Pasar Saham Terserang Virus Korona, Mengapa Reksadana Pasar Uang Masih Stabil?

Bareksa • 04 Mar 2020

an image
Ilustrasi investasi reksadana saham obligasi surat berharga negara secara online digital yang ditampilkan dengan uang rupiah kertas lembaran Rp100 ribu dengan layar handphone smartphone. shutterstock

Hanya dalam tiga hari perdagangan hingga 2 Maret 2020, IHSG turun 5,76 persen

Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air masuk ke zona merah terseret bursa global yang tertekan isu penyebaran virus corona. Meski kondisi ini membuat sebagian besar investor panik, ternyata masih ada jenis reksadana yang bertahan stabil.

Ketidakpastian pasar keuangan global muncul akibat mewabahnya COVID-19 atau virus corona yang menyebar ke luar Tiongkok, termasuk ke Indonesia yang telah diumumkan oleh pemerintah kemarin (4/3/2020). Hal ini menekan pasar saham yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sepanjang tahun berjalan (year to date/YTD) hingga 3 Maret 2020, IHSG sudah melemah 12,40 persen. Seiring dengan pelemahan IHSG, reksadana berbasis saham juga turut anjlok.

Indeks Reksadana Saham Bareksa, yang mencerminkan rata-rata kinerja reksadana saham, terpantau turun 13,58 persen dalam periode YTD. Demikian juga Indeks Reksadana Campuran turun 6,42 persen dalam periode sama.

Sementara itu, Indeks Reksadana Pendapatan Tetap masih mencatat return 1,66 persen. Kemudian, Indeks Reksadana Pasar Uang terpantau masih stabil dengan return 0,28 persen.

Yang membuat sebagian investor panik adalah pergerakan pasar pada tiga hari terakhir hingga awal Maret ini. Hanya dalam tiga hari perdagangan hingga 2 Maret 2020, IHSG turun 5,76 persen, dan Indeks Reksadana Saham turun 4,23 persen.

Saat yang sama, Indeks Reksadana Campuran turun 2,59 persen dan Indeks Reksadana Pendapatan Tetap melemah 1,12 persen. Hanya Indeks Reksadana Pasar Uang yang masih positif 0,05 persen.

Grafik Perbandingan Indeks Reksadana Bareksa dan IHSG 26 Februari-2 Maret 2020

Sumber: Bareksa.com

Mengapa reksadana pasar uang masih bisa tahan banting di tengah isu yang menghantam bursa saham global?

Reksadana pasar uang sangat defensif terhadap gejolak pasar saham karena menempatkan dananya ke dalam instrumen pasar uang. Instrumen pasar uang adalah efek utang yang jatuh temponya kurang dari setahun, misalnya sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito dan bisa juga obligasi selama jatuh temponya kurang dari satu tahun.

Maka dari itu, untuk jangka pendek, reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan menyimpan dana dengan risiko sangat rendah. Alasan ini juga yang membuat jenis reksadana pasar uang masuk dalam pilihan produk yang dibuat oleh tim analis Bareksa.

Top 5 Reksadana Pasar Uang Bareksa

1. Sucorinvest Money Market Fund

2. Syailendra Sharia Money Market Fund

3. Manulife Dana Kas II

4. Principal Cash Fund

5. Reksa Dana Mega Dana Kas

Plus, alternatif untuk produk pasar uang syariah adalah Mandiri Pasar Uang Syariah Extra. Meski belum berusia setahun, reksadana pasar uang ini bisa dipilih karena memiliki kinerja dan daya tahan yang cukup baik. Tersedia tidak hanya di marketplace Bareksa, tetapi juga di Bareksa Umroh

Pilihan produk Top 5 Reksadana Pasar Uang Bareksa mengacu pada sejumlah parameter, yakni: correlation, standar deviasi, beating index, status suspend, dan related issue. Berikut penjelasannya.

1. Correlation
Correlation pada reksadana adalah pengukuran pergerakan reksadana terhadap Indeks Reksadana Bareksa. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi correlation-nya maka reksadana tersebut bergerak di arah yang sama dengan indeks.

2. Standar Deviasi
Standar Deviasi pada reksadana merupakan satuan risiko reksadana, yang menghitung penyimpangan rata-rata dari reksadana. Hal ini juga mencerminkan besaran return suatu reksadana jika standard deviasi dianggap sebagai proyeksi return ke depan. Angka standar deviasi pada reksadana yang jauh dari rata-rata diibaratkan memiliki risiko yang besar dan juga sebaliknya.

3. Beating Index
Beating Index merupakan seberapa sering kinerja produk Reksadana melampaui Indeks Reksadana Bareksa. Indeks Reksadana Bareksa merupakan rata-rata return reksadana per tipe Reksadana dalam periode tertentu.

4. Status Suspend
Status Suspend merupakan pernilaian terhadap produk yang pernah dihentikan sementara oleh pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bareksa. Penilaian ini merupakan cerminan penilaian dari sisi tata kelola (governance).

5. Related Issue
Seperti halnya status suspend, penilaian Related Issue merupakan penilaian seputar isu yang beredar di media maupun forum. Penilaian ini merupakan cerminan penilaian dari sisi tata kelola governance.

Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Baca juga tips investasi saat portofolio minus akibat tekanan pasar di sini.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.