Portofolio Investasi Reksadana Turun? Ini Strategi Untuk Meminimalisir Kerugian

Bareksa • 09 Aug 2018

an image
Ilustrasi investor memegang kertas laporan keuangan dan menghitung hasil keuntungan investasi saham reksadana obligasi surat utang di depan komputer laptop

Reksadana dengan alokasi aset besar di saham memiliki risiko fluktuasi tinggi

Bareksa.com – Bagi Anda yang sudah berinvestasi pada instrumen reksadana, perlu strategi yang tepat untuk memaksimalkan keuntungan dari reksadana yang Anda pilih. Terutama jika Anda menempatkan dana pada reksadana jenis campuran yang punya porsi besar di saham.

Seperti kita ketahui, reksadana jenis campuran dengan porsi besar di saham punya profil risiko nyaris tinggi sehingga periode investasi haruslah jangka panjang atau berkisar lebih dari 5 tahun. Dengan jangka waktu ini, yang perlu Anda lakukan adalah berinvestasi secara berkala melalui auto debet atau dollar cost averaging.

Misalnya saja Anda memiliki reksadana campuran Schroder Dynamic Balance Fund. Per Juli 2018, reksadana racikan PT Schroder Investment Management Indonesia ini punya porsi saham mencapai 67 persen, pendapatan tetap 28 persen, dan sisanya pasar uang.

Dengan komposisi alokasi aset itu, reksadana Schroders Dynamic Balance Fund memiliki kecenderungan agresif dengan profil risiko tinggi. Maka untuk mengantisipasi itu kita harus berinvestasi secara rutin atau berkala dengan menggunakan fasilitas auto debet, installment plan atau dollar cost averaging.

Menurut Senior Vice President Intermediary Business Schroder Investment Management Indonesia Adrian Maulana, cara tersebut bisa menjauhkan kita dari kerugian. “Karena pada saat market turun, kita masih memiliki uang untuk alokasikan investasi,” ujar Adrian.

Agar lebih jelas, mari kita lakukan simulasi. Misalnya saja Annisa yang saat ini tengah menyelesaikan tugas akhir di salah satu universitas, pada awal tahun ini tertarik dengan performa Schroder Dynamic Balance Fund. Lalu, dia pun langsung berinvestasi sekaligus dengan dana Rp20 juta.

Simulasi Investasi Reksadana Schroders Dynamic Balance Fund

Sumber: Bareksa.com

Ternyata, pada perjalanannya hingga awal Agustus 2018, performa Schroder Dynamic Balance Fund yang didominasi saham mengalami penurunan 2,81 persen seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasilnya, portofolio Annisa pun ikut turun dan mencatat kerugian yang belum terealisasi (unrealized loss) Rp562.858,91. Sebagai catatan, unrealized loss ini belum terjadi selama Annisa tidak mencairkan investasinya di saat nilainya turun.

Penurunan nilai portofolio Annisa bisa diminimalisir jika dirinya tak langsung menempatkan dana besar pada reksadana ini. Misalnya, Annisa pada awal masuk Schroders Dynamic Balance Fund hanya menempatkan dana Rp5 juta dan dengan strategi auto debet atau dollar cost averaging setiap bulannya dia menyisihkan Rp2 juta untuk menambah pembelian (top up).

Maka, per Agustus 2018, unrealized loss yang dicatat hanya 1,59 persen atau setara Rp301.879.

Simulasi Investasi Reksadana Schroder Dynamic Balance Fund

Sumber: Bareksa.com

Dari simulasi kedua, Anda bisa lihat bagaimana potensi penurunan portofolio Annisa tidak sebesar jika langsung menempatkan dana besar di awal investasi. Selain itu, perlu diingat bahwa sebelum berinvestasi reksadana, Anda harus menetapkan tujuan investasi Anda dan untuk jangka waktu berapa lama.

Selain itu, berinvestasi secara berkala menjadi strategi penting untuk mengurangi risiko kerugian Anda. Jadi, mau tunggu apalagi? Ayo berinvestasi di reksadana. (hm)

* * *

Ingin berinvestasi reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.