kemarin hampir saja memicu penghentian sementara selama 30 menit (trading halt) seperti yang terjadi pada pekan lalu.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan harus mengalami trading halt selama 30 menit sebanyak 2 kali di hari Kamis dan Jumat pekan lalu akibat merosot lebih dari 5 persen. Sesuai dengan kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perdagangan bursa saham akan dihentikan selama 30 menit jika IHSG anjlok 5 persen atau lebih, sebagai langkah antisipasi dalam mengurangi fluktuasi tajam di pasar modal.

Bursa saham global, termasuk IHSG gagal bangkit pada perdagangan kemarin meski Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga secara agresif dan mengaktifkan kembali program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Dini hari kemarin (Ahad malam waktu AS) The Fed mengumumkan memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25 persen. Suku bunga tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 2015.

Selain itu The Fed juga mengaktifkan kembali QE senilai US$700 miliar. Bank sentral paling powerful di dunia ini juga memangkas suku bunga pinjaman darurat untuk perbankan 125 bps menjadi 0,25 persen dan memperpanjang tenornya menjadi 90 hari.

Pemangkasan suku bunga agresif The Fed dilakukan demi melindungi perekonomian Negeri Paman Sam dari dampak negatif pandemi virus corona.
Namun apa daya, nyatanya pelaku pasar masih dibuat khawatir oleh pandemi virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global, juga ekonomi AS.

Reksadana Ini Naik di Atas 1 Persen

Di tengah kondisi bursa saham yang tertekan hebat di awal pekan kemarin, ternyata masih ada reksadana yang dijual di Bareksa masih mampu bertahan bahkan dengan kenaikan di atas 1 persen pada perdagangan kemarin.

Manulife Syariah Sukuk Indonesia menjadi produk reksadana dengan imbal hasil (return) harian tertinggi di Bareksa dengan kenaikan 1,02 persen.


Sumber: Bareksa

Manulife Syariah Sukuk Indonesia ("MSSI") bertujuan untuk memberikan tingkat pengembalian yang kompetitif dengan berinvestasi pada Sukuk dan/atau Surat Berharga Syariah Negara dan/atau surat berharga komersial syariah yang jatuh temponya 1 (satu) tahun atau lebih dan masuk kategori layak investasi (investment grade) yang sesuai dengan prinsip syariah di pasar modal.

Reksadana yang dikelola oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia ini, hingga Februari 2020 telah memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp286,4 miliar.

Mengacu kepada fund fact sheet per Februari 2020, beberapa top holdings dalam portofolio Manulife Syariah Sukuk Indonesia antara lain:

• ADMFIJ 9 persen 01/23/22
• ASIIIJ 7 1/2 persen 05/25/21
• BEIAIJ 7 1/2 persen 06/06/21
• PLNIJ 7.8 persen 07/10/23
• SMIPIJ 7.55 persen 07/06/21

Sebagai informasi, Manulife Syariah Sukuk Indonesia dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian Rp10.000. Reksadana yang diluncurkan sejak 12 Mei 2017, bekerja sama dengan bank kustodian Standard Chartered Bank.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Adapun reksadana pendapatan tetap wajib menempatkan minimal 80 persen portofolionya dalam efek surat utang atau obligasi. Maka dari itu, reksadana ini sangat terpengaruh dengan pasar obligasi.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.