Kepemilikan Investor Asing di SBN Cetak Rekor Baru, Tembus Rp1.033,82 Triliun

Bareksa • 14 Oct 2019

an image
Ilustrasi investor memantau perkembangan investasinya di reksadana, saham, dan obligasi (shutterstock)

Nilai kepemilikan itu kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa dan menyalip rekor pada 9 Oktober

Bareksa.com - Harga obligasi pemerintah akhirnya berhasil bangkit pada akhir pekan, setelah hampir melemah lima hari beruntun sepanjang pekan lalu. Sudah melemah empat hari berturut-turut, akhirnya harga obligasi pemerintah mampu menguat pada perdagangan Jumat (11/10/2019). Harapan akan adanya damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China turut membuat daya tarik obligasi Indonesia menjadi meningkat.

Sebagai informasi, penguatan harga Surat Utang Negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.

Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 2,8 basis poin (bps) menjadi 7,254 persen. Dalam empat hari sebelumnya, yield FR0078 mengalami penurunan 1 bps, 1,7 bps, 1,4 bps, dan 1,1 bps.

AS-China “Damai” Sejenak

Sejak Kamis malam, tanda-tanda "damai" kedua negara sudah muncul. Presiden AS Donald Trump, melalui akun Twitter pribadinya mengatakan akan bertemu langsung dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.

"Hari besar negosiasi dengan China. Mereka ingin membuat kesepakatan, apakah saya juga? Saya akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri besok di Gedung Putih," katanya sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Perundingan kedua negara akhirnya membuahkan hasil pada Jumat waktu AS. Presiden Trump, bersama Wakil Perdana Menteri China, Lie He, Jumat waktu Washington mengumumkan jika perundingan kedua negara memberikan hasil "kesepakatan fase satu yang sangat substansial", sebagaimana dilansir CNBC International.

Porsi pertama dalam kesepakatan dagang kali ini akan dibuat dalam tiga pekan ke depan, termasuk di dalamnya properti intelektual, jasa keuangan, serta rencana pembelian produk pertanian AS oleh China senilai US$40 sampai US$50 miliar, kata Trump.

Dengan kesepakatan kali ini, artinya bea masuk yang rencananya dikenakan ke China pada 15 Oktober nanti resmi ditunda, untuk sementara tidak ada lagi kenaikan bea importasi dari kedua negara dengan ekonomi terbesar di planet bumi tersebut.

Kesepakatan kedua negara menjadi kabar bagus bagi para pelaku pasar global. Di kala kedua raksasa ekonomi dunia tersebut sudah "berdamai" perekonomian global diharapkan bisa bangkit kembali, termasuk perekonomian Indonesia.

Investor Asing Pecahkan Rekor Kepemilikan SBN

Di sisi lain, investor asing terlihat semakin percaya diri berinvestasi di surat utang negara. Hal tersebut tercermin dari terus meningkatnya kepemilikan atas Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan.

Mengutip data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR),per 10 Oktober investor asing terlihat menggenggam Rp1.033,82 triliun SBN, atau setara 38,46 persen dari total beredar Rp2.687,95 triliun.

Nilai kepemilikan itu kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa dan menyalip rekor nilai kepemilikan asing sebelumnya yaitu pada 9 Oktober yang senilai Rp1031,25 triliun.

Kemudian jka dibandingkan dengan posisi pada awal tahun ini yang senilai Rp893,48 triliun, maka sejauh ini kepemilikan investor asing atas SBN sudah melonjak Rp140,35 triliun atau naik 15,71 persen.

Untuk diketahui, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) resmi meluncurkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 16 (ORI16) di Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2019 dengan masa penawaran berakhir 24 Oktober 2019.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menyatakan pemerintah menargetkan penghimpunan dana sekitar Rp9 triliun dari penerbitan ORI016. "Rp9 triliun untuk penerbitannya, memang ini berbeda dengan sebelumnya, SBR itu non tradable. Ini kan tradable, lebih likuid, jadi targetnya lebih besar," ujarnya.

ORI016 dinilai menjadi alternatif investasi di tengah penurunan suku bunga dan gejolak politik di Tanah Air serta belum stabilnya ekonomi global. ORI016 juga semakin menarik dengan kupon sebesar 6,8 persen per tahun. Kupon ini berlaku tetap hingga jatuh tempo tiga tahun lagi.

Obligasi Negara Ritel (ORI) adalah bagian dari Surat Berharga Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia khusus untuk investor individual atau ritel. Selain untuk membiayai anggaran negara, tujuan diterbitkannya ORI adalah untuk memberi kesempatan kepada investor individual warga negara Indonesia untuk secara langsung memiliki dan memperdagangkan secara aktif dalam perdagangan Obligasi Negara.

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di ORI016? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.

Bagi yang sudah pernah membeli SBR atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN seri berikutnya.

Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.

Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.

(KA01/AM)