Rating S&P Indonesia Naik, Ini Prospek Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap

Bareksa • 11 Jun 2019

an image
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) menerima kunjungan kehormatan Delegasi Standard And Poor's Rating Services (S&P) yang dipimpin Managing Director, Global Head of Sovereigns & International Public Finance Guy Deslondes (ketiga kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, 10 Mei 2016 (Antara Foto/Yudhi Mahatma)

Indeks reksadana pendapatan tetap tumbuh 3,57 persen YtD 2019 atau tertinggi dibanding tiga jenis reksadana lainnya

Bareksa.com - Bulan Mei tampaknya masih menjadi momok menakutkan bagi pasar saham Indonesia, anomali “Sell in May and Go Away” suskses membuat bursa saham domestik anjlok hingga 3,81 persen sepanjang bulan lalu.

Alhasil, hampir seluruh jenis reksadana mengalami penurunan kinerja rata-rata sepanjang Mei kemarin. Tidak terkecuali bagi reksadana pendapatan tetap yang juga terkoreksi dengan penurunan tipis.

Sumber: Bareksa

Berdasarkan catatan Bareksa, indeks reksadana pendapatan tetap yang menjadi acuan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap terkoreksi 0,01 persen MoM pada Mei lalu. Untungnya, jika dihitung dari awal tahun, kinerja rata-rata reksadana ini masih tumbuh 3,57 persen (YtD), atau yang tertinggi dibandingkan dengan tiga jenis reksadana yang lainnya.

Selain itu, penurunan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap sebenarnya tidak separah jika dibandingakan dengan reksadana saham. Bulan lalu, kinerja rata-rata reksadana saham yang tercermin dari kinerja indeks reksadana saham anjlok hingga 3,1 persen MoM.

Adapun untuk indeks reksadana campuran terkoreksi 1,87 persen MoM, sementara indeks reksadana pasar uang menjadi satu-satunya yang mencatatkan kinerja positif dengan kenaikan 0,44 persen MoM.

Berdasarkan analisis Bareksa, penurunan reksadana pendapatan tetap lebih dipengaruhi oleh adanya sejumlah sentimen negatif dari eksternal yang mempengaruhi pasar obligasi Indonesia, khususnya pasar Surat Utang Negara (SUN).

Seperti diketahui, pada bulan lalu sentimen negatif perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang kembali memanas sukses menjadi penyebab anjloknya bursa saham global, termasuk bursa saham Tanah Air.

Akan tetapi di sisi lain, reksadana pendapatan tetap masih tertolong oleh kinerja obligasi korporasi yang masih relatif stabil sepanjang bulan lalu, di mana obligasi korporasi relatif tidak terlalu terpapar sentimen eksternal.

Adapun yang teranyar, kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P) dari sebelumnya BBB- menjadi BBB pada akhir bulan lalu belum berdampak besar bagi kinerja reksadana pendapatan tetap di periode yang sama.

Namun, menurut analisis Bareksa, peluang perbaikan kinerja reksadana pendapatan tetap masih cukup terbuka. Terkait target kenaikan pada tahun ini, asalkan tidak ada kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed maupun Bank Indonesia, kinerja rata-rata reksadana ini minimal diproyeksikan bisa mencapai 7-8 persen di akhir tahun nanti.

Jika suku bunga acuan benar-benar turun, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap bahkan berpeluang menembus angka double digit, karena secara historis, bukan hal yang mustahil bahwa kinerja reksadana pendapatan tetap bisa tumbuh hingga double digit apabila suku bunga acuan turun.

Reksadana pendapatan tetap merupakan jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.

Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.

Investasi di reksadana pendapatan tetap memiliki tingkat pengembalian hasil yang stabil karena memiliki aset surat utang atau obligasi yang memberikan keuntungan berupa kupon secara rutin.

Dalam jangka pendek dan menengah, nilai aktiva bersih (NAB) dari reksadana pendapatan tetap cenderung naik stabil dan tidak banyak berfluktuasi (naik-turun). Karena itu, reksadana ini cocok untuk investor bertipe konservatif (risk averse).

Investor bertipe konservatif merupakan investor yang cocok untuk berinvestasi di reksadana pendapatan tetap karena memiliki profil risiko yang rendah dan cenderung menghindari risiko (risk averse).

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.