BI Rate Tetap Namun Sentimen Perang Dagang AS Bayangi IHSG, Ini Prospeknya

Bareksa • 26 Apr 2019

an image
Ilustrasi pergerakan harga saham IHSG, reksadana, investasi, obligasi, surat utang

Pasar saham kembali mengalami tekanan lebih berat hingga harus jatuh cukup dalam pada perdagangan kemarin

Bareksa.com - Setelah mengalami koreksi pada Rabu, pasar saham kembali mengalami tekanan lebih berat hingga harus jatuh cukup dalam pada perdagangan kemarin.

Kinerja bursa saham domestik senada dengan mayoritas bursa saham kawasan Asia yang juga berakhir di zona merah. Indeks Shanghai (China) anjlok 2,43 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) jatuh 0,86 persen, Indeks Straits Times (Singapura) melamah 0,36 persen, dan Indeks Kospi (Korea) turun 0,48 persen.

Perang dagang menjadi salah satu faktor yang membuat bursa saham Benua Kuning mengalami penurunan cukup dalam. Pelaku pasar memasang mode defensif sambil menantikan negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.

Pada 30 April mendatang, delegasi AS akan bertandang ke Beijing guna menggelar negosiasi dagang lanjutan dengan China.

Dalam pernyataan tertulisnya yang dirilis Selasa (23/04/2019) malam waktu setempat atau Rabu (23/04/2019) pagi waktu Indonesia, Gedung Putih mengatakan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan memimpin delegasi AS.

Walaupun digelarnya negosiasi merupakan suatu pertanda yang baik, namun kesepakatan dagang belum tentu bisa dicapai. Dalam pertemuan pekan depan, isu-isu krusial seperti pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa akan kembali dibahas.

Di sisi lain, kegaduhan AS dengan Uni Eropa di bidang perdagangan masih membebani kinerja bursa saham regional.

Melalui sebuah kicauan di Twitter resminya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kegeramannya kepada Uni Eropa seiring dengan anjloknya laba bersih pabrikan motor Harley Davidson pada kuartal I 2019 yang nyaris mencapai 27 persen.

Harley Davidson mengatakan bahwa menurunnya permintaan, biaya impor bahan baku yang lebih tinggi (karena bea masuk yang dikenakan AS terhadap negara lain), dan bea masuk yang dikenakan Uni Eropa terhadap produk perusahaan merupakan 3 faktor utama yang membebani laba bersih mereka.

"Sangat tidak adil bagi AS. Kami akan membalas!" tegas Trump pada tanggal 23 April.

Kemudian rilis data ekonomi yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham Asia. Kemarin, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi Korea Selatan periode kuartal I 2019 diumumkan di level 1,8 persen YoY, jauh lebih rendah ketimbang konsensus 2,5 persen YoY, seperti dilansir Trading Economics.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 24-25 April 2019 untuk memutuskan besaran BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR). BI mempertahankan BI7DDR di level 6 persen.

Pada perdagangan Kamis, 25 April 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,16 persen berakhir di level 6.372,79. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cukup ramai, di mana tercatat 13,64 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp9,61 triliun.

Secara sektoral,seluruhnya kompak berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, dengan tiga sektor yang mengalami penurunan terdalam yakni konsumer (-2,15 persen), properti (-1,72 persen), dan industri dasar (-1,71 persen)

Beberapa saham yang memberatkan IHSG kemarin :

1. Saham UNVR (-4,6 persen)
2. Saham BBRI (-1,6 persen)
3. Saham CPIN (-7,6 persen)
4. Saham HMSP (-1,5 persen)
5. Saham BBCA  (-0,6 persen)

Sebanyak 128 saham menguat, 272 saham melemah, dan 121 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) di seluruh pasar pada perdagangan kemarin senilai Rp723,94 miliar.

Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :

1. Saham BBRI (Rp257,25 miliar)
2. Saham BBCA (Rp147,68 miliar)
3. Saham BBNI (Rp110,85 miliar)
4. Saham GGRM (Rp104,27 miliar)
5. Saham PTBA(Rp97,81 miliar)

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle dengan body cukup besar yang menggambarkan IHSG bergerak negatif dalam rentang yang cukup lebih hingga turun lebih dari 1 persen.

Penurunan kemarin membuat posisi IHSG saat ini sangat rawan mengalami downtrend jangka pendek yang juga terlihat dari posisinya yang telah sedikit keluar dari garis lower bollinger band.

Indikator relative strength index (RSI) juga terpantau bergerak turun, mengindikasikan adanya momentum penurunan yang cukup. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi kembali mengalami tekanan.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang mayoritas berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang kembali menekan laju IHSG pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones turun 0,5 persen, kemudian S&P 500 terkoreksi 0,04 persen, sedangkan Nasdaq Composite menguat 0,21 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.